Keramahtamaan Penduduk Desa Kabalutan, Kepulaun Togean


Destiny has two ways of crushing us – by refusing our wishes and by fulfilling them.

By Henri Frederic Amiel

Togean (Photo: Wira Nurmansyah)

Hello World

Togean, 2017

Pernahkah dirimu memiliki pengalaman saat mengunjungi suatu tempat di arak-arak sekampung oleh bocah-bocah saking senangnya melihat kedatanganmu?

Kalau aku pengalaman diarak-arak sekampung baru pertama kali kualami ketika mengunjungi Kepulauan Togean tepatnya saat aku dan teman Blogger seperti Wira, Bobby, Vely, Ridho dan Dan si Hello Mister mengunjungi Kabalutan, sebuah Desa di Kecamatan Walea Kepulauan, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.

Saat kunjungan kami ke Desa Kabalutan, kami keluar dari perahu anak-anak suku Bajo dengan ramah tamah menyapa kami bahkan kami diikutin. Tidak hanya itu, anak-anak yang kebetulan berenang di Laut mengejar kapal kami ketika mendekat ke arah dermaga dari kayu. Tidak sampai disitu, baru juga kami bersandar, nyanyian merdu dari kapal pun kami dengar. Dari jauh dia bernyanyi “sampai mati”, begitu katanya!

Mendegar nyanyian polos itu kami semua tersenyum. Kamipun memulai perjalanan untuk mengelilingi Desa Kabalutan dimana rumah mereka berada di atas laut. Rumahnya dari kayu mangapung sepanjang lautan serta jembatan kecil untuk mengelilingi.

Togean (Sumber: Ridho)

Memang ada Suku Bajo di Kabalutan?

Jawabannya ada suku Bajo “orang laut”, yaitu suku yang memiliki kebudayaan yang terikat kuat dengan sumber daya laut di Kepulauan Togean.

Penduduk Kabalutan menggunakan perahu untuk mengunjungi satu tempat ke tempat lain. Penduduknya lumayan banyak bahkan saat kami berjalan kami menjadi daya tarik para bocah-bocah yang kebetulan baru pulang sekolah. Anak-anak Desa Kabalutan dengan antusiasme mengikutin kami.

Yang lucu saat anak-anak yang gembira ketika aku membelikan mereka es untuk 50 orang Rp50.000. Sontak mereka berkata “horeeee”. Melihat ekpresi mereka sungguh membuat hatiku senang.

Yah salah satu yang aku suka ketika mengunjungi suatu tempat adalah bisa berbaur dengan warga lokalnya bahkan kalau bisa berbagi.

Sayangnya aku tidak tahu kalau di Kabalutan banyak anak suku Bajo kalau tidak aku akan membawa buku-buku buat mereka. Kan lumayan memberikan buku bermanfaat bagi mereka, semoga ada kesempatan kembali ke Kabalutan dan membawa oleh-oleh buku bagi anak-anak di Desa Kabalutan.

Anak-anak yang mengikuti kami terasa sekali betapa mereka penasaran kepada kami. Intinya keramahtamahan Penduduk Desa Kabalutan terasa sekali.

Suku Bajo di Desa Kabalutan membuat rumah (Photo Wira Nurmansyah)

Di Desa Kabalutan minimal dua bocah menggandeng tangan kanan kiri kami. Padahal ini bocah-bocah baru masih berpakaian sekolah. Dari satu rumah ke rumah lain maka ada saja anak yang nempel kepada kami. Menariknya saat kami melewati sebuah rumah, terdapat satu anak remaja yang berbahasa Inggris kepada kami karena dikira turis asing dari teras rumahnya. Alhasil si bocah yang mengajak berbahasa Inggrispun ikutan mengikuti kami. Vely saja dianggap sebagai artis Korea, hihi :D, tak hanya itu si Wira juga digandeng anak bernama Sandra dan tak mau lepas.

Ah hati jadi “melting” ketika berada di Desa Kabalutan, Kepulauan Togean.

Nah untuk yang beragama Islam tidak perlu khawatir karena di Desa Kabalutan terdapat musholla sehingga bisa menjalankan ibadah. Hanya saja tidak ada mukenah dan sajadah serta sarung di Musholla. Untungnya aku dan Wira dibantu oleh masyarakat  Kabalutan dengan meminjamkan mukenah kepadaku dan sarung untuk Wira. Tentu aku dan Wira senang karena kami dipinjamin peralatan sholat. Walau penduduk Kabalutan sempat bingung ketika aku mengucapkan “mukenah” karena di Kabalutan tidak disebut mukenah.

Musholla di Desa Kabalutan (Sumber: Wira Nurmansyah)

Keramahtamaan Suku Bajo di Desa Kabalutan tidak hanya pada daya tarik bocah-bocah yang mengikuti kami sepanjang jalan, bak kami artis, namun juga kepada antusias masyarakatnya ketika kami tanya. Disini kami belajar banyak hal, salah satunya bagaimana membuat rumah diatas laut. Di Desa Kabalutan inilah kami melihat bagaimana cara membuat rumah penduduk Desa Bajo yang berada di atas laut. Ternyata pembuatan rumah penduduk Desa Kabalutan, Kepualauan Togean dilakukan dengan gotong royong dengan menggunakan tali. Kayu diikat ke sebuah kayu lalu ditarik dari berbagai arah minimal dengan 5 orang.

Disini aku merasa bersyukur karena budaya “gotong royong” di Indonesia masih tertanam.

