Treking ke Gunung Sibayak, Sumatera Utara


Hello World!

Berastagi, Agustus 2019

Meski dulu kuliah Teknik di USU, Medan tapi untuk ke Gunung Sibayak baru pertama kalinya bagiku. Kalau mengunjungi Berastagi lumayan sering sewaktu kuliah, namun untuk treking ke Gunung Sibayak sama sekali tidak pernah. Nah pas menikah, Mertuaku datang dari Perancis dan mengajak jalan-jalan keliling Sumatera Utara. Aku dan suami menemani Mertua mulai dari Padangsidimpuan terus ke Danau Toba lalu ke Berastagi kemudian ke Bukit Lawang dan berakhir ke Medan selama 11 hari.

Dari Danau Toba, Mertua telah menyewa mobil seharga Rp600.000 untuk kami berempat. Di Berastagi kami menginap di Sapo Karo Rest and House yang dekat dengan Pasar Buah Berastagi. Penginapan kami juga menyewakan sewa mobil seharga Rp550.000 per 10 jam. Karena tidak mau repot, Mertua menyewa mobil di penginapan dan membawa kami jalan-jalan demi wisata Berastagi. Kami mulai berangkat dari penginapan jam 9 pagi dan tempat pertama yang kami kunjungin ialah Gunung Sibayak.

Sekitar jam 10 kami sudah tiba di tempat parkir Gunung Sibayak. Harga tiket masuk ke Gunung Sibayak seharga Rp10.000. Hanya kami berempat saja yang mendaki, Pak Supir kami lebih suka menunggu di tempat parkir.

Dari tempat parkir kami harus berjalan kaki sekitar 2 jam. Jalanan berupa aspal sudah mulai rusak dan jalannya penuh bebatuan. Di kiri-kanan jalan, terdapat pepohonan rindang dan ketika kami treking kami bertemu dengan beberapa pelancong dari Malaysia. Memang teman-teman wisatawan Malaysia suka treking ke Gunung apalagi Gunung berapi, padahal aku yang anak Sumatera Utara saja baru pertama itupun karena menemanin Mertua.

Untuk sampai ke Puncak Gunung Sibayak, terdapat petunjuk jalan sehingga mudah dalam menelusuri jalan. Namun kami tetap bertanya cara kesana karena pas di warung kami bingung jalur yang akan ditempuh. Memang di kaki Gunung Sibayak terdapat beberapa Warung yang menjual makanan dan minuman serta dari situlah titik dimulai trekking sebenarnya. Di Puncak Gunung Sibayak tidak ada penjual makanan dan minuman, sehingga pastikan sebelum mendaki membawa makanan yang cukup.

Ketika trekking jalannya cukup licin, serta benar-benar mendaki. Tapi pemandangan sekitar Gunung Sibayak sangat indah. Jarak treking tidaklah terlalu jauh namun cukup membuat keringat bercurun apalagi yang jarang olahraga. Tidak disarankan bagi yang memiliki sesak nafas, karena butuh energi ekstra ketika mendaki ke Gunung Sibayak.

Mertua sangat senang dengan Gunung Sibayak karena Gunung Berapi jarang mereka temukan di Eropa, kalaupun ada itu di Itali. Sehingga mereka sangat penasaran dengan Gunung api yang masih aktif. Sementara aku sudah terbiasa melihat Gunung Berapi aktif meski bukan tipe pendaki. Maklum anaknya petualang banget, suka mencoba semua hal termasuk naik Gunung meski tidak suka olahraga.

Gunung Sibayak yang berlokasi di dataran tinggi Karo memiliki ketinggian 2.094 meter dpl. Puncak tertinggi Gunung Sibatak bernama “takal kuda”. Di Gunung Sibayak ini terdapat hutan yang termasuk Taman Hutan Raya Bukit Barisan, sehingga tidak heran kalau pemandangan alamnya sangat indah. Kalau dibandingkan dengan Gunung Papandayan, jalur Gunung Sibayak lebih mudah dan lebih cepat. Kalau misalnya treking ke Papandayan 4 jam make ke Sibayak hanya 2 jam saja.

Meski kami treking dengan Mertua, namun Mertua sangat kuat jalan kaki. Aku yang muda saja kalah dan mereka sangat menikmati treking ke Gunung Sibayak. Suasana Gunung Sibayak memang mendukung karena cocok buat pendaki pemula.

Kami sampai di Puncak Gunung Sibayak jam 12 siang dan kami melihat kawah Gunung Sibayak yang memiki air sedikit, dasaernya berwarna kunng bening. Banyak sekali asap di Gunung Sibayak, bau  Sulfure sudah tercium dan kelihatan jelas Gunung Sibayak masih aktif.

Saat di Puncak Gunung Sibayak, suami paling antusias dan “lasak” artinya suka kemana-mana. Dia bahkan naik ke Puncak padahal hanya beberapa orang yang ada disana.  Mertua sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang super penasaran. Kalau aku tidak mau dekat-dekat dengan sumber Sulfure karena tidak tahan baunya dan tidak bawa masker sama sekali. Berbeda dengan Mertua dan suami yang malahan mendekat.

Oh ya kalau hendak treking ke Sibayak, jangan lupa membawa masker, jangan seperti kami.

Pada waktu kedatangan kami masih tergolong pagi dan lumayan banyak wisatawan yang mendaki ke Gunung Sibayak, tak hanya wisatawan lokal tapi juga Mancanegara. Dan meski aku bukan pecinta mendaki atau bukan anak pendaki, tapi menurutku keindahan Gunung Sibayak itu mengagumkan.

Sayangnya banyak sekali “corat coret” di dasar kawah. Aku sempat heran kenapa bisa ada orang seberani itu ke bawah kawah demi menulis nama-nama mereka disana. Niat banget demi eksis padahal merusak pemandangan alam yang harusnya alami. Makanya sebagai pejalan cerdas, jangan pernah merusak tempat yang didatangi, apalagi coret-coret dan buang sampah. Cukup bawa kenangan indah saja mengenai tempat tersebut.

Kami tidak terlalu lama di Puncak Sibayak hanya sekitar 30 menit saja lalu kami kembali turun. Pas turun jalanannya terasa lebih dekat daripada ketika mendaki. Katanya emang selalu gitu ya, menuju suatu tempat itu terasa lama, namun pas pulang terasa cepat.

Banyak sekali wisawatan yang mulai berdatangan ketika kami mulai turun. Waktu yang asik mendaki Gunung Sibayak itu pagi hari karena pada siang hari cuaca bisa sangat terik. Kami sewaktu turun itu sekitar jam 1, matahari pas panas-panasnya.

Berbeda ketika mendaki, pas turun kami bertemu dengan si Amang saat perjalan pulang di sebuah pohon besar. Kami berhenti lama sambil mengamati tingkahnya di pohon. Aku cukup terkesan karena baru tahu kalau Siamang ada di Gunung Berastagi. Mertua dan suami juga merasa kaget dan senang apalagi melihat langsung siamang di alamya.

Treking ke Gunung Sibayak dengan Mertua dan Suami sangat seru meski kaki pegalnya minta ampun 🙂

Treking ke Sibayak
Treking ke Sibayak

Tingkat Keselamatan: 3 dari 5

Dari tempat membeli tiket masuk, terdapat papan pengumuman yang memberikan informasi jumlah orang yang hilang dan meninggal ketika mendaki ke Gunung Sibayak. Artinya meski petunjuk jalan jelas, jalanannya mudah namun treking ke Gunung Sibayak tetap harus mawas diri dan jaga keselataman apalagi Gunung Sibayak termasuk Gunung Merapi yang masih aktif.

Tingkat kesulitan treking ke Gunung Sibayak: 3 dari 5

Treknya masih terbilang mudah untuk pemula tapi agak mendaki sehingga tidak disarankan ke Gunung Sibayak menggunakan high heel bagi wanita, dan bagi orang tua bisa namun walau treknya mudah namun tetap menantang dan perlu ekstra hati-hati.

Treking ke Sibayak
Treking ke Sibayak

Tips Treking ke Sibayak:

1.Membawa makanan dan minuman saat treking

2.Membawa masker

3. Usahakan memakai sepatu saat treking/sandal gunung

4.Akses mudah sehingga bisa dilalui tanpa tourguide

5. Tingkat kesulitan bernilai 3 dari 5

6. Saat musim hujan licin sehingga harus hati-hati saat treking

7. Tidak cocok buat dishable karena jalanannya tidak mendukung

8. Ada warung di Kaki Gunung Sibayak

9. Gunung Sibayak merupakan Gunung Merapi aktif sehingga cari tahu waktu yang aman untuk mendaki

10. Tidak disarankan berkemah di dekat Gunung Sibayak karena sumber airnya tidak ada

11. Treking ke Gunung Sibayak bisa dilakukan setengah hari dan tanpa tourguide

Treking ke Sibayak
Treking ke Sibayak

Lokasi Gunung Sibayak

Salam

Winny

Advertisement

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

4 thoughts on “Treking ke Gunung Sibayak, Sumatera Utara

  1. Wah, treknya ternyata lebih singkat dari Papandayan. Dari foto-fotonya, saya lihat treknya agak mirip-mirip Kawah Ijen. Jadi penasaran buat ke sana. Hehehe.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: