Hello World!
Kedah, 22 Desember 2018
https://www.instagram.com/p/BrtqZ_anXq4/
Dengan berbekal “say hi” kepada teman lama yaitu Jard, blogger asal Malaysia membuatku ikut trip dengannya ke Bukit Kodiang di Kedah, Malaysia.
"Wanna meet up, Jard?" "Do you wanna join us to Kodiang on 22 December 2018", ajaknya
Kemudian aku pun ikut saja, meski aku bukan pecinta trekking apalagi naik Gunung. Karena aku berpikirnya “Bukit” saja jadi pasti bisa lah. Padahal ya “Bukit aja” itu diluar ekpektasi.
Sebelum ke Malaysia, Jard telah mengirimku photo dari Bukit Kodiang, pemandangan bukit dengan persawahan yang menakjubkan. Sekilas kelihatan “biasa” tapi ternyata “luar biasa”.

Bukit Kodiang atau orang sekitar menyebutnya “Kokdiang” atau sebutan lain Bukit Mokcun yang dulu katanya Bukit hantu saking sepinya berada di mukim Kodiang, Negeri Kedah di Malaysia. Sewaktu diajak Jard ke “Malaysia Utara” tidak terpikirkan ke “Kedah”. Aku mikirnya kayak Jakarta Utara, Jakarta Selatan padahal bukan “Kualalumpur tapi Malaysia”. Aku menyadarinya pas hari “H” perjalanan kami.
Jard juga membuat Grup whatsapp Kodiang terdiri aku, Erlida dan Jard. Kami berangkat ke Kodiang dengan mobil Erlida dan meeting point kami di LRT Gombak jam 2 siang. Karena tidak membeli SIMCARD Malaysia akhirnya aku datang paling duluan karena kebiasaan on time sambil menunggu Jard dan Erlida. Erlida datang jam 2.30 siang kemudian disusul Jard. Barulah setelah berkumpul kami berangkat ke Kodiang jam 3 siang.

Dalan perjalanan ke Kodiang, Kedah, Malaysia dengan mobil pribadi Erlida ternyata jalanan Malaysia macet. Prediksi kami dari Kualalumpur ke Kodiang selama 5 jam perjalanan menjadi 9 jam perjalanan, karena “macet”.
"Traffic la, semua pada berlibur nak ke Malaysia" "Cuba tengok platnya, beza semua", kata Jard
Lalu aku memperhatikan kalau plat mobil berbeda-beda. Ada awalan A, B, M, W dan sebagainya. Jard menjelaskan huruf pertama di plat mobil Malaysia itu berarti nama daerah misal “W” maka itu “Kuala Lumpur”. Sama seperti Indonesia ya 🙂
Berikut plat Nomor di Malaysia (saking penasarannya aku google dong dan nemu di Wikipedia)
A | Perak | M | Malacca |
B | Selangor | N | Negeri Sembilan |
C | Pahang | P | Penang |
D | Kelantan | R | Perlis |
F | Putrajaya | T | Terengganu |
J | Johor | V | Kuala Lumpur (second series) |
K | Kedah | W | Kuala Lumpur (first series) |

Dalam perjalanan kami sempat berhenti di beberapa rest area dan Jard beliin aku sandwich dong. Baik banget kan?
"Kokdiang, kod-diang", kata Jard
Perkataan Jard saat mengendarai membuat kami tertawa karena di meneriakinya begitu keras saking lamanya perjalanan kami. Kata Jard itu karena dia mengantuk dan rasanya tidak sampai-sampai. Karena perjalanan kami yang harusnya 5 jam jadi 9 jam, Erlida dan Jard bergantian mengemudi. Kami baru sampai di Kodiang jam 12 malam.
Sesampai di Kodiang kami langsung check in di penginapan Serai Sentosa Inn, Kedah, Malaysia. Kasur kami nyaman sekali dengan 3 bed dan langsung tepar karena waktu jam 1 pagi, kami butuh istirahat untuk trekking.

Kami bangun jam 8 pagi dan langsung berangkat ke Bukit Kodiang. Dalam perjalanan ke Bukit Kodiang pemadangan menakjubkan menyambut kami. Matahari terbit diantara persawahan sungguh mempesona. Bulatnya matahari pas dengan nuansa orange.
"Eloknya, tak sia-sia 9 jam perjalanan"
Sederhana memang, hanya matahari terbit tapi indah sekali. Persawahan Kedah dengan nuansa matahari terbit membuatku betah memandanginya dan bersyukur dengan ciptaan Tuhan.
"Sungguh beruntung orang Kedah ini, kata Jard"
Awalnya kami sempat nyasar mencari titik mendaki Bukit Kodiang saking banyaknya bukit yang mirip-mirip di Kodiang. Setelah sempat nyasar sedikit, akhirnya kami menemukan tempat titik pendakian ke Bukit Kodiang.

Awalnya aku sepele trekking ke Bukit Kodiang aka Bukit Mocun. Karena kata Jard naiknya hanya 20 menit saja padahal aku lupa kalau Jard itu anaknya doyan trekking. Terus dalam benakku “alah bukit ajapun” paling kayak Munara. Apalagi pas hendak trekking Bukit Kodiang aka Bukit Mocun aku cuma bawa sendal.
"Tak boleh pake sandal,ni sepatu pakai saja", kata Jard
Sumpah aku meremehkan Bukit Kodiang aka Bukit Mocun. Ternyata apa yang dikatakan Jard benar, mendaki Bukit Kodiang aka Bukit Mocun itu penuh tantangan karena Bukitnya berbatu. Kalau pake sandal “mustahil”.
"Untung pake sepatu kan?" "Kalau tak, tak boleh ke Bukit", kata Jard
Awal mendaki saja aku gos-ngosan, tidak terbiasa olah raga.
Hal yang aku suka dari Bukit Kodiang aka Bukit Mocun itu naik ke bukit meski ngehits di Malaysia dan banyak yang datang tapi masuknya gratis loh. Keren kan?

Trekking ke Bukit Kodiang bagiku yang tak terlalu suka Gunung atau Bukit lumayan menguras tenaga. Untuk sampai di “Beranda Kokdiang” aja rasanya duh asli membuat keringatan. Belum lagi perjuangan dengan memakai tali pas naiknya. Pas mendaki pake tali aku ingat kenangan trekking via ferrata”
"You know im phobia with high place", kataku "Baguslah biar hilang phobianya", kata Jard
Padahal gak juga sih tetap takut. Ikut naik bukit via ferrata aja aku kapok, apalagi pas turunnya “idiiih”, kalau ingat aku bersyukur masih hidup (lebay ya hihi)

Aku yang tahu kemampuan diriku hanya memilih sampai di Beranda Kokdiang saja. Karena untuk sampai ke Beranda saja bagiku “susah”, ingat meski pake tali dengan kemiringan 90 derajat!
"Damn"!!
Aku begitu ketakutan, merangkak, menginjak batu berlahan untuk sampai ke Beranda. Aduh sungguhlah aku memang bukan diciptakan untuk hiking apalagi climbing. Nyerah dah!!

Sesampai di Beranda, Jard dan Erlida mengajak ke Puncak Bukit Kodiang tapi aku tahu diri dan tidak ikut.
"Tak boleh lah", kataku
Pemandangan Beranda Kodiang sangat epik bagiku, bahkan lebih cantik melihat langsung daripada di photo yang dikirim Jard. Kalau di photo aku merasa kayak persawahan di Bukittinggi ternyata beda loh. Terbayar capeknya mendaki tak seberapa itu dengan pemandangan persawahan yang hijau dengan perbukitan eksotis. Mantap jiwa 😀
Jard dan Erlida saja yang naik ke Puncak dan aku menunggu di Beranda saja.
Saat menunggu Jard dan Erlida di puncak, pas mau turun ke bawah, beberapa pengunjung wanita histeris turun saking vertikalnya. Untung aku gak sampai teriak segitunya meski dalam hati “deg deg syerr”.

Oh ya karena aku satu-satunya pejalan yang mendaki ke Bukit Kodiang dari Indonesia sehingga banyak yang mengajak ngobrol. Orang Malaysia sangat ramah bahkan ada kumpulan yang trekking langsung mengajak photo. Aku mah anaknya senang aja di ajak photo bareng apalagi mereka juga membantuku saat melewati jalanan dengan kemiringan 90 derajat tadi. Rombongan trekking merupakan pemuda lokal Kedah yang doyan hiking terdiri dari Alif, Faiez, Khoirul, dan kawan-kawan. Mereka juga membawa Bendera Kedah yang berwarna orange merah dengan tulisan Arab “Kedah”.
"Boleh photo?", tanya mereka
Asli aku merasa artis dadakan!!!
Itulah hal yang aku suka dengan travelling ke suatu tempat, meski sudah beberapa kali ke Malaysia tetap seru saja apalagi dapat teman-teman baru. Itulah rahasia “awet muda”, hehhe 😀

Aku di Beranda Kokdiang sekitar 20 menit saja lalu kemudian Jard dan Erlida menghampiriku. Kemudian kami memutuskan untuk pulang karena belum mandi. Akupun pamitan dengan rombongan pemuda Kedah yang suka trekking. Pulangya kami dibantu oleh Hamzah, master trekking di Kedah. Kalau bukan berkat bantuannya, duh entah bisa turun atau tidak dari Bukit Kodiang.
Begitulah pengalaman trekking ke ‘Kok’ ‘diang’ diulang 2x dengan Jard dan Erlida. Pengalaman untuk tidak menyerah dalam mencapai sesuatu karena pas di Beranda Kokdiang itu eloknya Masyaallah. Pelajaran berharga lainnya yang aku dapatkan “jangan meremehkan sesuatu” atau “dont judge a book from its cover”.

Itinerary Trekking ke Bukit Kodiang, Kedah
22 December 2018
2:00pm – Meetup at LRT Gombak
4:30pm – Kellie’s Castle Batu Gajah, Perak (2-3 hours drive)
7:00pm – Dinner and Maghrib at Taiping, Perak (1-2 hours drive)
9:00pm – Gerak ke Kodiang dan tidur di homestay/hotel (2.5 – 3 jam)
Homestay: Serai Sentosa Inn RM98 per malam/3 orang
23 December 2018
7:00am – Mendaki Bukit Kodiang/Mok Cun
8:00am – Sampai puncak, berfoto ria dam bersarapan
9:00am – turun untuk mandi dan checkout homestay
12:00pm – Bergerak pulang
Total pengeluaran untuk trip Kedah terutama trekking ke Kokdian itu RM 100.6/orang terdiri dari biaya hotel, bensin dan tol.

Tentang Kodiang, Kedah
Terus tinggi gak Bukit Kodiang?
140 MDP saja tapi sensasi naik bebatuannya itu Masayallah
Semua boleh naik ke Bukit Kodiang aka Bukit Mocun ?
Boleh tapi jangan lupa bawa sepatu, sarung tangan, makanan dan minuman
Susah kah trekking ke Bukit Kodiang aka Bukit Mocun?
Bagi pelancong seperti aku yang malas olahraga, payah kali pun.
Berapa lama naik ke puncak Bukit Kodiang aka Bukit Mocun ?
Kalau yang biasa sih 20 menit sampai ke Bukit Kodiang tapi aku sampainya 1 jam an.
Ada penjualan minuman kah di Puncak Bukit Kodiang?
Tidak ada, adanya di bawah dekat jalur masuk ke Bukit Kodiang

PS: Pulang dari Kodiang kami langsung makan Pasembur, makanan khas Kedah yang ditarktir oleh Jard dengan harga seporsi 3 RM.
Good travelling, good friend and good life!!

Salam
Winny
Sehat banget itu lihat trekkingnya. Selamat tahun baru 2019 Winny..Mau kemana saja nanti tahun 2019?
Hi kak selamat tahun baru juga. Kalau sering trekking lumayan menguras tenaga kakak. Tahun baru mau ke Laos kak selebihnya belum ada rencana
Wow Winny pandai trecking nih medannya terjal gitu.
Baru belajar kak itu aku sampe gemetar pas naik vertikal pake tali heheh