Aku bahkan tidak menyangka kalau pembuatan rumah Desa Bajo itu sangat susah namun dengan kebersamaan bisa dilakukan. Tak sia-sia kami jauh-jauh datang ke Pulau Togean, meski melalui darat, udara, laut dari Jakarta-Palu-Ampana-Togean 2 hari perjalanan terbayar dengan apa yang kami dapatkan di Togean.

Kabalutan

Tak hanya mengelilingi Desa Kabalutan, kami juga sempat naik ke sebuah Bukit Karang. Untuk sampai ke Bukit karang kami harus menginjak karang yang agak tajam. Saat naik ke bukit, aku heran karena bocah-bocah naik dengan lincah tanpa alas sementara aku kesusahan karena sandal tidak memadai. Sementara bocah-bocah suku Bajo dengan lihai bahkan ada juga yang membawa tentengan berisi es untuk dijual.

Disini aku merasa kalah sama bocah hehe 😀

Hal lain yang kami lakukan di Desa Kabalutan dengan mengunjungi pasar. Namun apa daya kami datang telat sehingga pasarnya tutup. Nah saat di pasar ini salah seorang bocah yang tadi berbahasa Inggris denganku diam-diam membelikanku minyak wangi dan aku dikasih sebagai kenang-kenangan.

So sweet banget kan?

Desa Kabalutan

Pengalaman menarik lainnya yang aku dapatkan di Desa Kabalutan ketika memborong makanan untuk anak-anak di Desa Kabalutan. Jadi, ada juga pengalaman ketika melewati warung yang berjualan buah manisan. Harganya Rp1000 satu terus aku borang Rp20.000 untukku dan anak-anak yang mengikuti. Yah itung-itung berbagi rezeki kepada mereka. Nah pas bayar rupanya aku salah ngasih uang kepada si pemilik warung. Maklum uang Rupiah keluaran baru belum aku hapal, jadi uang yang Rp20,000 aku kasih malah Rp2000 hingga seorang bapak berlari kepada sambil berkata “Nona uangnya Rp2000 harusnya Rp20.000”.

Sontak ini malu banget, lalu dengan segera aku mengambil uang kepada si Bapak dan untungnya si Bapak maklum. Tidak hanya itu aku sepanjang perjalan mengelilingi Desa Kabalutan asik sekali memborong makanan, emang sih in hobiku doyan makan kalau mengunjungi suatu tempat. Yang terakhir malah mencoba telur tusuk hasil traktiran kak Wira. 😀

Desa Kabalutan

Tonton Video perjalanan Togean kami yang menarik

1. Video Togean dari Dan si Hello Mister

2. Video Togean dari Ridho

3. Video Togean dari Wira part 1

4. Video Togean dari Wira part 2

Baca juga tulisan tentang Togean

1. Jatuh Cinta dengan Togean

2. Daur ulang sampah plastik menjadi produk berguna di Togean

3. Semua demi ubur-ubur di Togean

Liburan di Togean menjadi liburan terasik yang pernah aku alami apalagi bertemu dengan bocah polos di Desa Kabalutan, mengetahui tentang masyarakat Suku Bajo, bagaimana pasarnya hingga menjadi artis dadakan!

Hayooo siapa yang mau ke Togean?

Salam

Winny

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

38 thoughts on “Keramahtamaan Penduduk Desa Kabalutan, Kepulaun Togean

  1. Pengalaman liburan dan travelling yg mengesankan. Saya coba membayangkan keseruan mbak Winny dsna dg penduduk dan bocah2 itu. Seru bnget pastinya ya.

    Dan nurutku sih, anak2 yg ramah itu yg gampang jadikan kalian “artis dadakan” itu, pasti gambaran dari warga suku bajo itu yg friendly dg tamu, mkanya turun ke anak2 mreka, mnjdi sebuah tradisi yg indah dan prlu dicontoh.

    Slain itu, nurut saya juga ni, krn mbak Winny dkk itu pasti org nganenin bnget, mkanya org2 pd senang.. salut buat klian yg disukain sama bocah2 yg pilos itu.

  2. Berasa jadi ratu dong mbak di kelilingi sama anak-anak yang bisa dianggap dayang-dayang sama prajuritnya. Duh. Senangnya. Hehe. Eh. Gak lucu yak? ._.

    Aku juga belum hafal sama wajahnya uang baru. Wajar kok mbak kalau masih keliru. Hehe. Belum kenal, jadi belum sayang. Hehe.

    So sweetnya dikasih minyak wangi. Udah kepikiran aja adiknya ngasih kenang-kenangan. Mungkin kehadiran mbak menjadi kenangan indah buat mereka.

    Apa mungkin sering kali yak wisatawan lain juga digituin. Asli. Ramah banget ini..

  3. Anak kecil itu mudah dibikin seneng.. dijajanin es aja udah deket. Kek anak temenku aku jajanin ciki udah nempel wkwkwk..

    Aku juga sih win gampang disenengin … Kamu jajanin aku aja udah seneng 😍😁😁

  4. Ramah-ramah banget ya penduduknya Win!!

    Tapi berasa “awkward” juga nggak sih kalau sambutannya sebegitunya? Hahaha. Berasa kayak artis terkenal ya 😛 .

  5. Semoga dengan tulisan ini desa kabalutan semakin diperhatikan oleh pemenrintah. Bukan hanya diperhatikan oleh wisatawan yang akan mencemari daerah indah nan asri tersebut.
    Bukan mba ya hehehe…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: