Strategi Lulus Sertifikasi Dosen dalam sekali Tes


Hello World!

Sumatera, Februari 2021

Setelah memutuskan berhenti bekerja dari swasta kemudian banting setir menjadi abdi Negara, niat pertama yang ada dibenakku ialah ingin totalitas dalam pekerjaan. Karena pekerjaan yang aku pilih mejadi Dosen maka  cita-cita setelah   lulus  CPNS ingin mendapatkan sertifikasi.

Alhamdulillah aku mendapatkan sertifikasi Dosen tepat waktu. Untuk bisa lulus serdos tepat waktu perlu adanya strategi.

Strategi agar bisa lulus serdos dalam sekali tes yaitu:

  • Rajin bertanya kepada senior atau teman yang sudah lulus sertifikasi atau kepegawaian Universitas. Waktu itu aku bertanya kepada Pak Faisal, Kak Fatma dan Kak Salma. Dari merekalah aku mendapatkan gambaran tentang tes serdos. Untuk bagian kepegawaian di Unand aku bertanya kepada Pak Asrul, beliau sangat berjasa dan sangat gercep dalam membantu kami. Bahkan dari beliau kami mendapatkan strategi lulus serdos.
  • Mempersiapkan ujian Tes Kompetensi Dasar Akademik (TKDA) dan Test of English Proficiency (TOEP) jauh hari karena merupakan prasyarat serdos serta sertifikatnya berlaku 2 tahun. Jika mengikuti tes ini saat proses sertifikasi maka sangat kepepet,  kalau tidak dapat kuota ujian bisa gagal karena slot ujian yang terbatas. Jadi rajinlah memeriksa secara rutin jadwal tes ini sebelum proses serdos. Kan rugi gagal hanya gara-gara gak ada nilai salah satunya.

Aku menjadi Dosen tahun 2018 dan trik yang aku lakukan ialah mengikuti TKDA dan  TOEP di tahun yang sama melalui PLTI di https://plti.co.id/ meski waktu itu belum lulus jafung :D. Skor TKDA dan TOEP yang aku peroleh berjumlah kumulatif 8.

Skor tes Bahasa Inggris dapat berupa skor TOEFL Paper-based (PBT), Computer-based (CBT), dan Internet-based (iBT)), IELTS, Test of English Proficiency (TOEP) yang diselenggarakan oleh PLTI, atau tes kemampuan berbahasa Inggris lain yang diakui oleh Ditjen Sumberdaya Iptek dan Dikti seperti UGM atau UNAIR. Skor tes tersebut dikonversikan kedalam nilai angka 

Tabel Konversi Skor Tes Bahasa Inggris Menjadi Nilai Angka

 

 

NILAI ANGKA

SKOR TES KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS

 

TOEFL

 

 

IELTS

 

 

TOEP

 

 

AcEPT- UGM

 

 

EFL – ITS

 

 

PTESOL UPI

ITP/PBT/ RPdT

 

CBT

 

iBT

1

< 394

< 91

< 30

< 4.0

< 26

< 149

< 403

<43

2

397 – 433

93 – 120

30 – 40

4.0

26 – 35

149 – 191

403 – 443

43 – 52

3

437 – 473

123 – 150

41 – 52

4.5

36 – 45

192 – 242

450 – 480

53 – 62

4

477 – 510

153 – 180

53 – 64

5.0

46 – 55

243 – 284

490 – 517

63 – 72

5

513 – 547

183 – 210

65 – 78

5.5

56 – 65

285 – 327

520 – 543

73 – 82

6

550 – 587

213 – 240

79 – 95

6.0

66 – 75

328 – 370

557 – 593

83 – 92

7

≥ 590

≥ 243

≥ 96

≥ 6.5

≥ 76

≥ 371

≥ 597

> 93

 Untuk Skor hasil tes kemampuan akademik dikonversikan kedalam nilai angka 

Tabel Konversi Skor Kemampuan Dasar Akademik Menjadi Nilai Angka

Nilai Angka Skor Kemampuan Dasar Akademik
1 < 388
2 388 – 447
3 448 – 507
4 508 – 567
5 568 – 627
6 628 – 687
7 > 687
  • Rajin mengupdate sister terutama kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi

*sister di peroleh di admnistrator kampus masing-masing karena proses seleksi sertifikasi melalui web sister *

  • Update NIDN, jabatan fungsional, pendidikan tertinggi , status ikatan kerja (misalnya Dosen Tetap), dan status Aktifitas (misalnya Aktif Mengajar), serta riwayat mengajar minimal 12 SKS) di Pangkalan Data Perguruan Tinggi (http://forlap.dikti.go.id)
  • Telah memiliki jurnal dengan penulis pertama
  • Memiliki hubungan baik dengan mahasiswa, sejawat, atasan
  • Dalam menyusun Deskripsi Diri hindari mencontek/menjiplak/plagiat narasi Deskripsi Diri walaupun satu kalimat. Sebab Dikti telah memasang turnitin system antiplagiarism. Jika terbukti plagiarism, Asesor dapat memberikan nilai K dan langsung divonis TIDAK LULUS.
  • Harus tahu kapan jadwal serdos berlaku dan ke siapa harus daftar di Kampus masing-masing.
  • Rajin baca tiga buku  yang sudah disediakan olek DIKTI yang merupakan kisi-kisi dalam lulus serdos. Ketiga buku itu ialah : Buku Panduan mengenai  naskah akademik, Penilaian Portofolio, Tentang Prosedur Operasional Baku Tatalaksana Serdos terintegrasi. 
  • Usahakan bagi yang Asisten Ahli nilai TOEP minimal 46, TKDA minimal 45 (Nilai Angka kedua Tes minimal rata-rata 4 atau jika dijumlahkan = 8) dan Nilai persepsional rata-rata minimal 5 jika nilai Angka TOEP dan TKDA masing-masing 4. Memang tidak ada gagal dalam TOEP dan TKDA namun strateginya mendapatkan kumulatif minimal 8.
  • Penilaian Persepsional dari Atasan, Sejawat, Mahasiswa, Diri Sendiri, Deskripsi Diri Konsisten dan lengkap seluruh butir pertanyaan/pernyataan.
  • Isian portofolio lengkap mulai data D4 maupun D5
  • Menulis deskripsi diri harus sejalan dengan daftar riwayat hidup yang telah dibuat.
  • Pahami Skoring Deskripsi Diri, lalu susun Curiculum Vitae (Daftar Riwayat Hidup) terlebih dahulu, selanjutnya menulis deskripsi diri. Narasi deskripsi diri mengacu kepada Curiculum Vitae.
  • Curriculum Vitae ditulis lengkap sesuai kondisi yang ada sedikitnya 2 tahun terakhir dan melampirkan dokumen persyaratan utama, karena CV ini menjadi Acuan dalam penulisan narasi Deskripsi Diri. Dan Asesor sebelum  mereview Deskripsi Diri yang pertama dibaca adalah Curriculum Vitae
  • Deskripsi Diri menceritakan Curriculum Vitae dan pengalaman yang dilakukan termasuk contoh-contoh apa yang sudah dilakukan termasuk dialog-dialog nyata (jika diperlukan), bukan teori-teori/cerita rekayasa, fiktif, berandai-andai.
  • Narasi Deskripsi Diri minimal 150 kata untuk setiap butirnya dikali 24 butir. Kurang dari 150 kata nilai yang didapat maksimal 3 (nilai tidak lulus). Hindari narasi kurang dari 150 kata dalam setiap butirnya.
  • Jangan lupa upload dokumen Publikasi (tidak cukup dengan link), Sertifikat TOEP, TKDA, AA/Pekerti, Pas Foto. Pas Foto yang diupload (untuk sertifikat) harus resmi (PSL), wajah menghadap ke muka, latar foto untuk laki-laki berwarna BIRU dan perempuan warna MERAH. Jika foto tidak memenuhi syarat, sertifikat tidak dapat dicetak dan akan menjadi masalah bagi PTPS
  • Jangan mengupload dokumen palsu, dapat berakibat vonis K (vonis Tidak Lulus)

Lalu apa saja syarat agar bisa ikut tes sertifikasi Dosen (serdos)?

Untuk bisa mengikuti tes sertifikasi Dosen (serdos), syarat wajib yang harus dipenuhi yaitu:

  1. Berdasarkan TMT SK Dosen sudah 2 tahun terdaftar sebagai Dosen pada perguruan tinggi
  2. Pendidikan minimal S2
  3. Memiliki Jafung (jabatan fungsional)  minimal Asisten Ahli
  4. Memperbaharui  profil/data pribadi sister dosen (Sistem Informasi Sumber Daya)
  5. Melaksanakan Tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit 12 SKS pada setiap semester 
  6. Inpassing bagi Dosen Non Pns / Dosen Yayasan

Setelah mendapatkan Jabatan Fungsional, aku langsung mengurus tes sertifikasi Dosen. Aku mendaftar kepada Pak Asrul. Beliau menyuruh menguplaod dan memastikan semua dokumen berupa TMT PNS dan CPNS terupload di sister berserta dokumen pendukung seperti pengabdian, pengajaran, penelitian dan sebagainya. Di akun sister juga aku melihat aku eligible atau tidak untuk mengikuti seleksi tes serdos.

Aku mengikuti serdos mulai dari D1-D5.

Apa saja urutan prosedur serdos?

  • TAHAPAN DATA D1

Tahapan ini Persiapan Calon Peserta melengkapi berkas syarat D1 di akun SISTER

Yang dilakukan:

  1. Menyiapkan semua sertifikat dan publikasi
  2. Menyiapkan  pas foto berwarna dengan ukuran 4×6.
  • TAHAPAN DATA D2

Pada tahapan ini merupakan nominasi calon peserta serdos. Pastikan sudah bisa masuk kriteria peserta.

  • TAHAPAN DATA D3

Pada tahapan ini calon peserta serdos diusulkan oleh Pimpinan PT dan tahap ini  sistem membuka Persepsi Diri,  Atasan, Teman Sejawat, Mahasiswa dan melengkapi berkas pendukung D4. Jika lulus di tahap ini maka perlu mempersiapkan penilain diri.

Penilaian Persepsional

  NO   PENILAI PERSEPSIONAL SKOR KOMPONEN
Pedagogik Profesional Kepribadian Sosial
1 Mahasiswa (5 orang) Rerata rerata rerata rerata
2 Sejawat (3 orang) Rerata rerata rerata rerata
3 Atasan (1 orang) Rerata rerata rerata rerata
4 Dosen yang disertifikasi (1 org) Rerata rerata rerata rerata
  Rerata komponen Rerata rerata rerata rerata
  Rerata total instrumen RERATA TOTAL
  • TAHAPAN DATA D4

Pada tahapan ini validasi biodata  (NKP &NAP); pemenuhan komponen NBI dan NPA; penilaian persepsional (NPS); dan nilai gabungan (NGB).

Nilai Gabungan (NGB) terdiri atas nilai Kualifikasi Akademik dan Jabatan Akademik (NAP), nilai Golongan Kepangkatan (NKP), nilai persepsional (NPS), nilai kemampuan berbahasa Inggris (NBI), nilai Kemampuan dasar akademik (NPA), atau nilai Kompetensi Pedagogik (NPG).

Nilai Kualifikasi Akademik dan Jabatan Akademik (NAP) serta nilai Golongan (NKP) ditentukan oleh (1) Jabatan akademik dan Pendidikan Tertinggi, dan (2) kepangkatan. Tatacara penskoran disajikan pada Tabel

Tabel Skor Berdasarkan Jabatan Akademik dan Pendidikan Tertinggi (NAP)

No. Urut

Jabatan

Akademik

Pendidikan

Tertinggi

Skor

1.

Asisten Ahli

Lulusan S-2

4

Lulusan S-3

5

2.

Lektor

Lulusan S-2

5

Lulusan S-3

6

3.

Lektor Kepala

Lulusan S-2

6

Lulusan S-3

7

Keterangan:

NAP: Skor berdasarkan jabatan akademik dan pendidikan tinggi (diperoleh langsung dari tabel).

NKP: Skor berdasarkan golongan (diperoleh langsung dari tabel).

NBI: Skor Test Bahasa Inggris

NPA: Skor Test Potensi Akademik

NPS: Skor Persepsional (oleh atasan, sejawat, mahasiswa, dosen yang disertifikasi (DYS).

Syarat kelulusan untuk NPS (Nilai Persepsional): Jangan sampai ada salah satu nilai 3, walaupun secara rerata komponen > 4.00 dan rerata total instrument > 4.50.

Nilai rerata komponen > 4.00

Peserta dinyatakan lulus jika nilai gabungan (NGB) > 4.00.

Jika lulus di D4 maka bisa mengikuti D5. Jika lulus di tahap ini maka perlu mempersiapkan CV dan penyusunan deskripsi diri

  • TAHAPAN DATA D5 (MENYUSUN DESKRIPSI DIRI)

Peserta D5 mengisi data Deskripsi Diri (DD) dan melengkapi berkas pendukungnya D5

Yang harus dilakukan:

  1. Memahami pedoman skoring Deskripsi Diri, Keterkaitan CV dan DD, teknis penulisan DD
  2. Memastikan Curriculum Vitae (Daftar Riwayat Hidup) di sister sudah lengkap termasuk lampiran dokumen utama yang disyaratkan (Publikasi, Sertifikat TOEP, TKDA, AA/Pekerti, Foto)
  3. Menulis Deskripsi Diri pada aplikasi pengolah kata (contoh Mc. Word )
  4. Mengcopy paste Narasi Deskripsi Diri yang dibuat di word ke aplikasi sister
  5. Download Lembar Pengesahan, Menandatangani Lembar Pengesahan, Tanda tangan dan Stempel pimpinan fakultas, Tanda tangan dan stempel pimpinan perguruan tinggi (paraf Ketua LP3M dan tanda tangan WR1), dan menguploadnya ke laman sister.

Setelah itu Kampus mengusulkan peserta D5 yang lengkap berkasnya untuk diikutkan Seleksi Serdos Nasional. Tim SISTER Pusat, bersama dengan Tim PSD-PTPS, memeriksa dan menilai hasil pengerjaan data DD beserta berkas pendukungnya lalu Yudisium peserta yang lulus D5 dan tearkhir Pengumuman Lulus Serdos Nasional.

Aku mengikuti Serdos bulan Maret 2020 dan mendapatkan sertifikat bulan Desember 2020. Dalam prosedur mengikuti sertifikasi memang perlu persiapan matang, waktu yang lama tapi tetap semangat dan jangan lupa usaha, doa dan ikhtiar.

Semoga strategi lulus serdos dalam sekali tes bermanfaat bagi Dosen yang ingin lulus sertifikasi.

Salam

Winny

Pengalaman Pengurusan Kitas, SKTT, BPJS untuk WNA Perancis


Hello World!

Sumatera, Oktober 2020

Setelah pesta pernikahan dengan bule yang begitu penuh perjuangan terutama dalam pengurusan dokumen sebelum dan sesudah pernikahan maka PR kami berikutnya ialah pengurusan KITAS. Sebelum mengurus KITAS, kami melewati proses pengurusan legalisasi buku nikah di 3 Kementrian yang begitu ribet dan ternyata itu tidak ada apa-apanya ketika mengurus KITAS. Kami mengurus KITAS karena memang setelah menikah kami memutuskan tinggal di Indonesia.

Lalu apa KITAS?

Kitas merupakan kepanjangan dari Kartu Izin Tinggal Terbatas yang diberikana kepada WNA (Warga Negara Asing) untuk tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu seperti tercantum pada Permenkumham No. 27 tahun 2014

Izin Tinggal Terbatas diberikan kepada:

  1. Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan Visa Tinggal Terbatas;
  2. Anak yang lahir di wilayah Indonesia pada saat lahir ayah dan/atau ibunya pemegang Izin Tinggal Terbatas;
  3. Orang asing yang diberikan alih status dari Izin Tinggal Kunjungan
  4. Nahkoda, awak kapal atau tenaga ahli asing di atas kapal laut, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah periran dan wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
  5. Orang asing yang kawin secara sah dengan warga Negara Indonesia
  6. Anak dari orang asing yang kawin secara sah dengan warga Negara Indonesia

Nah suami ada di poin 5 dan Kitas ini perlu bagai suami karena merupakan izin tinggal supaya boleh berada di Indonesia lebih dari 6 bulan.

Waktu kami belum menikah, suami bolak-balik Padang-Kualalumpur untuk mengurus Visa. Untuk WNA Perancis, masuk ke Indonesia dengan visa turis gratis selama sebulan, namun setelah itu harus keluar dari Indonesia. Setelah menikah, suami harus sering keluar masuk dari Indonesia karena masalah visa. Makanya kami mengurus KITAS yang bisa dipakai 1 tahun dan tidak perlu bolak-balik Indonesia-luar negeri. Kalau tidak mau keluar negeri bisa tapi bayar visa selama sebulan dan itu juga bulan berikutnya harus keluar lagi. Sunggguh menikah dengan pasangan beda Negara itu penuh liku dan siap-siapkan uang yang banyak demi mengurus dokumen yang begitu banyak dan belum lagi terasa melelahkan dan harus banyak sabar.

Sebelum mengajukan KITAS, terlebih dahulu mengurus VITAS di KBRI yang negaranya bisa dipilih, waktu itu kami memilih Kualalumpur, Malaysia. Serta karena ada rute pesawat Padang-Kualalumpur. Sampai teman-temanku heran kenapa aku sering bolak-balik Malaysia, yah karena pengurusan Visa suami.

Bagi yang mungkin punya rencana menikah dengan WNA dan ingin tinggal di Indonesia maka alur perizinan yang perlu diurus sebelum dan sesudah menikah:

CNI (syarat menikah), bagi MUALLAF surat Muallaf dan prenup (kalau mau beli properti di Indonesia)  -> Legalisasi buku nikah di 3 kementrian ->  Vitas -> Telex -> KITAS (berlaku hingga 2 tahun) -> Surat Lapor Ke Kepolisian -> Surat Keterangan Tempat Tinggal di Catatan Sipil -> Perpanjangan KITAS -> pengurusan ITAP  (setelah 2 tahun menetap di Indonesia).

Kalau punya anak maka perlu mengurus Affidavit (dwi kewarganegaraan anak).

WNA yang ingin mendapatkan KITAS maka langkah pertama ialah mendapatkan VITAS. Untuk tipe VITAS yang kami urus ialah VITAS Tipe 317 (penyatuaan keluarga) di KBRI tapi harus dapat telex terlebih dahulu secara online.

Proses mendapatkan Vitas untuk WNA Perancis di KBRI Kualalumpr, Malaysia

  1. Daftar online di http://www.imigrasi.go.id dan buat akun dulu.

Registrasi bisa dilakukan dari jam 08.00-16.00 pada hari kerja

Dokumen untuk pengajuan VITAS:

1  Surat permohonan VITAS sponsor suami/istri WNI dengan materai Rp 6000
2. KTP  WNI
3. KK WNI
4. Buku nikah/sertifikat nikah
5. CNI (Certificate of No Impediment to Marriage) dari Kedutaan pasangan
6. Paspor suami/istri WNA
7. Buku tabungan suami/istri WNI (saldo minimal 30 juta)
8. Tiket pesawat suami/istri WNA ke Indonesia (jika sudah ada)

Lalu upload dokumen di web Imigrasi supaya mendapatkan akun lalu akun tersebut di aktivasi.

Kami sempat mengalami kendala ketika mendaftar secara online terutama dalam pengisian passport.

2. Biaya telex Visa sebesar Rp200.000 dan pengambilan telex di KBRI luar negeri

Pada saat pengurusan telex ini kami mengalami kendala dalam mengupload buku nikah, akhirnya setelah 1 minggu gagal pengisian barulah 2 minggu berikutnya kami berhasil mengisi isian yang benar dan dapat telex visa. Pada saat pengisian telex lah kita memilih jenis permohonan serta lokasi perwakilan RI untuk pengambilan visa dan periode tinggal WNA. Notifkasi visa dikirm ke email dan di print. Visa Telex sebagai VITAS (Visa Tinggal Terbatas) dan persetujuan VITAS diterbitkan oleh Kantor Imigrasi Indonesia di Jakarta dan diteleks ke kedutaan besar Indonesia di luar negeri.

3. Setelah telex visa 

Telex Visa ditangan, suami ke KBRI Kualumpur, Malaysia yang beralamat di 233, Jl. Tun Razak, Imbi, Kualalumpur, dengan membawa dokumen berupa:

a. Passport

b. Telex visa

c. Surat permohonan

d.Surat sponsor

e. Biaya sebesar 625 RM (Singapura lebih murah 160 SGD).

Harga tergantung KBRI yang diajukan, beda Negara beda biaya.

f. Buku nikah

g. Pasfoto suami/istri WNA ukuran paspor 2 lembar

h. Tiket suami/istri WNA ke Indonesia

i. Isi form

Perlu diingat bahwa VITAS 317 akan ditempel di paspor WNA dan tertera nama sponsor dan masa berlaku VITAS hanya single entry atau sekali masuk ke Indonesia

4. Setelah Vitas didapat maka suami balik ke Indonesia dan lapor ke Imigrasi untuk pengurusan KITAS. Vitas dibuat dan dibayar di KBRI lalu si WNA diberi waktu 3 bulan untuk masuk ke Indonesia untuk apply Itas di Kantor Imigrasi. Kalau permohonan disetujui baru WNA bayar 2,5 juta untuk KITAS+MERP selama 1 tahun.

Setelah mendapatkan Vitas, maka kami mengurus KITAS yang mengurus air mata. Masa berlaku Vitas terbatas maka kami harus segera mengubuhanya ke Kitas. Pada saat pengurusan KITAS, aku sedang hamil muda. Kami tinggal di Sumatera Barat namun semua dokumenku masih Sumatera Utara. Awalnya kami mengurus KITAS suami di Imigrasi Agam, namun kata suami ditolak dan harus di urus di Imigrasi Sibolga karena KTP ku masih KTP Padangsidimpuan. Mau gak mau, kami ke Sibolga padahal umur kandunganku pada waktu itu masih muda dan rawan tapi kami harus naik transportasi darat selama 12 jam. Sesampai di Sibolga ternyata KITAS suami ditolak karena kami tinggal di Sumatera Barat dan harus diurus di Sumbar.

Asli saat itu aku menangis sejadi-jadinya di Imigrasi dihadapan semua orang. Suami sampai merasa iba dan aku sudah tidak malu menangis didepan umum karena  merasa bagai bola ping-pong dioper sana-sini dan yang menyedihkan perjalanan pp (pulang pergi) Payakumbuh-Sibolga 24 jam tidak ada gunanya padahal saat itu bergitu beresiko melakukan perjalanan jauh saat kandungan masih hitungan mingguan. Akhirnya dengan terpaksa kami balik mengurus KITAS di Sumbar dengan hati yang sedih.

Setelah kedua kali balik ke Imigrasi Agam ternyata terjadi “miscom” bahwa kalau ada surat Domisili (SKTT/Surat Keterangan Tempat Tinggal) dari KELURAHAN bisa mengurus di Sumbar.

Ketika mengurus Kitas meski kondisi hamil, aku juga mesti ikut dengan suami dalam pengurusan sebagi sponsor meski esensi aku ikut beberapa kali itu tidak ada, yang  penting hanta saat wawancara saja.  Kalau diingat perjuangan mendapatkan KITAS suami saat hamil muda itu bikin usap mata, hapus ingus. Tapi Alhamulillah, masa sulit itu telah dilewati.

Oh ya karena permasalah alamat di KTP pada pengurusan KITAS, akhirnya aku memutuskan mengurus perpindahan alamat KTP dari Sumut ke Sumbar agar kami tidak memiliki kendala dalam permasalahan dokumen. Meski suami tidak habis pikir mengapa KTP yang sifatnya Nasional hanya berlaku dalam satu wilayah saja. Yah mau gimana Perancis dan Indonesia ‘kan berbeda apalagi tingkat kemajuan dan kesiapan dalam pelayanan masyarakat.  

Dokumen yang diperlukan dalam pengurusan KITAS + MERP (Multiple Exit Re-Entry Permit)

  1. Surat permohonan ubah VITAS ke KITAS sponsor WNI dengan materai Rp 6000
  2. KTP WNI
  3. Kartu Keluarga WNI
  4.  Buku nikah
  5.  CNI (Certificate of No Impediment to Marriage) dari kedubes pasangan
  6.  Buku tabungan 
  7. Paspor WNA
  8.  Telex VITAS
  9.  Pasfoto berlatar merah, ukuran 2×3 (2 lembar) dan 3×4 (2 lembar)
  10. Biaya KITAS (Izin tinggal terbatas) masa berlaku paling lama 1 tahun dengan biaya Rp 1.500.000
  11.  Biaya MERP(Izin masuk kembali) masa berlaku paling lama 1 tahun dengan biaya Rp 1.000.000
    Setelah wawancara dengan pihak Imigrasi, kami membayar biaya KITAS+MERP lalu suami melakukan photo dan sidik jari. Dari proses Itas, kami bolak-balik ke Imigrasi melengkapi dokumen yang ketingalan dan prosesnya selama 2 minggu. Pada saat proses ITAS, passport suami ditahan dan ITAS dikirim melalui email sponsor.

Setelah ITAS ditangan, kami mengurus STM (Surat Tanda Melapor) di kepolisian.

Dokumen yang diperlukan dalam pengurusan Surat Tanda Melapor di kepolisian:

  1. Buku Nikah
  2. ITAS
  3. Passport WNA
  4. KTP dan KK WNI
  5. Biaya: gratis

Dalam pengurusan Surat Tanda Melapor sangat mudah dan singkat. Kepolisian Payakumbuh sangat gercep alias gerak cepat. Kami di kantor Polisi sehari dan beberapa menit, selesai. Pengurusannya di bagian Intlel dan suami sangat takjub dengan kinerja Kepolisian yang memiliki integritas tinggi dan sangat membantu terutama Polisi di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Lalu setelah itu kami ke Dinas Kependudukan dan Catatn Sipil) untuk mengajukan SKTT (Surat Keterangan Tenpat Tinggal).

Dokumen yang diperlukan untuk pengurusan SKTT:
1. KITAS
2 Paspor WNA
3. Buku nikah
4. KTP WNI
5. Kartu Keluarga WNI
6. Surat sponsor suami/istri WNI
7. Foto suami/istri WNA 2×3 = 2 lembar
8 Surat Keterangan Tempat Tinggal dari Keluarahan

9. Surat Tanda Melapor dari kepolisian.

10. Biaya: gratis

Sama seperti kepolisian, pengurusan SKTT juga sangat cepat dan nyaman. Kami sangat dibantu terutama dalam pengurusan SKTT dan selesai cepat, hari ini di submit keesokan harinya selesai.

Nah setelah ITAS, BUKTI LAPOR POLISI dan SKTT kami dapatkan kami mengurus BPJS untuk suami.

Dokumen yang diperlukan untuk pengurusan BPJS WNA

  1. Buku Nikah
  2. KITAS
  3. KK dan KTP WNA
  4. Amprah Gaji/slip Gaji

Karena aku PNS, jadi mengurus BPJS suami sangat mudah dan satu hari selesai. Hanya saja,masa berlaku BPJS lamanya sama dengan masa berlaku KITAS, sehingga perlu kami update tiap tahun.

Semua prosedur yang aku dijelaskan itu berlaku selama setahun. Untuk perpanjangan KITAS lebih mudah daripada pengurusan di tahun pertama.

Dokumen yang diperlukan untuk perpanjangan KITAS

  1. Formulir
  2. Fotokopi dan asli dari Paspor WNA dan visa;
  3. Fotokopi dan asli KITAS lama
  4. Surat Permohonan dari Penjamin yang ditujukan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang diajukan
  5. Surat Penjaminan dari Penjamin bermaterai
  6. KTP Penjamin
  7. Surat Keterangan Tempat Tinggal
  8. Surat Kuasa dalam hal pengurusan melalui kuasa
  9. Biaya sebesar Rp2.500.000 untuk KITAS+MERP

Proses pengurusan KITAS+MERP, SKTT, surat lapor dan BPJS untuk suami di tahun kedua sama dengan tahun pertama. Bedanya untuk KITAS di tahun kedua, pihak Imigrasi datang ke rumah untuk wawancara. Sedangkan pengurusan yang lain sama saja namun lebih mudah.

Menuju dua tahun pernikahan kami, kami sudah melewati fase berat dalam pengurusan dokumen dan  bisa dilalui melalui proses dan kami jalanin setiap prosesnya. Namun masih banyak ujian yang datang terutama dalam pengurusan dokumen sana sini. Kami masih memiliki PR pengurusan Affidavit anak kami dan karena Corona kami memilih untuk menundanya.

Begitulah secuil cerita tentang pernikahan mix-marriage yang rempongnya mengalahin emak-emak. Like everyone said “menikah dengan WNA itu ribet, dan harus siap menikah dengan dokumen tapi itulah kunci kekuatan pernikahannya”.

Biaya Vitas+Kitas 1 tahun untuk WNA Perancis

Vitas yang kami bayar sebesar 625 RM di KBRI Malaysia dan setelah itu bayar lagi 2,5 jt untuk ITAS dan MERP. Vitas+Itas dan MERP habis sebesar 4,5 juta untuk 1 tahun. Tahun kedua hanya 2.5 juta

Salam

Winny

Pengalaman Lahiran Pertama Saat Pandemi Covid 19


Hello World!

Indonesia, Juni 2020

Setelah melaksanakan akad nikah ditanggal 28 Juni 2019, aku dan suami sebenarnya tidak merencanakan memiliki momongan, malahan merencanakan resepsi pernikahan dari pihak suami di Perancis tepatnya bulan Mei 2020. Yang ngebet punya anak itu aku, kalau suami beranggapan bahwa “baby is expensive” dan butuh tanggung jawab, tidak seperti prinsipku bahwa anak itu  membawa rezeki sendiri.

Sebulan setelah akad, kami melaksanakan resepsi pernikahan di kampung halamanku di Padangsidimpuan dengan adat BATAK ANGKOLA serta dihadiri Mertua. Malahan aku dan suami belum menikmati bulan madu, padahal pas sebelum menikah gayanya kita itu pengen honeymoon ke Machu Pichu tapi itu untuk sekarang masih menjadi angan-angan karena menikah itu mikirin “ini itu”, dan yang paling penting “mikirin dapur”. Berbeda sekali saat masih menjadi single yang bebas menggunakan uang, pas menikah lebih berpikir. Nah pas bulan ketiga setelah menikah ternyata aku kan belum isi sehingga waktu itu berpikir “ah susah buat anak wkwkwk”.

Resepsi pernikahan ala Batak Angkola

Yang palin gokil itu aku gak tahu kalau aku hamil karena memang siklus datang bulanku itu suka telat. Sekitar bulan September 2019, aku mengajak Icha makan Durian dua buah, DUA BUAH bukan DUA BIJI, dan itu habis kami makan. Padahal waktu itu sedang hamil muda dan tahunya aku hamil di bulan Oktober 2019 itupun setalah periksa ke Dokter karena aku mengalami nafsu makan yang kuat dan suka tidur.

Sebelum ke Dokter aku sudah tes pakai alat tespack tapi hasilnya buram namun garis dua. Kemudian aku ke Rumah Sakit Annisa (RS khusus anak dan ibu) di Payakumbuh untuk memastikan apakah benar-benar hamil atau tidak. Pas pergi ke Rumah Sakit aku sendirian, tanpa suami karena suami bilang dia belum siap jadi ayah. Rasanya pas di Rumah Sakit itu sedih apalagi nunggunya 5 jam yang bikin gak waras, dilihat ruang tunggu penuh ibu dengan suaminya, bikin jealous. Tapi ajaibnya pas aku melihat hasil USG, wajahku tersenyum dan bahagia, bahagia yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Lupa kalau sudah ngedumel gara-gara lama nunggu Dokternya. Sementara pas aku pulang dan membawa hasil kehamilan, suami merasa “terrorised” wkwkwkwkwk. Bagai langit dan bumi hihhihi… Aku senang eh suami merasa diteror 😛

Selama kehamilan dari segi kesehatan, aku Alhamdulillah sehat, tidak mengalami muntah, yang paling berat justru saat kehamilan bulan ke 7. Bulan ke 7 baru terasa hamilnya, perut makin buncit dan sudah tidur. Pas usia kandungan 8 bulan, bayinya kalau berputar sakit sekali. Namun pas hamilbulan 1-5, kehamilanku itu gak kelihatan hamil, malah bisa lasak kesana kemari.

Padang Mangateh saat hamil muda

Saat hamil aku malah masih sering jalan-jalan dengan suami mulai dari air tejun, ke Padang Mangateh, ke Danau Singkarak, Air panas di Tanah Datar (ini sampai di marahin Mertua karena sudah hamil 6 bulan) dan sampai ke Mekkah juga. Alhamdulillah memang rezeki anak bayi bisa UMRAH. Pas melaksanakan Umroh berjalan dengan lancar. Anehnya hamil rasa tak hamil, tapi ini sampai usia kandungan 7 bulan.

Sebelum Umroh banyak cobaan hidup padahal pas hamil mulai dari positive Torch, masalah KITAS suami yang melakukan trip jauh ke Sibolga, terus masalah rumah yang uang kami melayang bahkan masalah tanah yang batal beli di Sumatera Barat. Kalau mengingat semua cobaan itu, aku merasa lega melewatinya bersama bayi yang di dalam kandunganku, bayiku begitu kuat dan sabar melalui cobaan hidup ibunya bahkan sebelum dia dilahirkan.

Setiap bulan, aku dan suami periksa kehamilan rutin ke Dokter Spesialis Kandungan. Biaya USG lumayan murah yaitu Rp75.000 sekali USG, yang mahal itu di obat. Rencana melahirkan awalnya secara Normal, karena sama seperti wanita pada umumnya aku ingin melahirkan Normal.  Meski kehidupan saat hamil sebagai abdi Negara bagai langit dan bumi ketika masih sendiri dan bekerja di swasta. Masih ingat di Swasta aku tidak pernah ke Puskesmas, sukanya malah ke Rumah sakit itupun harus yang paling bagus banget di Jakarta karena semua di tanggung perusahaan. Eeh sekarang malah biaya sendiri karena asuransi hanya BPJS (disini aku sedih sekaligus bersyukur). Sedih karena privilege yang dulu gak ada lagi, bersyukur karena lebih mawas diri dan mengetahui bahwa hidup itu tidak selalu berada di atas. Pas hamil, kalau mau gratis, aku ke Puskesmas tapi saat ingi lihat USG ke rumah sakit dan bayar sendiri.

Hasil USG setiap bulan hingga kehamilan bulan ke 7, bayi selalu normal sehingga aku dan suami berencana memilih Rumah Sakit saat melahirkan. Saat usia kehamilan 6 bulan,  posisi bayi sungsang dan bulan ke 7 sudah normal lagi karena aku sering sujud. Nah pas bulan ke 8, Corona atau COVID-19 ada di Payakumbuh, Sumatera Barat. Padahal COVID-19 ini aku tahu pas saat Umroh di bulan Januari 2020 tapi saat itu masih hanya di Wuhan, China belum ada virus ini di Indonesia.

Saat Umroh tu aku sempat takut aku kena Corona sebab 2 hari kepulangan dari Mekkah, aku demam dan flu berat dan sampai di Indonesia sembuh baru 2 minggu. Aku terkena flu sampai demam karena saat di Mekkah, setiap hari pas sholat di Masjid pasti disampingku orang yang flu berat dan itu apes banget hampir tiap hari sehingga akhirnya kena flu. Untung sembuh di bulan Januari,padahal sempat takut bayiku kenapa-kenapa karena di Mekkah kan berkumpulnya umat dari segala penjuru.

Hamil 5 bulan pas Umroh
Hamil 5 bulan pas Umroh

Nah bulan Maret 2020, Indonesia mengumumkan orang pertama yang kena Covid dan itu masih di Jakarta. Sekitar bulan Maret (hamil 7 bulan), aku masih tenang dan kehidupan di Payakumbuh masih berjalan normal, masih bisa ke Rumah Sakit secara rutin hingga bulan April semua berubah dan kami takut ke Rumah Sakit.

Biasanya aku memeriksa kandungan di RS Bunda di Payakumbuh dan menunggu Dokter itu 1 hingga 3 jam, bahkan pernah 5 jam, padahal ketemu Dokternya tuh cuma 5 menit saja. Pas kehamilan  8 bulan sekitar April, akupun mencari praktek Dokter yang kalau bisa antriannya sedikit karena pas hamil saat pandemic Corono itu bikin was-was. Akhirnya atas saran teman aku pindah Dokter yang antriannya cepat meski agak mahal. Berunutng kami ke Dokter tersebut karena hasilnya ternyata posisi bayiku itu “Obliq dan kelilit tallit pusar”. Asli aku galau pas tahu itu, karena salama periksa, Dokter langganan yang tiap bulan aku periksa ke dia yang katanya berpengalaman dan terkenal Sesentaro Payakumbuh tidak pernah mengatakan bayinya kelilit tali pusar. Aku juga research tentang melahirkna normal kehamilan dengan kelilit tallit pusar dan obliq (posisi melintang), sehingga membuatku galau antara lahiran normal atau Operasi Caesar.

Aku sempat tanya sana sini, dan melakukan hypno birth yang katanya mengajak bayi agar lahir normal. Bahan aku mencari second opinon ke Dua Dokter yang berbeda, dan mereka menyarankan untuk lahiran Normal. Suatu sore aku dan suami naik motor dan hampir jatuhlalu karena sakit, aku kembali ke Dokter yang menyarankan Caesar dan ternyata posisi bayi masih kelilit dan Obliq. Sehingga jika melahirkan secara normal kemungkinan % lahirnya selamat hanya 20 persen saja, tentu saja membuatku was-was. Tapi yah itu kan kembali kepada Kuasa Allah, tapi aku tidak mau ambil resiko akhirnya memutuskan lahiran secara OPERASI CAESAR di Rumah sakit Umum pas Pandemi yang notabenenya gak tahu siapa yang kena Virus. Rasanya ini super galau!!

Awalnya Dokter menyuruh memilih tanggal 11, 13,16 Mei 2020 tapi karena aku ngeyel dan nyari pendapat Dokter lain serta seolah mengulur waktu, akhirnya lahirannya menjadi tanggal 23 Mei 2020 pas hari Ulang Tahun adikku dan sehari sebelum IDUL FITRI.

Sebelum Operasi Caesar
Sebelum Operasi Caesar

Selama hamil meski kehamilan memasuki bulan 9 aku tetap puasa, namun setelah tahu bahwa aku melahirkan secara Caesar barulah aku tidak puasa. Persiapan tenaga sebelum lahiran secara Caesar.

Aku memutuskan melahirkan secara Caesar tidak lah mudah, apalagi hanya aku dan suami yang ada di Payakumbuh. Keluarga tidak bisa hadir karena SPBB dan pandemik, sehingga kami benar-benar berdua saja. Untung ada Denny, Friska, Masri, dan anak-anak Formasu membantu pindah rumah saat aku hamil dan yang menjaga rumah kami saat melahirkan. Kalau dipikir-pikir betapa beruntungnya aku memiliki suami yang berjuang bersama menghadapi segala rintangan hidup 🙂

Sebelum Operasi Caesar, sehari sebelumnya kami sudah ke Rumah Sakit. Karena pakai BPJS, kami dapat surat rekomendasi Dokter sehingga bisa menggunakan BPJS, kalau tidak harus mengurus surat rujukan dari Puskesmas. Aku dan suami berdua ke Rumah Sakit Ibnu Sina dengan membawa perlengkapan berupa baju dan kami tiba di RS jam 9 malam. Tiba di rumah sakit, suasananya sepi karena menjelang Lebaran dan  karena Corona juga. Di Rumah sakit, kami mengurus administrasi dan aku masuk ke UGD dan diinfus. Ingat infus aku ingat Ana, Fiska, Maulina yang menemaniku saat Operasi Amandel di Jakarta tahun 2018.  Aku malahan sempat Video Call dengan Ana mengenang masa-masa  itu seolah mengulang hal yang sama.

Bicara dengan Ana sebelum diingus lumayan lega, karena sumpah aku sangat benci di suntik bahkan pernah pingsan karena disuntik apalagi diinfus. Mukanya aja aku snagar, hatinya Hello Kitty :D. Sialnya pas diinfus, salah urat akhirnya pembuluh darah tanganku pecah dan rasanya tanganku mati rasa. Inilah alasan aku masih berharap waktu itu bisa melahirkan normal, tapi demi kesalamatan si Bayi yasudah mungkin jalannya harus Caesar. Di Rumah sakit hal pertama yang membuat agak-agak ilfeel ketika toiletnya ada kecoak, untung pas di ruangan kami, kamar mandinya bersih. Pas di ruangan, tenyata Kelas 1 tidak ada tempat tidur buat suami, sementara aku diinfus. Alhasil Denny datang membawa Matras dan suami tidur di lantai, mau naik kelas ke VIP harus nunggu esok harinya. Aku sungguh terharu melihatnya tidur di lantai,,, hikss!!

Jadwal Operasiku jam 11 pagi dan teman sekamar di RS bernama Annisa yang juga operasi dengan Dokter yang sama.  Cuma dia operasinya pertama. Nah keesokan harinya sebelum Operasi, kami memakai Keteter yang sakitnya Astagfirullah. Jadi pipisnya melalui selang, belum lagi obat yang bikin mati rasa tiap kali dimasukkan ke infus.

Untuk ke ruang Operasi, kami memakai baju Operasi dan hanya boleh diantar sampai ruang tunggu saja. Operasiku dimajukan jam 10 pagi, suami menunggu di luar ruangan Operasi. Memasuki ruangan Operasi, jantungku tak karu-karuan apalagi melihat darah yang dibersihkan secara buru-buru oleh tenaga Medis agar aku tidak lihat namun terlanjur aku lihat, dan melihat darah di lantai rasanya gak kuat. Oh ya karena Pandemi sehingga kami wajib memakai masker selama di rumah sakit dan yang boleh jenguk juga dibatasin. Dokter yang mengoperasi kami juga pakai baju yang memenuhi standar agar tidak terkena Corona.

Sebelum operasi caesar

Saat operasi lamanya 1 jam, aku dibius sebagian sehingga aku sadar saat di Operasi. Terus aku juga bisa melihat tubuhku yang disayat dari lampu Operasi dan aku memilih untuk tidak melihatnya karena takut dan gak sanggup malahan aku ngomong melantur alias mengajak Dokternya sesekali bicara agar menghilangkan rasa khawatirku.

Pas Operasi aku membaca Alfatihah berulang-ulang. Rasanya itu badan terbelah dua, bayi diambil dari perut dan tidak sakit tapi tahu kalau badan disayat-sayat, benar-benar pengalaman yang mengerikan terlebih bagiku yang takut dengan Operasi. Namun ketika suara tangis bayiku keluar aku langsung mengucapkan “Alhamdulillah”.

Meski melahirkan secara Caesar di pandemic COVID-19, Bayiku selamat dengan berat 3 kg. Pengalaman melahirkan secara Caesar itu ketika pasca operasi, rasanya baru sakit setelah bius hilang. Hari pertama ASI tidak bisa keluar, dan mau duduk sakitnya astagaaaa. Pas ASI tidak keluar, sangat stress sekali. Kemudian di hari ke dua barulah Asiku keluar dan sudah mulai bisa berdiri meski masih sakit. Untuk mandi saja, suami yang mandikan apalagi ada infus yang membuat susah melakukan gerakan. Kami tiga hari empat malam di rumah sakit,  merasakan Idul Fitri di rumah sakit pas Pandemi pula tanpa keluarga. Namun kami bersyukur karena masih diberi nikmat merasakan momen ketika menggendong bayi sendiri pertama kali. Kami datang ke Rumah Sakit berdua, dan pulang bertiga dengan bayi perempuan yang membuat ayahnya awalnya “hanya mengatakan janin”, yang menjadi “bayi” mungil kami dan terlihat jelas suami mencinta anaknya meski dia tidak pernah mengatakannya.

Anak dan ayah

Dari pengalaman melahirkan secara Operasi Caesar, aku sungguh salut dengan ibu-ibu yang melahirkan secara Normal maupun Caesar. Ternyata itu sebabnya surga di telapak kaki ibu, meski tidak semua ibu yang benar-benar ibu.

Kalau dari pengalaman petama melahirkan secara Caesar, sebaiknya kalau bukan karena factor kesehatan mendingan Normal karena pemulihan pasca Caesar ini sungguh berat apalagi pas bayi nangis dan mau memberikan ASI eh diri sendiri saja tidak bisa bergerak. Disini rasanya gagal jadi wanita, untung aku gak kena baby blues.

Untuk aku sendiri, rasa sakit setelah Operasi Caesar baru lumayan mendingan setelah 2 minggu namun bekasnya masih ada. Hingga sekarang masih tahap penyembuhan. Kini aku berada di fase menjadi orang tua dan memasuki dunia baru. Tentu dunia baru menjadi orang tua memiliki tanggung jawab yang besar, dan semoga aku dan suami bisa menjaga AMANAH yang diberikan Allah.

Salam

Winny

Jalan-jalan ke Sungai Batu Busuk, Padang


Hello World!

Padang, Maret 2020 

Sebelum ada pengumuman dari Pemerintah mengenai kasus Corona di Indonesia dan membatasi diri dari kerumunan (self distancing) maka jalan-jalan terakhir bersama suami ialah ke Batu Busuk atau Bahasa Minangnya Batu Busuak di Padang. Itupun sebenarnya tidak ada rencana melakukan traveling, kebetulan aku ada training di Padang sehingga suamiku tiba-tiba menjadi suami waspada dengan ikut denganku karena dia khawatir kondisiku yang sedang berbadan dua.  Awalnya dia tidak setuju untuk ikut pelatihan, namun kahirnya diizinkan dengan syarat dia ikut, takut terjadi apa-apa di jalan.

Nah pas ke Padang akupun menginformasikan kepada Arum dan Tio (dua adikan dari kampungku, Arum dari Padangsidimpuan, Tio dari Binanga). Lalu Arum mengajak ke Batu Busuk, tempat indah di Padang. Lokasinya pun dekat dengan kampus UNAND, Limau Manis. Meski sedikit ragu dengan tawarannya, Arum memberikan dua pilihan,oertama dengan jalan kaki tapi butuh waktu treking sekitra 2 jam dari UNAND atau naik Gocar sekitar 15 menit saja. Lalu aku memilih opsi kedua dengan naik Gocar.

“Kak on maligi, jeges Batu Busuak i, maligi pedesaan”, kata Arum

(Kak ini lihat dan memberikan link tentang Batu Busuk. bagus tempatnya dan bisa melihat pedesaan).

Karena ajakan Arum akupun mengajak suami ke Batu Busuk. Padahal pas ajakan itu aku sudah balik ke bawah, maklum jarak Padang Kota ke Unand naik angkot alias angkutan umum sekitar 45 menit. Pada saat aku mengajak suami ke Batu Busuk jam 4 sore dia agak malas karena cuaca di Padang sungguh panas sekali. Lagian kami sudah PW di hotel dengan suami, baru saja jam 2 istirahat terus jam 4 pergi lagi. Tapi karena lihat Sungai Biru di Batu Busuk dari membaca pengalaman orang akhirnya aku membujuk suami dan diapun setuju.

Kami janjian jam lima sore di UNAND, Arum yang duluan datang kemudian kami menunggu Tio. Setelah Tio datang, lalu kami memesan Go Car dengan biaya Rp15.000 dari UNAND. Tio membawa sepeda motor dan mengikuti kami dari belakang. Jarak dari UNAND ke Sungai Batu Busuk tidaklah terlalu juah. Namun saat kami memesan Gocar GPS yang kami masukkan salah sehingga kami harus menambah Rp10.000 lagi sehingga biaya Go Car untuk kami bertiga Rp25.000 dari UNAND (sama kayak harga bis dari Padang-Payakumbuh :D). Agak mahal tapi karena tidak mau repot akhirnya kami Ok saja.

Mobil yang kami tumpangin hanya sampai di Pabrik PLTA Semen Padang, dari tempat ini suami dan Arum terpaksa jalan kaki sekitra 15-20 menit. Sementara aku dibonceng Tio sampai ke jembatan. Untuk parkir hanya membayar Rp2.000 tapi kalau jalan kaki gratis. Makanya suami dan Arum tidak bayar.

Sesampai di jembatan, aku dan Tio menunggu suami dan Arum. Setelah itu kami turun bersama ke bawah Sungai Batu Busuk. Pas pertama melihat Sungai Batu Busuk aku langsung takjub karena warna airnya itu biru padahal kami disana jam 5 sore loh. Tidak kebayang kalau jam 1 siang dan terkena matahari, dipastikan lebih biru lagi.

 

Sayangnya pas kedatangan kami di hari Jumat, jadi tidak ada penjual gorengan seperti yang Arum katakan. Kami juga tidak membawa makanan, sehingga hanya bisa mandi air saja. Kalau piknik di Sungai ini rasanya seru sekali, udaranya segar, airnya pun jernih. Aku tak menyangka ada tempat seindah ini di Padang, dekat kampus lagi.

Menariknya area ini memang sudah disulap jadi tempat wisata dan tempat berkemah bahkan tempat arung jeram. Ah kalau tidak lagi musim Corona, pengen rasanya balik ke Padang terus main arung jera, eits tapi belum bisa juga deng harus nunggu brojolan dulu hehe 🙂

Saat turun, aku dan Tio malah asik bermain air. Sementara Arum dan Suami mandi di Sungai, padahal suami tidak bawa baju. Akupun ingin mandi juga namun karena malas basah-basah pulang akhirnya cukup percikan kaki ke air saja sudah bahagia.

Saat kami di Sungai Batu Busuk, pengunjung lokal lumayan banyak namun masih kondusif untuk dikunjungi. Tio yang baru pertama kali ke Sungai Batu Busuk merasa tempatnya indah. Kami sangat berterimakasih kepada Arum, karena kalau bukan dia, kami mungkin tidak tahu tempat seindah ini.

 

Sayangnya kami datang terlalu sore sehingga tidak bisa menjelajah wilayah Sungai Batu Busuk lebih dalam. Mungkin kalau jalan kaki dari UNAND bakalan lebih seru lagi karena melewati hutan. Namun walau demikian, jalan-jalan sore kami lumayan asik. Suami sampai buka baju dan mandi, bahkan mandinya lama.

Melihat orang mandi itu rasanya pengen mandi juga tapi aku dan Tio cukup puas main air. Untuk warna biru dari Sungai Batu Busuk kemungkinan dari Ganggang karena jauh dari jembatan ini dengan aliran yang sama maka airnya tidak biru. Hanya area di dekat jembatan yang memiliki air biru sampai ke persawahan. Tapi ini hanya menurutku saja ya kenapa bisa airnya biru. Untuk air di Sungai Batu Busuk tidak terlalu dingin, tidak seperti di Batang Tabik, Payakumbuh yang sangat dikit. Tapi warna air Sungai Batu Busuk bagus.

Jegesan sian Aek Sijornih kak, kata Arum

(Lebih cantik dari Air Jernih di Padangsidimpuan) dan akupun mangaminin ini.

Di Sungai Batu Busuk juga terdapat ikan larangan. Jumlah ikan di Sungai Batu Busuk ini banyak namun tidak ada yang berani mengambilnya.

Sekitar jam 6 sore, kamipun pulang dari Sungai Batu Busuk. Sore yang menyengakan, namun jangan tanya kenapa namanya “Busuk”, karena aku juga tidak tahu.

Harga Tiket Masuk ke Sungai Batu Busuk: Gratis

Parkir Rp2.000/motor

Lokasi Sungai Batu Busuk

Jl. Koto Tuo, Kelurahan Lambuang Bukik

Kecamatan Pauh (Dekat Universitas Andalas)

Padang, Sumatera Barat

Salam
Winny

Travelling ke Janjang Sajuta di Agam dan Pemandan Air Panas di Tanah Datar


Hello World!

Sumatera Barat, 1 Maret 2020

“Kak udah pernah ke pemandan air panas di Tanah Datar belum?, tanya Markus kepadaku”

“Emang ada ya pemandian air panas di Tanah Datar?,  tanyaku”

“Ada kak tepatnya di Batusangkar, jawabnya”

Sejak itu aku jadi penasaran mengenai pemandian air panas yang ada di Batusangkar.  Aku cukup sering ke Batusangkar namun tidak pernah tahu ada pemandian air panas tersebut. Pertama kali ke Batusangkar  itupun ke Istana Pagaruyung. Sehingga jika ada kesempatan ingin juga mencoba air panas di Tanah Datar.  Penasarannya apakah air panas tersebut dari Sulfur atau panas alami. Baru setelah 3 bulan percakapan dengan Markus akhirnya bisa ke pemandian air panas.

Kami berangkat dari Payakumbuh jam 13:30 WIB degan sepeda motor. Markus dengan Rico dan aku dengan suami. Sebelum ke pemandian  air panas kami malahan singgah  ke Janjang Sajuta yang ada di Bukittinggi. Jarak dari Payakumbuh ke Janjang sajuta lumayan jauh dengan sepeda motor karena lokasinya berada di bawah Lereng Gunung Simalanggang. Kami tiba di Janjang Sajuta jam 16:00 WB. Untuk masuk kedalam Sajuta Janjang gratis tapi ada saja oknum yang memanfaatkan situasi dengan meminta uang parkir sebesar Rp5.000. Uang tersebut diminta oleh penjaga  warung yang ada (kalau menganggap orang yang meminta retribusi dan tidak masuk ke khas Daerah termasuk tindakan premanisme tapi karena daripada motor ilang yasudahlah).

Janjang Sajuta merupakan objek wisata baru di Bukittinggi yang bisa melihat Kota Bukittinggi dari atas Puncak.  Janjang Sajuta yang ada di bawah Gunung Simalanggang merupakan imitasi dari Tembok Besar China dengan sejuta anak tangga tapi aku tidak menghitung jumlah anak tangganya soalnya gak focus ke jumlah anak tangga, salfoknya ke pemandangan di bawahnya. Rute ke Janjang Sejuta lumayan susah karena jalannya yang mendaki apalagi dengan sepeda motor. Kami juga harus trekking melalui anak tangga yang jumlahnya lumayan banyak. Meski Janjang Sajuta merupaan KW dari Tembok China tapi pemandangan sekitarnya lumayan ASRI, kalau stress cocok ke sini karena membuat otak menjadi jernih.

Kami memulai trekking di tengah jalan, kami tidak memulai dari dasar trekking. Meski kami curi jalan dari tengah, kami lumayan ngos-ngosan saat mendaki anak tangga. Tapi ketika sampai di atas terbayar lelahnya karena pemandangannya cakep bahkan banyak pohon pinus di atas  Janjang Sajuta. Menariknya Janjang Sajuta terbuat dari semen dan cocok buat olahraga. Disepanjang jalan menuju ke Puncak Janjang Sajuta, terdapat banyak sekali penjual makanan  sehingga jangan khawatir lapar atau haus di daerah ini. Tidak hanya itu di Puncak juga terdapat Musholla.

Waktu kedatangan kami ke Janjang Sajuta, tempatnya tertutup untuk umum namun kami mencoba masuk saja, dan ternyata tidak hanya kami saja yang berada di Janjang Sajuta, nyatanya banyak turis local yang datang bahkan banyak juga masyarakat sekitar yang berolahraga. Aku tidak bisa bayangkan betapa lelahnya kalau dari bawah karena kami mulai setengah saja sudah membuatku mandi keringat. Oh ya aku juga menyicip makanan khas Sumatera Barat disini yaitu Kerupuk kuah Sate dengan mie.

Pas bersantai di puncak sambil jajan itu nikmat rasanya, padahal waktu kami traveling ke Janjang Sajuta, cuaca kabut jadi tidak terlalu jelas pemandangannya. Bahkan suami katanya “B” saja dan tidak terlalu membuatnya “wow”. Tapi lumayanlah buat refreshing. Kami menghabiskan waktu sekitra 1 jam disini lalu memutuskan ke pemandian air panas yang ada di Batusangkar.

Lokasi Janjang Sajuta

Janjang Sajuta

Perjalanan dari Janjang Sajuta ke pemandian air panas di Batusangkar lumayan jauh. Kami sempat istirahat di beberapa tempat. Bahkan suami katanya kalau tahu sejauh itu dia pastikan tidak mau karena mengingat kondisiku tidak seperti dulu. Kami tiba di pemandian air panas di Batusangkar jam 8 malam. Untuk harga tiket masuk pemandian air panas di Batusangkar Rp8.000/orang ditambah Rp2.000 untuk parkIr motor. Kolam air panas terdiri 2 yaitu khusus laki-laki dan khusus perempuan. Pintu masuknya sama namun kolamnya berbeda dan dipisah. Untuk kolam laki-laki terdiri dari 3 buah kolam mulai dari air panas, hangat dan air untuk mandi sedangkan untuk kolam perempuan terdiri dari dua kolam yaitu air hangat dan air untuk mandi. Menariknya banyak orang datang kesini bahkan makin malam makin ramai. Air panas yang berada di Batusangkar bukan dari Sulfur seperti pemandian air panas di Sumatera Utara atau wilayah Indonesia yang pernah aku kunjungin namun air panasnya dari perut bumi. Rata-rata yang datang kemarin untuk berobat tapi yaitu percaya gak percaya. Aku sendiri hanya penasaran dan memang suamiku sangat suka dengan wisata tipe hot spring.

Berkat Markus aku jadi tahu tempat air panas disini. Air panas di Batusangkar mirip seperti air panas yang ada di Sipirok yang pas setelah nikah kami datangin dengan keluargaku. Bedanya kalau di Sipirok berbentuk Pancuran, di Batusangkar berbentuk kolam. Pas aku masuk ke dalam kolam air panas,ada pengumuman larangan terutama jangan mandi sendiri dan jangan mandi saat lapar. Untungnya meski jam 8 malam, aku tidak sendiri sehingga aku bisa mandi di kolam. Airnya lumayan panas bahkan aku tidak masuk ke dalam kolam, hanya mengambil air panas dan gayung ke dalam badan. Pas mandi rasanya capek karena naik motor ilang bahkan pusing kepalapun hilang. Aku berada di kola mini hanya 30 menit saja dan makin banyak yang berdatangan. Maklum aku tidak suka mandi malam, namun airnya lumayan panas dan canggih menghilangkan rasa capekku. Lalau setelah itu aku keluar dan menunggu suami, Markus dan Rico. Sekitar jam 9:30 malam barulah mereka keluar dan kami sempat jajan disekitar air kolam. Banyak juga penjual makanan di sekitar kolam (tipikal wisata Indonesia). Barulah setelah itu kami pulang.

Oh ya di pemandian air panas Padang Ganting di Batusangkar tidak disediakan handuk sehingga bawa handuk sendiri. Kalau shampoo dan sabun kalau tidak membawanya dari rumah bisa dibeli disekitar warung. Kami karena sudah persiapan membawa peralatan mandi demi ke kolam air panas.

Selain Air Panas Padang Ganting di Tanah Datar, pemandian air panas juga ada di Nagari Tuo Pariangan, namun pas kesana aku tidak mencobanya dan aku tahu air disana panas karena sempat memegang aliran air dari rumah warga.

Sepulang dari air panas kami sempat singgah di Kawa Daun meski jam 11 malam dan baru sampai jam 12 malam di Payakumbuh dan langsung dimarahin Mertua. Iyalah kami seharusnya tidak boleh jalan lagi aplaagi di dengan sepeda motor selama 10 jam. Akhirnya kami berjanji untuk tidak jalan-jalan jauh lagi sampai kondisi memadai. Mungkin suatu saat kami pasti kembali ke air panas ini karena suamiku suka. Namun dari sekarang semua kegiatan jalan-jalan dihentikan apalagi lagi musim Corona, better safe than sorry! Apalagi lihat tiket murahnya bikin mupeng, tapi itulah ditahan dulu karena kesehatan lebih utama.

 

Itulah perjalanan panjang kami ke pemandian air panas di Batusangkar, meski satu Provinsi namun memakan waktu 10 jam juga. Tapi kami tidak kapok untuk traveling ke air panas, suatu saat akan kembali lagi.

Lokasi Pemandian Air Panas Padang Ganting

Salam

Winny

A life in Sumatra: Food / Une vie à Sumatra: Nourriture


Hello everyone,

As promised 1 month ago, here is the second article about life in Sumatra from a foreigner (me) perspective. Let me remind you that the content of those articles reflects my opinion and experience of the place and can be subject to incomplete information, inaccuracies and wrong interpretations and for those I apologize in advance.

Today I am going to write about a topic that concerns everyone: food.

Comme promis il y a 1 mois, voici le deuxième article d’une vie à Sumatra du point de vue d’un étranger (moi). Permettez-moi de vous rappeler que le contenu de ces articles reflète mon opinion et mon expérience du lieu et peut être sujet à des informations incomplètes, des inexactitudes et des interprétations erronées et pour cela je m’excuse à l’avance.

Aujourd’hui, je vais écrire sur un sujet qui concerne tout le monde: la nourriture.

 

ALII-5

I LOVE food, and I actually kinda regret that I didn’t study cookery, but what I studied ain’t today’s topic… I am not the only one who love food, Indonesian people love to eat too, you can’t do 100m without finding a stall selling some kind of food.

J’ADORE la nourriture, et je regrette en fait que je n’ai pas étudié la cuisine, mais ce que j’ai étudié n’est pas le sujet d’aujourd’hui… Je ne suis pas le seul à aimer la nourriture, les Indonésiens aiment aussi manger, vous ne pouvez pas faire 100m sans trouver un étal vendant une sorte de nourriture.

 

However, despite the country’s passion for food, I also notice an awful lack of variety in what they offer (with the exception of the biggest cities). I remember that the biggest city nearby my place in France was roughly 30 000 inhabitant and had restaurants from Vietnam, Italy, Turkey, Japan and probably other restaurants serving ALII-4different foreign delight that I don’t know of… Where I am living now, the city is over 100 000 inhabitants and the most exotic food served here is Pizza and KFC… and that’s all… I still haven’t tried the pizzas… but I admit that a restaurant displaying a “date pizza” on its menu makes me slightly suspicious… plus I can cook pizza myself…

Cependant, malgré la passion du pays pour la nourriture, je constate également un terrible manque de variété dans ce qu’ils proposent (à l’exception des plus grandes villes). Je me souviens que la plus grande ville à proximité de chez moi en France était d’environ 30 000 habitants et avait des restaurants Vietnamiens, Italiens, Turcs, Japonais et probablement plus servant
d’autres délices étrangers que je ne connais pas… Là où j’habite actuellement, la ville compte plus de 100 000 habitants et les restaurants les plus exotiques ici sont une pizzeria et un KFC… et c’est tout… je n’ai toujours pas essayé les pizzas… mais J’avoue qu’un restaurant affichant une «pizza aux dattes» sur son menu me rend un peu méfiant… en plus je peux les cuisiner moi-même…

 

Anyway, this is my biggest reproach to Indonesian food: the lack of variety… and because they don’t (most of them) cook pork nor use alcohol in their cookery it limits even further the available choices.

Quoi qu’il en soit, c’est mon plus grand reproche à la nourriture indonésienne: le manque de variété… et parce qu’ils ne cuisinent pas de porc (la plupart d’entre eux) ni n’utilisent d’alcool dans leur cuisine, cela limite encore plus les choix disponibles.

 

Where I am living, the most commonly found food  are those: fried chicken, sate, bakso, mie goreng and nasi goring any other Indonesian food, without being hard to find, takes a bit more walking than those as I could literally go get one of those and come back in 5 mn (For those who don’t know, sate is a kind of barbecue skewer with some sauce served with kerupuk (crisps) and lontong (compacted rice), bakso is some kind of grayish meatball that looks quite suspicious (and also taste suspicious), mie goreng are fried noodles and nasi goreng fried rice.). You might notice that 3 out of those 5 items are fried food… that is another reproach I make to Indonesia: they fry everything… Everything is coated in oil, no wonder why diabetes is the first cause of mortality in the country…

Là où je vis, les plats les plus couramment servis sont: le poulet frit, le sate, les baksos, les mie goreng et le nasi goring toute autre nourriture indonésienne, sans être difficile à trouver, prend un peu plus de marche alors que je pourrais littéralement aller en chercher un de ceux que je viens de citer et revenir en moins de 5 mn (Pour ceux qui ne savent pas, le sate est une sorte de brochette au barbecue avec de la sauce servie avec des kerupuk (chips) et du lontong (riz compacté), le bakso est une sorte de boulette de viande grisâtre qui a l’air assez suspects (et dont le goût est également suspect), les mie goreng sont des nouilles sautées et le nasi goreng du riz sauté). Vous remarquerez peut-être que 3 de ces 5 plats sont des aliments frits… c’est un autre reproche que je fais à l’Indonésie: ils font tout frire… Tout est recouvert d’huile, pas étonnant que le diabète soit la première cause de mortalité dans le pays…

 

ALII-3
A nasi goreng (fried rice)

Talking about health, when eating in Indonesia you shouldn’t be too mindful of hygiene as the local standards are… well… much lower than western ones and I got sick quite a few times during my stay (diarrhea, sometimes for days).

En ce qui concerne la santé, lorsque vous mangez en Indonésie, vous ne devriez pas faire trop attention à l’hygiène car les normes locales sont… eh bien… bien inférieures à celles de l’ouest et je suis tombé malade plusieurs fois pendant mon séjour (diarrhée, parfois pendant des jours).

ALII-2
Indonesia being mostly a street food country rather than a restaurant country the food is more than often not preserved well and weak or unused stomach will most definitely feel the difference with the food of its country. And the lack of hygiene doesn’t start with the street food stalls.

L’Indonésie étant principalement un pays de restauration de rue plutôt qu’un pays de restaurants, la nourriture n’est souvent pas bien conservée et un estomac faible ou non-habitué ressentira très certainement la différence avec la nourriture de son pays. Et le manque d’hygiène ne commence pas avec les stands de nourriture de rue.

 

If you wander in the city, you may come across one of the local market… while you are there, you may notice that there is no refrigerated truck or anything and fish and meat are just kept out in the tropical heat with sometimes a few ice cubes for the fish. And I don’t know if there is a problem with local fish but some just could end up in mash by just squeezing them. As for the chicken; luckily, it is fresh, they actually kill them right in front of you if you ask… but the said chicken are so bad looking that Winny and I stopped buying those (they sell other types of chicken that look much healthier (and that are more pricy too)). The product quality is actually the reason why Indonesian eat mostly fried food… I am no doctor but I know nothing that can survive being fried in oil for a few minutes, microbes included.

Si vous vous promenez dans la ville, vous pouvez rencontrer l’un des marchés locaux… pendant que vous y êtes, vous remarquerez peut-être qu’il n’y a pas de camion réfrigéré ou autre, et que le poisson et la viande sont juste maintenus à l’abri de la chaleur tropicale avec parfois quelques glaçons pour le poisson. Et je ne sais pas s’il y a un problème avec le poisson local, mais certains pourraient se faire réduire en purée en étant just serrés dans la main. Quant au poulet; heureusement, il est frais, ils les tuent en fait juste devant vous si vous le demandez … mais les dits poulets ont l’air si mal en point que Winny et moi avons cessé de les acheter (ils vendent d’autres types de poulets qui ont l’air beaucoup plus sains (et qui sont plus cher aussi)). La qualité du produit est en fait la raison pour laquelle les Indonésiens mangent principalement des aliments frits… Je ne suis pas médecin mais je ne connais rien qui puisse survivre à la friture dans l’huile pendant quelques minutes, microbes inclus.

 

market

Ok Antoine, so Indonesian has no food  variety and they  soak their food in oil and hygiene wise it is risky to say the least… are you telling us that Indonesian food is bad?

Ok Antoine, donc l’Indonésien n’a pas de variété alimentaire et leur nourriture dégouline d’huile et concernant l’hygiène c’est pour le moins risqué… tu es en train de nous dire que la nourriture indonésienne est mauvaise?

 

Don’t make me say what I didn’t… Indonesia has plenty dishes to be proud of and since everyone is cooking with their own recipe, you’ll not eat the same dish if you order it in 2 different restaurants. Indonesian food is quite different from the neighboring countries (except Malaysia) as you can feel that most of their food has been conceived to be economical. Therefore you’ll have plenty of rice and soy cooked in many different ways, including some I never saw outside of Indonesia: the lontong that I mentioned, and the tempei which is some kind of tofu thing, I have no idea how it is made. Indonesian food is also quite spicy and sensitive mouth may have some tough time in the country; but those who enjoy fire will most definitely love the place.

Ne me faites pas dire ce que je n’ai pas fait… L’Indonésie a beaucoup de plats dont on peut être fier et comme tout le monde cuisine avec sa propre recette, vous ne mangerez pas le même plat si vous le commandez dans 2 restaurants différents. La nourriture indonésienne est assez différente des pays voisins (à l’exception de la Malaisie) car vous pouvez sentir que la plupart de leur nourriture a été conçue pour être économique. Par conséquent, vous aurez beaucoup de riz et de soja cuits de différentes manières, y compris certains que je n’ai jamais vus en dehors de l’Indonésie: le lontong que j’ai mentionné et le tempei qui est une sorte de tofu, je ne sais pas comment il est fait . La nourriture indonésienne est également assez épicée et la bouche sensible peut avoir des moments difficiles dans le pays; mais ceux qui aiment le feu adoreront certainement l’endroit.

 

ALII-1

I am personally a big fan of rendang and mie aceh but there are many dishes I haven’t tried and even if I regret the absence of variety, Indonesia has plenty tricks to amaze your palace.

Je suis personnellement un grand fan de rendang et de mie aceh mais il y a beaucoup de plats que je n’ai pas essayés et même si je regrette l’absence de variété, l’Indonésie a plein d’astuces pour émerveiller votre palais.

 

If you enjoy this article, please like it and eventually leave a comment. Thank you!

All the best!

Antoine

Hidden Treasures from Sumatra – Robo Waterfall / Les trésors cachés de Sumatra – Cascade de Robo


Hello everyone!

Today I’m going to talk about a waterfall I visited recently in the valley of Harau. Now, I know that the valley of Harau is anything but hidden but it is a really big place and there are places that very few know about. While I write those lines I realize that some of you would have googled the waterfall name and just “meh” at the picture. Understandable reaction as this waterfall is pretty common. But what I am going to share with you today is a nameless waterfall in the surroundings of Robo waterfall.

Aujourd’hui, je vais parler d’une cascade que j’ai visitée récemment dans la vallée de Harau. Alors, je sais que la vallée de Harau est tout sauf cachée mais elle est très vaste et il y a des endroits que très peu connaissent. Pendant que j’écris ces lignes, je me rends compte que certains d’entre vous auront googlé le nom de la cascade et penseront “ouai, bof” en voyant les photo. Réaction compréhensible car cette cascade est assez banale. Mais ce que je vais partager avec vous aujourd’hui, c’est une cascade sans nom dans les environs de la cascade de Robo.

 

Now, “how can a nameless waterfall be worth the sight? If it was really that good, people would know about it.” you might think. Fact is that this waterfall is quite small and is a bit off track which is why it doesn’t have it’s own name. However, locals know about it (some of them at least as it was one of them who showed us this place).

Je sais… «comment une cascade sans nom peut-elle valoir le détour? Si elle valait le coût, les gens devraient le savoir. » vous pourriez penser. Le fait est que cette cascade est assez petite et est hors piste, c’est pourquoi elle n’a pas son propre nom. Cependant, les locaux connaissent l’endroit (certains d’entre eux au moins car c’est l’un d’eux qui nous a montré le chemin).

 

It all started with the visit of one of my friend; a French teacher I met at the “alliance française de Kuala Lumpur” while I worked there. She returned to France after a few months but she came back in Asia, and on this occasion she decided to pay Winny and I a visit.

Tout a commencé avec la visite d’un de mes amis; une professeure de français que j’ai rencontré à «l’alliance française de Kuala Lumpur» pendant que j’y travaillais. Elle est revenue en France après quelques mois mais comme elle passait en Asie, à cette occasion elle a décidé de nous rendre visite à Winny et moi.

 

Harau

We didn’t have a motorbike then and hadn’t got the chance to explore properly Payakumbuh, which is why, the destination that naturally arise was Harau valley which is THE tourist attraction around here, I keep being amazed by this place… Immense cliff like hills with smooth steep sides like a one piece wall that would have been shaped by titans. Harau valley is a must see in Sumatra in my opinion. However, I will not write an article on it as I want to focus on places that are not known as much as they should. So lets go back to the original topic.

Nous n’avions pas de moto à l’époque et nous n’avions pas eu la chance d’explorer correctement Payakumbuh, c’est pourquoi, la destination qnaturelle était la vallée de Harau qui est l’attraction touristique du coin, je continue d’être étonné par cet endroit … Immense falaise comme des collines avec des côtés raides et lisses comme un mur d’un seul tenant qui aurait été façonné par des titans. La vallée de Harau est un must à voir sur l’île de Sumatra selon moi. Cependant, je n’écrirai pas d’article à ce sujet car je veux me concentrer sur les endroits méconnus. Revenons donc au sujet d’origine.

We brought my friend to Harau with the help of one of Winny’s student. Winny wanted us to visit robo waterfall as we tried several times to do so with a local guide but he never was available for us. We packed our stuff and brought food and drinks before going to the man’s place. Bummer, he was not available once again. Winny got told the place was quite deep in the jungle and a guide was a necessity to avoid getting lost.

Nous avons amené mon amie à Harau avec l’aide d’un étudiant de Winny. Winny voulait que nous visitions la cascade robo car nous avons essayé plusieurs fois de le faire avec un guide local, mais il n’a jamais été disponible pour nous. Nous avons emballé nos affaires et apporté de la nourriture et des boissons avant d’aller chez l’homme. Pas de bol, il n’était pas disponible une fois encore. Winny s’est laissée dire que l’endroit était assez profond dans la jungle et qu’un guide était une nécessité pour éviter de se perdre.

 

Sumatra survival trick:
Do not venture off-track in the jungle without a proper guide as they are dangerous places for wannabe explorer. You may end up lost, without any connection in an unfamiliar place crawling with potentially deadly snakes and other dangerous animals.

Astuce de survie à Sumatra:
Ne vous aventurez pas hors piste dans la jungle sans un guide car ce sont des endroits dangereux pour l’apprenti explorateur. Vous pouvez vous retrouver perdu, sans aucune connexion dans un endroit inconnu grouillant de serpents potentiellement mortels et d’autres animaux dangereux.

 

liburan ke lembah harau

The guy still gave us the directions to the place which, in the end, was quite easily accessible. We parked our motorbikes a few minutes from the waterfall and recruited a local guy to guide us to the waterfall which was relatively far down a dirt path (quite a slippery one as we went on the rainy season). After   walking we reached the said waterfall, the water was very clear, nice place to refresh yourself; too bad a blue pipe ruins the whole place but whatever, this is not this waterfall I want to talk about.
We continued our way a bit further (maybe 50-100 m further) and went off track on our left for just a minute or so before facing this little treasure. A double sided waterfall that flows both way of a small cave, crystal water, unknown to the tourist, you could literally bath naked there for hours with the certainty no one is going to disturb you but the local fauna; a true hidden jewel of Sumatra, far nicer than the one we saw just few minutes ago.

Le guide nous a quand même donné les indications pour se rendre à l’endroit qui, au final, était assez facilement accessible. Nous avons garé nos moto à quelques minutes de la cascade et avons recruté un autochtone pour nous guider jusqu’à la cascade qui était relativement loin sur un chemin de terre (assez glissant pendant la saison des pluies). Après 45mn de marche nous avons atteint ladite cascade, l’eau était très claire, bel endroit pour se rafraîchir; dommage qu’une canalisation bleue ruine tout l’endroit mais qu’importe, ce n’est pas cette cascade dont je veux parler.
Nous avons continué notre chemin un peu plus loin (peut-être 50-100 m plus loin) et sommes sortis de la piste sur notre gauche pendant une minute environ avant de tomber nez à nez avec ce petit trésor. Une cascade double qui coule des deux côtés d’une petite grotte, une eau cristalline, inconnue du touriste, vous pourriez littéralement vous y baigner nu pendant des heures avec la certitude que personne ne va vous déranger excepté la faune locale; un véritable joyau caché de Sumatra, un bien plus bel endroit que celui que nous avons vu il y a quelques minutes.

 

Air Terjun Robo

A few pictures (and a lot of water) after, we went back to the first waterfall and had lunch near the blue pipe before dipping ourselves once more and then going back to our motorbikes.
It was the first time I ever saw a double sided waterfall in my life, I was enchanted by this beautiful secluded place that definitely worth all the other waterfalls in Harau that I saw so far (I am sure I only saw a fraction of them tho).

Quelques photos (et beaucoup d’eau) après, nous sommes retournés à la première cascade et avons déjeuné près de la canalisation bleue avant de nous plonger dans l’eau encore une fois et de retourner ensuite à nos motos.
C’était la première fois que je voyais une cascade double de ma vie, j’ai été enchanté par ce bel endroit isolé qui vaut vraiment toutes les autres cascades de Harau que j’ai vues jusqu’à présent (je suis sûr que je n’en ai vu qu’une fraction par contre).

 

Harau Valley

Map

The map is sadly inaccurate as the waterfall is not in google map, but once you are at the indicated point, you may ask people around and they’ll be able to tell you where to go (probably).

La carte est inexacte car la chute d’eau n’est pas référencée par google map, mais une fois au point indiqué, vous pouvez demander aux personnes vivant sur place et ils devraient être à même de vous indiquer le chemin (probablement).
To bring:
Water
Sunscreen
Swimsuit (avoid the bikini if you are in the company of Indonesians as it may shock them)

À apporter:
De l’eau
Crème solaire
Maillot de bain (évitez le bikini si vous êtes en compagnie d’Indonésiens car cela pourrait les choquer)
Price:
5000 Rp entry price to the valley of Harau

Prix:
5000 Rp prix d’entrée de la valley d’Harau
Difficulty:
scale2
Good physical condition required
Difficultée:
Bonne condition physique requise.
Road condition:
scale2
Correct condition of the road most of the time.
État de la route:
État de la route correct la plupart du temps.

Thanks for reading, if you like this article don’t forget to “like” it and eventually add a comment.

If you get there, leave the place clean,

All the best,
-Antoine-

Itinerary Umrah ke Madinah dan Mecca secara Backpacker  Selama 14 Hari


Hello World!

Arab Saudi, Januari 2020

Alhamdulillah, setelah perjuangan panjang mulai  dari gagal Vaksin hingga salah beli tiket pesawat akhirnya aku bisa menunaikan ibadah Umrah dengan si Dede Bayi.

Pada saat melaksanakan Umrah yang berat itu ialah ketika membawa koper yang isinya 25 kg, asli pengen rasanya buang semua isi koperku. Selain itu yang membuat berat lagi itu ketika hilaf belanja, dan hobiku pas di Mekkah kok jadi belanja mulu. Padahal sebagai backpacker mengahbiskan uang untuk oleh-oleh itu bukan Winny banget tapi pas disana kok rasanya beli ini itu kayak kesetanan. Nah dari pengalaman Umrah yang telah aku laksanakan terlebih saat hamil itu yang paling berkesan ketika terkena flu di hari ke 11-12 ibadah. Pas kena flu itu aku demam parah, terus pas banget momennya ketika maraknya berita Virus Corona. Aku takut kalau aku dan bayiku kenapa-kenapa. Padahal dari segi ibadah aku tidak terlalu memaksakan, umrah saja aku lakukan 1x saja karena tidak di kuat saat Sa’i antara Bukit Sofa dan Marwah.

Cuma yah apes, pas sholat mulai dari Medinah sampai di Mecca pas sholat disampingku itu orang yang flu berat dan tidak hanya sekali saja sampai 7x disampingku selalu yang batuk parah sholatnya. Meski sudah bawa masker tapi di hari terakhir aku malahan sakit akhirnya aku istirahat total. Selain itu, jarak dari hotel kami di Mekkah lumayan jauh dan mungkin kondisi yang tidak memungkinkan sehingga membuatku drop.

Untuk hal menarik selama di Mekkah dan Madinah ketika mendapat banyak makanan gratis, aku sering dapat pas pulang dari Masjid, atau sedang dalam Masjid bahkan dapat buku gratis hehe :).

Dari segi makanan, di Saudi itu kebanyakan malahan ayam goreng, dan Negaranya modern sekalii. Semua ada di Arab mulai dari KFC, Pizza Hut bahkan barang berbranded ada. Anehnya aku tidak terlalu suka dengan Komplek Kabah karena terlalu modern. Bahkan aku tidak tahu esensi dari Zam-zam Tower yang berada didekat Kabah. Aku lebih suka Masjid Nabawi, meski modern tapi suasananya menentramkan.

Selama di Mekkah dan Madinah kurang lebih 13 hari, kegiatan yang kami lakukan kebanyakan ibadah karena memang kegiatannya untuk Umrah. Kalau dari segi cuaca, ketika di Madinah itu dingin dan di Mekkah panas. Di Madinah dan Mekkah aku banyak belajar hal terutama tentang Islam dan napak tilas.

Oh ya dalam artikel ini, aku buat rincian perjalanan selama di Arab Saudi, semoga bermanfaat 🙂

Rincian Perjalanan Kualalumpur-Madihan-Mekkah-Jeddah-Kualalumpur

Kualalumpur, 1 Januari 2020

05:00-08:00 Perjalanan Payakumbuh-Padang dengan travel  Rp50.000

08:00-11:00 BIM (Bandara Internasional Minang  Kabau), makan Bakso Rp60.0000

11:00-12:00 Perjalanan Padang-Kualumpur dengan pesawat dan termasuk makan pagi

12:00-15:00 Imigrasi di Kualalumpur, Malaysia

15:00-16:30 Dari KLIA2 ke Pudu Central dengan bis 12 RM

16:30-17:00 Pudu Central ke Hotel Pudu Bintang naik LRT 13 RM

17:00-18.30 Check in Hotel bayar deposit 60 RM

18:30-20:00 Jalan kaki ke LOT 10 di Bukit Bintang, makan Udon Ichiyutei 25 RM

20:00-21:00 Keliling Bukit Bintang, singgah di Watson beli masker 20.25 RM, ngemil di Family Mart 29 RM, beli Payung 10 RM

21:00-23:00 Petalng Street, ke Hotel naik LRT 1.3 RM

23:00-06:00 Istirahat

Total Biaya yang dikeluarkan: 110k + 158.85 RM

Kualalumpur, 2 Januari 2020

02:00-07:00 Istirahat di Hotel Pudu Bintang, agak jauh dari Pudu Bus Central

07:00-07:50 Sarapan di Hotel (Nas i goreng dan roti) lalu check out dari Hotel deposit dikembalikan

07:50-08:00 Naik Grab ke Pudu Central biaya 15 RM

08:00-10:00 Perjalanan bis dari Pudu Central ke KLIA 12 RM

10:00-14:00 Bertemu dengan rombongan Umrah lalu makan siang, koper dan pengumpulan Passpor

14:00-19:00 Perjalanan dengan pesawat dari Kualalumpur ke Madinah dengan Malaysia Airlines. Beda waktu Malaysia dengan Arab Saudi 5 jam, lama perjalanan Kualalumpur-Madinah 9 jam. Di pesawat dapat makanan.

19:00-21:00 Sampai di Bandara Madinah lalu proses Imigrasi dan pengambilan Koper

21:00-22:00 Perjalanan dari Bandara Madinah ke Hayah Plaza yang berada dekat  Gate 5 Masjid Nabawi

22:00-01:00 Menunggu Check in Hotel tapi terjadi Miscommunikasi antara pihak Hotel dan Tour Travel

01:00-01:30 Pindah Hotel ke Shourfan New Hotel di dekat Gate 15 Masjid Nabawi, dapat  ayam gratis Albaik dari Tour Travel

Total Biaya yang dikeluarkan: 27 RM

Madinah, 3 Januari 2020

04:00-05:00 Sholat Subuh di Masjid Nabawi, Madinah

05:00-08:00 Ke Raudhoh, penuh perjuangan sesak tapi bisa melihat Makam Muhammad SAW

08:00-09:00 Sarapan pagi. Beli Strawberri 7 Riyal

09:00-12:00 Tidur

12:00-13:00 Sholat Zuhur ke Masjid Nabawi, Madinah

14:00-16:00 Makan siang. Nukar uang 1 juta Rupiah = 257 Riyal di dekat Hotel

16:00-19:00 Manasik, Sholat Ashar di Nabawi terus ke Masjid Ghamamah, Masjid Abu Bakar, Masjid Ali dan ke Pasar Murah.

18:00-21:00 Sholat Magrib dan Isya di Masjid Nabawi. Beli Alquran 45 Riyal/2 buah, mainan kunci 30 Riyal dan buah 11 Riyal

Total Biaya yang dikeluarkan di Madinah: 93 Riyal

Madinah, 4 Januari 2020

04:00-07:00 Sholat Tahajjud dan Subuh di Masjid Nabawi

07:00-07:30 Sarapan pagi

07:30-10:00 ke Masjid Quba. Ke Pasar Quba beli bumbu Biryani 10 Riyal, Cokelat 10 Riyal.  Ke Pasar Kurma

10:00-12:00 Ke Gunung Hud. Jajan lagi di Pasar Gunung Hud beli Jubah 5 Riyal, tasbih 10 Riyal, Zaitun 10 Riyal, Rumput Fatima 5 Riyal

12:00-13:00 Ke Hotel

13:00-14:00 Makan di Hotel

14:00-16:00 Ke Pasar Murah Madinah. Beli Sajadah 90 Riyal, penutup tangan 4 Riyal, Baju 65 Riyal, Mainan Kunci 4 Riyal

16:00-20:00 Sholat di Masjid Nabawi dan Manasik

20:00-21:00 Ke Bin Dawood Madinah Gate/Pintu 15 Masjid Nabawi (tempat perbelanjaan di Saudi Arabia). Beli Sajadah + makanan 75 Riyal

21:00-23:00 packing

Total Biaya yang dikeluarkan di Madinah: 284 Riyal

Madinah, 5 Januari 2020

03:30-08:00 Masjid Nabawi, Madinah

08:00-10:00 Ke Pasar Murah lagi. Beli peci 10 Riyal, oleh-oleh 37 Riyal, Kurma Ajwa+Sukkari 30 Riyal dan 20 Riyal (4 kg), cokelat + kacang 57 Riyal.

10:00-12:00 packing

12:00-13:00 ke Masjid Nabawi

13:00-14:00 Makan siang. Beli Sandal jepit mirip Swallow 5 Riyal

14:00-21:00 Perjalanan Madinah-Makkah dengan bis. Mengambil Miqot di Bir Ali sekitra jam 5 sore.

21:00-23:00 Check in di Hotel Dheafa Mekkah setar 1,2 km dari Masjidil Haram. Makan malam lalu siap-siap Umrah

23:00-03:00 Umrah mulai dari Tawaf, Sa’I, sampai Tahallul

03:00-05:00 Itikad di Kabah tapi ngantuk banget pas sholat

05:00-07:00 Makan pagi

Total Biaya yang dikeluarkan di Madinah: 159 Riyal

Mekkah, 6 Januari 2020

07:00-12:00 Tidur

12:00-13:00 Makan

15:00-16:00 Ngaji di Lantai Kubah Haram

16:00-20:00 Itikad di Kabah, sholat di Masjidil Haram

20:00-21:00 Makan malam

21:00-04:00 Istirahat
Total Biaya yang dikeluarkan di Mekkah: –

Mekkah, 7 Januari 2020

04:00-07:00 Itikad dansholat di deapan Kabah , Masjidil Haram

07:00-08:00 jalan kaki pulangnya terus sarapan

08:00-09:00 Naik bis karena tour dengan rombongan

09:00-14:00 Ziarah ke Gunung Tsur, Gunung Rahmah Arafah Mina, Muzdalifah, dan mengambil Miqot di Masjid Ji’ronah bagi yang mau umrah kedua. Pas di Gunung Rahmah aku belie s krim 5 Riyal, kacang 5 Riyal, gantungan kunci Rp250.000, Sajadah Rp60.000, peci Rp50.000

14:00-15:30 kembali ke Hotel dan istirahat

15:30-20:00 ke Masjid Haram

20:00-21:00 Makan malam

Total Biaya yang dikeluarkan di Mekkah: 10 Riyal + Rp360.000

Mekkah 8 Januari 2020

04:00-05:00 ke Masjidil Haram

07:00-08:00 Sarapan

08:00-12:00 Istirahat

12:00-13:00 ke Masjidil Haram

14:00-15:00 ke Abraj Hypermarket dan belanja makanan 100 Riyal

15:00-16:00 ke Masjidil Haram

16:00-18:00 ke Museum Sahabat di dekat Kompleks Kabah

18:00-20:00 ke Masjidil Haram

20:00-21:00 Makan malam

21:00-04:00 Istirahat

Total Biaya yang dikeluarkan di Mekkah: 100 Riyal

Mekkah 9 Januari 2020

04:00-05:00 ke Masjidil Haram

07:00-07:30 Sarapan

07:30-08:30 Kumpul di Lobi Hotel menuju tour di Mekkah

08:30-10:00 ke Hudaibah untuk lihat Onta. Beli sajadah di pasar onta 35 Riyal.

10:00-12:00 ke Museum Mekkah

12:00-16:00 istirahat

16:00-20:00 ke Masjidil Haram

20:00-21:00 Makan malam

21:00-04:00 Istirahat

Total Biaya yang dikeluarkan di Mekkah: 35 Riyal

Mekkah 10 Januari 2020

04:00-05:00 ke Masjidil Haram

07:00-07:30 Sarapan

08:00-16:00 istirahat

16:00-17:00 ke Museum Sahabat, ke Bin Dawood 50 Riyal. Dapat makanan gratis didalam Masjid

18:00-20:00 ke Masjidil Haram, sempat makan ayam di traktir

Mekkah 11 Januari 2020

04:00-05:00 ke Masjidil Haram

07:00-07:30 Sarapan

08:00-12:00 Istirahat

12:00-17:00 Ke Masjidil Haram

17:00-18:00 Balik ke Hotel, demam dan flu berat

18:00-04:00 Istirahat di Hotel, demam dan flu berat

Mekkah 12 Januari 2020

04:00-19:00 Istirahat di Hotel, demam dan flu berat

19:00-20:00 ke Masjidil Haram untuk Tawaf terakhir meski Badan sakit.

Mekkah 13 Januari 2020

03:00-04:00 Persiapan ke Bandara, check out dari Hotel

04:00-05:00 Perjalanan Mekkah-Jeddah dengan bis

05:00-12:00 Di Bandara Jeddah. Makan pagi, sholat subuh dan Imigrasi. Toiletnya jorok sekali

12:00-22:00 Perjalanan Jeddah-Kualalumpur dengan Air Asia. 8 jam perjalanan

01:00-04:00 Sampai di KLIA2, Proses Imigrasi, pengambilan Bagasi dan pisah dengan rombongan

04:00-05:00 KLIA 2 ke KL Central naik bis 12 RM

05:00-06:00 Naik Grab dari KL Central ke Hotel 12 RM + 6 RM = 18 RM

Biaya yang dikeluarkan: 30 RM

Kualalumpur, 14 Januari 2020

06:00-12:00 istirahat di Hotel KL Central

12:00-13:00 Ke Pavillon naik GO KL mulai dari Red Line dari KL Central terus nyambung dengan Blue Line

13:00-14:00 Makan Udon di Lot 10 Bukit Bintang seharga 20 RM, beli jajan di family Mart 10.2 RM

14:00-16:00 ke KLCC dengan green line

16:00-17:00 Ke Petailing Street naik GO KL dengan line purple, nukar Rupiah 250 ribu = 72 RM. Beli Masker wajah 6 RM

17:00-18:00 Di traktir jus di Pasar Seni sama kak Nopi

18:00-20:00 ke KL Central naik LRT 1,3 RM dan ditraktir Biryani

20:00-02:00 istirahat

02:00-05:00 Naik Grab ke KL Central 6 RM dan naik bis 12 RM ke Bandara KLIA2 

Catatan Belanja Murah di Madinah

  1. Pusat belanja kurma ada di Central Dates (pasar kurma) di Pintu 6A Masjid Nabawi, lurusannya deat dengan Masjid Sayyidina Umar

2.Beli Gamis murah di Gate 20/21/22 Masjid Nabawi

  1. Pasar Kaget di Madinah di Pintu/Gate 7A sebelum masjid Sayyidina Ali (putih)
  2. Beli Alquran dari penerbit di dekat Museum Alquran di Gate/pintu Masjid Nabawi No 7/8

Catatan Belanja Murah di Mekkah

  1. Banyak penjual kaki lima di sekitar Masjidil Haram dan harganya sangat murah dan variasi produk yang dijual pun beraneka ragam mulai dari buah, sajadah, parfum, mukenah, baju, tasbih dan masih banyak lain. Kalau dari Zam-zam tower kea rah terminal biasanya mereka ada dari Subuh dan habis Isya. Biasanya main kucing-kucingan dengan petugas.
  2. Tempat belanja murah lainnya di Mekkah ketika berada tour ke Gunung Rahmah banyak penjual disana dan harganya lumayan murah juga
  3. Penataran Tower Zam-zam juga banyak penjual sehingga mudah mendapatkan harga murah
  4. Hypermarket yang murah bisa ke Bin Dawood atau ke Abraj apalagi cemilan tapi jangan beli sajadah atau baju karena mahal.
  5. Kalau belanja di Toko harus ditawar

Tips  Jalan-jalan di Saudi Arabia

  1. Uang Rupiah laku di Arab sehingga jangan heran dalam keseharian bisa menggunakan uang Rupiah dalam transaksi. Aku sempat bahagia sekali karena Rupiah laku di Madinah dan di Mecca malahan mereka senang. Hanya saja pecahan yang mereka terima pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 dan kembalian akan diberikan dengan Riyal.
  2. Orang Arab terutama di Madinah dan Mecca bisa Bahasa Indonesia sehingga tidak usah heran
  3. Banyak petugas keamanan di Masjid il Haram sehingga jika nyasar bisa bertanya namun petugas ini tidak semua yang bisa Bahasa Indonesia
  4. ATM banyak sekali di Mekkah dan Madinah sehingga mudah mengambil uang. Nukar uang pun gampang. Untuk kurs pengambilan dari ATM atau nukar uang mirip-mirip dan gak jauh beda. Saran bawa saja uang Rupiah toh laku di Mekkah dan Madinah
  5. Jika umrah tidak usah bawa barang banyak-banyak karena kalau tipe pejalan sepertiku yang suka hilaf, maka akan kalap belanja. Ujung-ujungnya bagasiku 40 kg, gila kan? Bawa aja mukenah satu, baju dua buah terus belanja baju di Arab karena murah-murah (tapi khusus yang doyan belanja.
  6. Toilet di Mekkah itu jauh dari dalam Masjid, beberapa ada di dalam Masjid tapi tidak ada WC nya. Khusus Bumil mending bawa pemper karena bisa berabe kalau kebelet.
  7. Sebaiknya suntik Vaksin Menginitis dan Flu karena udara di Arab itu berubah-ubah dan rentan terkena flu.
  8. Perhatikan cuaca saat Umrah karena pas Desember bisa dingin banget sehingga bawa saja Jaket satu buah yang tebal.
  9. Perhatikan jarak hotel yang disediakan oleh Travel karena saat aku Umrah jarak hotelnya lumayan jauh dari Masjidil Haram sehingga pas pulang terasa banget. Plusnya pahalanya lebih besar tapi kalau dalam keadaan hamil agak susah
  10. Masjdil Haram/Majid Nabawi menerima wakaf dalam bentuk Alquran tapi harus dari penerbit yang telah di tentukan. Hati-hati dalam membeli Alquran yang bukan dari penerbit karena akan disiihkan dan di letakkan di Masjid yang lain karena petugas selalu menyortir yang aslii atau tidak. Ada tulisan “wakaf” dalam Alquran dan jika memberikan ke Masjid langsung diletakkan saja
  11. Setiap Senin/Kamis dan Jumat banyak masyarakat Arab bersedekah untuk kaum Dhuafa dan pejalan. Sepanjang Masjid Nabawi dan penataran Tower Zam-zam di Mekkah banyak yang antri untuk memberikan makanan. Kamu juga bisa sedekah dengan memberikan uang kepada Restoran dan pihak restpran yang akan membagikannya. Aku sering dapat makanan gratis ini padahal lewat doang dikasih roti hehe. Kalau di Masjidil Haram dan Madinah sering dapat Kurma.
  12. Zam-zam itu dapat gratis 5 liter dari Maskapai sehingga tidak mengurangi bagasi.
  13. Air Zam-zam banyak ditemukan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi da nada temapt minum yang disediakan. Jika ingin mengambil lebih maka bawa botol sendiri.
  14. Di dalam Masjidil Haram ada pembagian buku gratis yang bisa diambil di bagian bertanada khusus
  15. Ada perpustakaan di Masjdil Haram, ada juga pintu khusus dishable dan alat khusus yang bsia dipinjam jika ingin mengetahui terjemahan kajian yang bisa dipinjam di dalam Masjidil Haram
  16. Jika ingin sholat di depan Kabah datangnya harus 2 jam sebelumnya karena kalau 1 jam sebelumnya suka tutup dan gak bisa masuk sehingga datangnya lebih awal jika ingin sholat langsung di depan Kabah.

Salam

Winny

 

Trip to Singkarak lake


Hell everyone,

 

So, I am going to write about our trip to Singkarak lake, again, as my first post somehow ended up empty, and since I kept no copy of the text I am doomed to write it all again… Hurray…

So Winny and I decided to get around and visit some place. As we knew there is 2 lakes around our area, we had to choose between Singkarak and Maninjau. As we got ourselves told that Maninjau was harder to access and that to get to either it was a 2 h drives, we decided, without a second thought, to go for the easy way… come on 2 h drive means 4 h round trip… that is quite a ride on a motorbike, we didn’t want to make things even more complicated.

KUXY6748

So we wake up, it was raining outside… Winny go back to sleep and we both assumed that we had to call it off for today…  A bit later the rain stopped and a bright sun replaced it, I let Winny rest as she was looking like she could use some extra sleep. When she woke up, around 11 am, we decided, considering the weather to try our luck and go to the lake after a quick lunch. And so did we, at 12.30 pm we went on our way to the lake.

As it happen, it is not a 2 h ride but rather a 3 h ride that was ahead of us and we got ourselves some rain to add to the fun. When we finally arrived at around 3.30 pm. After emptying our gas tank on the endless hilly roads leading to the place, we finally arrived and we were tired but happy to finally discover that the lake that happened to be awfully dull!

CSBX2519

Seriously, we almost did a complete tour of it and there is nothing worth seeing beside the general landscape… no beach, no waterfall, nothing special… at all… We saw the usual infrastructures you ought to see around a lake, like a small harbor and a few houses and such… but nothing that justify a 4 h ride.

Disappointed, we turned ourselves toward the local food. We assumed, stupidly, that since it is a lake… with fishermen… and fish traps (or farms, unsure), that the local restaurants would serve some local fish. They don’t… Maybe we missed them somehow, but we didn’t see one place that would cook local fish for us. The only place that would sell us some local fish was a place selling dried / fried stuffs Indonesian people love to eat (never quite grasped why) and the said fish were ridiculously small and expensive… Winny liked them, as you might have guessed, I didn’t… I don’t like anything anyway…

So once again we got let down by the harsh reality and we decided to eat and drink a bit before hitting the road again back home.

ROSC0744

That is where the fun continued… halfway through it, the sun set and we had to drive in the dark; and to make it even better, we had ourselves a good old tropical rain, the one that feels like you got a waterfall above you. After about 30 mn under the rain we stopped at a gorengan (fried food) place to wait for the rain to calm down a little. We ate our dinner there and got back on the road after 30 mn or so. Luckily home was just an hour away and the rain got much weaker and even stopped at some point. We reached home at 9 pm exhausted, with the feeling that we wasted our day.

DSC_0305

Understand me well… I am not saying the lake is ugly or anything, it is actually an alright place. But it definitely not worth 6 h drive round trip, especially if you are staying around for a limited time only.

 

All the best

Antoine.

Lika-liku Menuju Umrah


Hello World!

Januari, 2020

Keinginan melaksanakan ibadah Umrah sudah ada sejak tahun 2015 ketika itu ingin Umrah  bersama ibuku. Namun karena sesuatu hal, keinginan itu hanya menjadi keinginan. Namun tahun 2016 keinginan itu semakin bergejolak ketika aku melakukan traveling dengan Mba Ninik di Turkey. Sewaktu di Turkey kami mengunjungi Topkapi dan melihat peninggalan Islam yang super keren dan membuat jantungku berdetak kencang kala melihat kumis Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu aku langsung berkata kepada Mba Ninik

“Mba, aku jadi pengen ke Mekkah gara-gara lihat Kumis Nabi Muhammad”, kataku

“Pergilah, kamu kan sudah kemana-mana, tapi ke Tanah Suci belum”, kata Mba Ninik

Saat itu menjadi motivasi terbesar dan berharap bisa ke Tanah Suci. Setidaknya tidak bisa bersama keluarga, bisa bersama suami. Padahal kala itu belum menikah ya, hanya mimpi dulu. Nah dari keinginan itu aku semakin rajin menabung dan waktu itu uang sudah terkumpul. Tahun 2017 niat itu datang kembali eh aku resign dari perusahaan semen sehingga uang yang harusnya buat Umrah malah dikembalikan sehingga tidak jadi Umrah. Kemudian tahun 2018 ingin ke Mekkah dan sudah mengatakan niat kepada Uwakku kala itu, eh Uwakku malah lupa padaku. Alhasil keinginan ke Tanah Suci padam kembali.

Nah ternyata Allah itu menjabah doa dan keinginanku di Tanah Suci ketika aku sudah menikah dan berbadan dua. Jujur tidak menyangka apalagi lika-liku ke Tanah Suci itu penuh drama.

Ketika memutuskan berumah tanggga tepatnya di Juli 2019,  kehidupan rumah tangga kami penuh cobaan terutama dengan Birokrasi. Maklum “menikah dengan Bule itu harus siap menikah dengan urusan adminitrasi”. Aku sempat stress dengan rumitnya persoalan kami, bukan karena permasalahan penyesuaian diri dengan suami, namun lebih kepada pengurusan setelah pernikahan kami mulai dari LAPOR 3 KEMENTRIAN, PENGURUSAN ITAS dan sejenisnya. Belum lagi 6 bulan setelah pernikahan itu ada-ada saja yang membuat frustasi bahkan sampai kena tipu-tipu ketika kami hendak membeli Rumah dan Tanah di Sumatera Barat ini. Persoalan rumah tangga yang baru pun tidak bisa dijabarkan satu-satu sampai aku benar-benar lelah. Alhamdulillah suamiku sangat mendukungku dan kami menjalani setiap cobaan yang datang.

Saking banyaknya masalah yang ada, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar Umrah dari grup. Padahal tidak tahu apakah agen yang aku daftar itu kredibel atau tidak karena maraknya Agen umrah yang menipu jamaah. Saat itu promo Umrohnya sangat murah, hanya 17 juta dari Kuala Lumpur selama 14 hari dan belum termasuk suntik Vaksin dan perlengkapan dan biaya lainnya.

Saat mendaftar Umrah, kondisiku hamil. Aku sempat bertanya kepada admin tour tersebut apakah bermasalah wanita hamil ikut Umrah karena kan sebelum memutuskan daftar aku sudah mencari tahu apa yang harus dipersiapakan sebelum Umrah yang salah satunya ialah Vaksin Meningitis. Adminnya memastikan tidak apa-apa, asalkan ada surat izin terbang dari Dokter. Lalu akupun memutuskan untuk daftar dan bayar DP untuk umrah. Rencana  untu melaksankan Umroh pun kuberitahukan kepada Suami.

“Cherry, I wanna do pilgrim, do you wanna join me”, tanyaku kepada Suami

“Do you really want to do it, I worry with your condition right now” jawab suami

“Well, we would be praying, reading Qu’ran, going to Mosque, its pilgrim”, kataku

“I think not ready for that but  really worry ” jawab suami

“Is it okay im going alone since you know we need money for something more important?”, tanyaku kepadanya

“Do not worry about money, as long as you are happy even we are living in poor condition, we will be okay. The matter is your happiness, if you are happy, go pilgrim but sorry I cant join you” kata Suami

Sumpah aku meleleh mendengar pendapat suami mengenai rencanaku melaksanakan Umrah. How lucky I am to have him as partner in life 🙂

Setelah mendapat persetujuan suami akupun mencari tahu pengalaman orang yang sudah umrah ketika hamil. Dan rata-rata memang sudah memiliki ICV (International Certficate of vaccination) atau istilahnya Kartu Kuninga. Yang sudah umrah pas hamil ternyata sudah pernah suntik ICV sebelum hamil dan masa berlaku sehingga 2 tahun. Terus ada juga pengalaman orang yang karena hamil maka Dokter tidak menyuntiknya namun tetap memberikan Kartu Kuning. Kartu Kuning adalah salah satu syarat yang dibuat Pemerintah Indonesia kepada WNI yang hendak melaksanakan Haji/Umroh ke Tanah Suci. Pengeluaran  surat suntuk vaksin Meningitis pun tidak semua Rumah sakit yang bisa namun harus Rumah Sakit/Klinik yang ditunjuk oleh Pemerintah. Salah satu tempat untuk mendapatkan kartu Kuning untuk keperluan Umroh itu ialah KKP atau Kantor Kesehatan Pelabuhan. Untuk mendaftar suntik Menginitis itu harus via Online. Di Sumatera Barat lokasi Kantor Kesehatan Pelabuhan ada dua yaitu di Jl. Oslo Bangau Katapang, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan di Teluk Bayur. Keduanya berada di Padang, Sumatera Barat.

Syarat Daftar Online Untuk Kartu Kuning

  1. Isi formulir dan jadwal melalui Online di website KKP
  2. Mengupload Passpor
  3. Mengisi Nama Travel, no KTP, dan data diri
  4. Pasphoto 4×6 sebanyak 1 lembar
  5. Biaya Vaksin Rp305.000

Aku sudah mengisi permohonan 30 Bulan November 2019 dan memang aku daftar Umrah itu dibulan yang sama dan rencana berangkat di Bulan Januari 2020. Karena kami tinggal di Payakumbuh maka aku harus ke Padang dengan lama perjalanan pulang pergi sekitar 8 jam. Aku memiliki jadwal suntik Meniginitas di tanggal 2 Desember 2019. Aku berangkat sendiri dari Payakumbuh jam 5 pagi dan sampai di KKP jam 8 pagi. Ternyata lokasi KKP ini tidak di dalam Bandara tapi diluar Bandara dan aku naik Ojek ke KKP. Nah saat di KKP aku kasih tahu kepada petugas bahwa aku hamil namun apakah bisa mendapatkan Surat Kuning tapi tanpa suntik. Ternyata petugas menyuruh bertanya langsung kepada petugas yang ada di dalam. Namun ternayata aku tidak mendapatkan Surat Kuning dan mereka malah menyarankan agar aku membatalkan kepergian Umroh. Asli dunia rasanya runtuh, bayangkan dalam kondisi hamil berangkat dari jam 5 subuh dengan lama perjalann 3 jam eh ternyata hasilnya diluar ekpektasi. Seolah niat Umroh itu penuh penuh halangan.

Saat bersamaan Eka menghubungiku. Akhirnya kami bertemu dan curhatlah aku kepadanya.

“Eka, aku sedih karena aku gak dapat suntik vaksin”, kataku

“Mungkin ada hikmahnya inang karena kan suamimu gk ikut”, katanya

Nah pas waktu itu juga aku menanyakan bantuan teman di Padang yaitu Mutia dan Meri apakah ada kenalan Dokter yang bisa memberikan surat vaksin tanpa suntik. Mutia menyarankan ke BMC Padang dan Meri menyarankan ke RS Ibnu Jamil di spesialis Obygin. Eka menemaniku ke rumah sakit Ibnu Jamil Padang dan hasilnya tidak bisa. Kemudian kami ke Ibnu Sina Padang hasilnya juga nihil hingga kami ke Puskesmas dekat Rumah Sakit Ganting. Kesemuanya tidak mau memberikan vaksin. Bersyukurnya aku ditemani oleh Eka. Akhirnya aku pulang ke Payakumbuh dengan hasil kosong.

Tiba di rumah, suami mencoba menghiburku. Kemudian aku hanya bisa pasrah saja.

“Dont be sad, may be you have to go to pilgrime with me or our kids”, katanya

Lalu aku hanya berserah diri toh DP juga sudah dibayar. Kalau tidak rezeki, tidak apa-apa. Namun Allah berkata lain bahwa ternyata rencana Umroh yang ingin aku laksanakan ternyata bisa pergi. Bulan Desember 2019 visaku diterima dan aku pun membeli tiket ke Kualalumpur, Malaysia. Eh sialnya lagi aku salah beli tiket yang harusnya Padang-Kualalumpur-Padang malah kebeli Kualalumpur-Padang-kualalumpur dan tidak bisa refund karena beli tiketnya Air Asia akhirnya jadi pengalaman pahit salah beli tiket. Yasudah beli tiket kembali.

Namun sisi positivenya dari semua lika-liku yang ada, aku bisa ke Tanah Suci. Dan pengalaman dari Umrah ini memang sebaiknya mengurus Kartu Kuning karena pas pulang itu aku terkena flu sampai sakit 14 hari, untung tidak terkena MERS apalagi sekarang Virus Corona yang sedang marak. Jadi jika ke Mekah dan belum hamil, suntik Menginitias dan flu saja, kalau keadaan hamil dan tetap ingin ke Mekah sepertiku berserah diri saja kepada Allah karena nantinya akan ada jalannya.

 

Salam

Winny

A life in Sumatra: Transports / Une vie à Sumatra: Transports


Hello everyone!

Indonesia, January 2020

This is the first of what I intend to become a series of articles about Sumatra and Indonesia in general from the point of view of a foreigner (me). Please keep in mind that the content of those articles reflects my opinion and experience of the place and can be subject to incomplete information, inaccuracies and wrong interpretations and for those I apologize in advance.

Ceci le premier d’une série d’articles sur Sumatra et l’Indonésie en général du point de vue d’un étranger (moi). Veuillez garder à l’esprit que le contenu de ces articles reflète mon opinion et mon expérience du lieu et peut comporter des informations incomplètes, des inexactitudes et des interprétations erronées et pour cela que je m’excuse à l’avance.

 

As stated in the title, this article will describe the very first thing that stroked me when I started to live in Sumatra: the transports. As there is a lot to say about it and I am in a thorough mood, I’ll divide this article into several parts.

Comme indiqué dans le titre, cet article décrira la toute première chose qui me frappa quand j’ai commencé à vivre à Sumatra: les transports. Comme il y a beaucoup à dire à ce sujet et que je suis d’humeur, je vais diviser cet article en plusieurs parties.

 

IMG_3233

1/ General overview

I have seen my fair share of countries; I’ve seen Senegal, lived in China, Thailand, and Malaysia and visited lots of other countries but not one quite match Indonesia when it comes to transports. We’ve got the roads of Thailand, traffic of big cities of China and apparently a quite widely spread death wish from the drivers.


Je suis allé dans pas mal de pays; J’ai été au Sénégal, vécu en Chine, en Thaïlande et en Malaisie et visité de nombreux autres pays, mais aucun n’est comparable à l’Indonésie en matière de transports. Nous avons les routes de Thaïlande, le trafic des grandes villes de Chine et apparemment une tendance au suicide généralisée de la part des conducteurs.

 

In Thailand you can be surprised by quite big holes in the middle of the road in the countryside, here in Sumatra this road quality is nearly everywhere and represent the best you should expect, as the worse, I saw so far was near Berastagi were some of the road where in such condition that it wouldn’t be displaced in a post-apocalyptic movie, the only word that comes to my mind to describe it is “unusable”. Most of the road network is still practicable tho.

En Thaïlande, vous pouvez être surpris par de très gros nids de poule au milieu de la route dans la campagne, ici à Sumatra, cette qualité de route est presque partout et représente le meilleur de ce que vous puissiez attendre, car le pire, que j’ai vu jusqu’à présent était près de Berastagi, où certains tronçons de la route était dans un état tel qu’ils ne seraient pas déplacés dans un film post-apocalyptique, le seul mot qui me vient à l’esprit pour le décrire est “inutilisable”. Cependant, la plupart du réseau routier est encore praticable.

 

kart
Horse carriage (specific to some areas)

Now traffic-wise… comparing Sumatra to Chinese cities is admittingly an exaggeration; however, you’ll see that the road is quite overused and that cities are teeming with motorcycles and require constant attention to make sure you won’t kill yourself or someone else. In my opinion, the roads of Sumatra are too small and not numerous enough, in addition, traffic lights and signs are scarce, even in cities of decent size, which means next to zero traffic regulation.

Maintenant sur le plan du trafic… comparer Sumatra aux villes chinoises est certes une exagération; cependant, vous verrez que la route est surutilisée et que les villes sont envahies par les motos, ce qui nécessite une attention constante pour vous assurer de ne pas vous tuer ou tuer quelqu’un d’autre. À mon avis, les routes de Sumatra sont trop petites et pas assez nombreuses, de plus, les feux de signalisation et les panneaux sont rares, même dans les villes de taille décente, ce qui signifie une régulation du trafic quasi nulle.

 

Now last part… the reason why my parents are afraid to visit me here: the way Indonesian people drive… Great news, they are not all crazy… it is just a significant portion of the drivers that is… Where should I start… Overtaking on the left or on the right, however, they feel like, trucks taking over cars or motorbikes, motorbikes driving counter the regular flow of circulation, disrespect for the few traffic lights present, sometimes ignoring the way they should use a roundabout… I could go on forever and if you think I am exaggerating, that these events are in fact not that common, let me tell you that I see most of those EVERY TIME I drive.

Dernière partie… la raison pour laquelle mes parents ont peur de me rendre visite ici: la façon dont les Indonésiens conduisent… Bonne nouvelle, ils ne sont pas tous fous… c’est juste une partie importante des conducteurs qui l’est… Par où commencer… Dépassement à gauche comme à droite, un peu comme ils veulent, les camions qui dépassent des voitures ou des motos, les motos roulent contre le flux régulier de circulation, ne respectent pas les quelques feux de circulation présents, ignorant parfois la façon dont ils devraient utiliser un rond-point… Je pourrais continuer pendant des lustres et si vous pensez que j’exagère, que ces événements ne sont en fait pas si courants, permettez-moi de vous dire que je vois la plupart d’entre eux CHAQUE FOIS que je conduis.

 

becca
A becca (motorbike with side car specific to some areas)

It is not because Indonesia has no driving rule, they do have one, their police apparently doesn’t care or is insufficient (probably both) to apply those rules. It is quite simple, if I was to apply the driving code from France (my motherland) in Sumatra, I could give a fine to nearly every single driver crossing my path… So if you intend to travel to Indonesia, my advice: forget about driving if you never had previous experience outside of your country and hire a local that known how to drive carefully.

Ce n’est pas parce que l’Indonésie n’a pas de règle de conduite, ils en ont une, leur police ne s’en soucie apparemment pas ou ses effectifs sont insuffisants (probablement les deux) pour appliquer ces règles. C’est assez simple, si je devais appliquer le code de la route de la France (ma mère patrie) à Sumatra, je pourrais infliger une amende à presque tous les conducteurs qui croisent mon chemin… Donc, si vous avez l’intention de voyager en Indonésie, mon conseil: oubliez la conduite si vous n’avez jamais eu d’expérience en dehors de votre pays et embauchez un local qui sait conduire avec prudence.

 

 

2/ Get around

One day I asked Winny “Why Indonesia is not doing anything about the transport infrastructure in Sumatra, it cripple the tourism and make the whole place dangerous to get around and therefore unattractive?” she told me that several years ago she attended a meeting of travel blogger and submitted this very question to the minister of tourism that was working back then and who was attending this gathering. His answer was, according to her as follows (I am paraphrasing): “Foreigner like the authenticity of our transports”.

Un jour, j’ai demandé à Winny «Pourquoi l’Indonésie ne fait rien pour les infrastructures de transport à Sumatra, cela paralyse le tourisme et rend tout l’endroit dangereux pour se déplacer et donc peu attrayant?», Elle m’a dit qu’il y a plusieurs années, elle avait assisté à une réunion de blogueurs de voyage et a soumis cette question au ministre du Tourisme qui travaillait à l’époque et qui participait à cette réunion. Sa réponse a été, selon elle, la suivante (je paraphrase): «Les étrangers aiment l’authenticité de nos transports».

 

When I heard that, my reaction was more or less to advocate for a law that would allow to hit people that are stupid enough to state such abhorrent stupidity; with a baseball bat; in their faces. I do hope the said minister was just too proud to say “Sorry we got no money for that” because as a foreigner and in the name of my family and friends who visited me: “No we don’t like that kind of “authenticity”, in fact, we hate it”. This being said, let’s see how things are organized here.

Quand j’ai entendu ça, ma réaction était plus ou moins de plaider pour une loi qui permettrait de frapper les gens assez stupides pour déclarer des abhérations pareilles; au visage; avec une batte de baseball. J’espère que ledit ministre était trop fier pour dire “Désolé, nous n’avons pas d’argent pour ça” parce qu’en tant qu’étranger et au nom de ma famille et de mes amis qui m’ont rendu visite: “Non, nous n’aimons pas ce genre” d’authenticité” En fait, nous détestons ça”. Cela étant dit, voyons comment les choses sont organisées ici.

 

If you want to travel locally, you have several options:

You can use GoJek or Grab which are similar to Uber for westerners, or you can use the local equivalent of our city buses: the angkots.

Si vous souhaitez voyager localement, vous avez plusieurs options:

Vous pouvez utiliser GoJek ou Grab qui sont similaires à Uber pour les occidentaux, ou vous pouvez utiliser l’équivalent local de nos bus urbains: les angkots.

 

 

angkot
An angkot

When in most decent-sized cities in Europe you have bus stops all around with maps of the line to help you find your way, and once the desired bus arrives you just sit comfortably waiting for the desired stop… In Indonesia, you’ll get none of those as the angkots are short vans, sometimes on the brink of falling apart where the people pack themselves. You should also forget about bus stops or line maps as you can stop the angkots anytime you want (and need to do the same to get off) and, even if they do have a line, you’ll not find any map describing it.

Lorsque dans la plupart des villes de taille décente en Europe, vous avez des arrêts de bus partout avec des cartes de la ligne pour vous aider à trouver votre chemin, et une fois que le bus souhaité arrive, vous vous asseyez confortablement en attendant l’arrêt souhaité… En Indonésie, vous n’obtiendrez rien de tout ça car les angkots ne sont que des petits vans, parfois sur le point de s’effondrer, là où les gens se montent dessus pour s’assoir. Vous devez également oublier les arrêts de bus ou les plans de ligne car vous pouvez arrêter les angkots à tout moment (et devez faire de même pour descendre) et, même s’ils ont une ligne, vous ne trouverez aucune carte décrivant celle-ci.

 

Those transports will take you around the city, however, know that using a GoJek/Grab/Uber will be more expensive than the angkot. You may also find different types of transportation that are available locally.

Ces transports vous emmèneront un peu partout dans la ville, cependant, sachez que l’utilisation d’un GoJek / Grab / Uber sera plus cher que l’angkot. Vous pouvez également trouver différents types de transport disponibles localement.

 

To travel from city to city your options are a bit more numerous but I am only going to talk about the minibuses as the other types of transports (buses, renting a car with driver and “travel” (long distance taxi)) are not that special and the train network in Sumatra is next to nonexistent.

Pour voyager de ville en ville vos options sont un peu plus nombreuses mais je ne parlerai que des minibus car les autres types de transports (bus, location de voiture avec chauffeur et “travels” (taxi longue distance)) ne sont pas si spéciaux et le réseau ferroviaire à Sumatra est pratiquement inexistant.

 

minibus2
Minibuses

So, why the minibuses… the day minibuses take you close-by cities for a low price and the night ones travel longer distances.

Whereas the day minibuses will stop every 5mn to take someone in until full capacity (which sometimes mean 4 people per 3 seats, the night minibuses will go straight to their destination, they are also more comfortable.

Alors pourquoi les minibus… les minibus de jour vous emmènent dans des villes proches les unes des autres pour un prix modique et les nocturnes parcourent de plus longues distances.

Alors que les minibus de jour s’arrêteront toutes les 5 minutes pour prendre des passagers jusqu’à pleine capacité (ce qui signifie parfois 4 personnes pour 3 sièges, les minibus de nuit iront directement à destination, ils sont également plus confortables.

 

 

minivan
A minibus

Now, what makes those transports special… you remember when I was talking about the drivers of Indonesia that seems to have a death wish? Well, minibusses drivers are THE WORSE, they drive like freaking F1 drivers sometimes going off-road to go a bit faster during the day. During the night, it is even worse as in addition to driving even faster inroads with only their cars lights to see and on top of that, they are constantly playing loud music to “not fall asleep”, oh yeah… did I mention they never take breaks (except for eating)? Even on 12h trips? And that Sumatra is full of hills that make the roads go up and down? The ideal combination of vomiting… or for a car crash…

Qu’est-ce qui rend ces transports spéciaux? Vous vous souvenez quand je parlais des chauffeurs d’Indonésie qui semblent vouloir se suicider? Eh bien, les conducteurs de minibus sont LES PIRES, ils conduisent comme des pilotes de F1 et vont parfois hors route pour aller un peu plus vite pendant la journée. Pendant la nuit, c’est encore pire car en plus de conduire sur des routes encore plus rapidement avec seulement les lumières de leur voiture pour voir, ils jouent constamment de la musique forte pour “ne pas s’endormir”, Ah oui… ai-je mentionné qu’ils ne prennent jamais de pause (sauf pour manger)? Même si le voyage dure 12h? Et que Sumatra est plein de collines qui font monter et descendre les routes? La combinaison idéale pour vomir… ou pour un accident de voiture…

 

Those minibuses are the main reason why I would not drive at night out of cities, and for your own safety, I strongly recommend, if you want to visit Indonesia, to always be mindful of those minibuses as they are probably the greatest threat you’ll encounter.

Ces minibus sont la principale raison pour laquelle je ne conduis pas la nuit hors des villes, et pour votre propre sécurité, je recommande fortement, si vous souhaitez visiter l’Indonésie, de toujours être attentif à ces minibus car ils sont probablement la plus grande menace que vous rencontrerez.

 

 

3/ Accidents

As it happens Winny and I have been involved in an accident, we were not driving thankfully… We were being driven with my parents and a friend by a hired driver and on his way, he crossed path with a boy, too young to drive a motorbike and without helmet…

Il se trouve que Winny et moi avons été impliqués dans un accident, nous ne conduisions pas heureusement… Nous étions conduits avec mes parents et une amie par un chauffeur embauché et sur son chemin, il a croisé un garçon, trop jeune pour conduire un moto et sans casque…

 

The said boy got scared as the car was coming his way (from the other side of the road) and slipped with his motorbike across the road. Our driver tried to avoid him but still bumped into his motorbike. He was about to continue on his way but decided to stop on our request. The boy had a displaced jaw but the local inhabitants of the village we were in decided it was our fault and forced our driver to take the boy in his car to the nearest hospital which is normal. However, they forced us by blocking the car and drawing a machete to leave Winny behind (I decided to stay with her). In other words, they took us, hostages.

Ledit garçon a eu peur alors que la voiture arrivait (de l’autre côté de la route) et a glissé avec sa moto en travers de la route. Notre chauffeur a essayé de l’éviter mais a quand même heurté sa moto. Il était sur le point de continuer son chemin mais décida de s’arrêter à notre demande. Le garçon avait la mâchoire déplacée mais les habitants du village dans lequel nous nous trouvions ont décidé que c’était de notre faute et ont forcé notre chauffeur à emmener le garçon dans sa voiture à l’hôpital le plus proche, ce qui est normal. Cependant, ils nous ont forcés en bloquant la voiture et, en sortant une machette, à laisser Winny derrière (j’ai décidé de rester avec elle). En d’autres termes, ils nous ont pris en otages.

 

 

trashed becca
A very old and rusty becca

While we stayed there we angrily explained what happened and since the men who forced us to stay vanished as soon as the car was gone, we hitchhiked to the hospital to meet the others.

Pendant que nous y restions, nous avons expliqué avec colère ce qui s’était passé et puisque les hommes qui nous ont forcés à rester ont disparu dès que la voiture s’est éloignée, nous avons fait de l’auto-stop jusqu’à l’hôpital pour rejoindre les autres.

 

Winny explained to me afterward that when a motorbike and a car are involved in an accident, the car is considered responsible almost all the time and stopping to help a victim can get you into big troubles… As big as being hacked into pieces if the victim is dead and their family hot-blooded…

Winny m’a expliqué après coup que lorsqu’une moto et une voiture sont impliquées dans un accident, la voiture est considérée comme responsable presque tout le temps et s’arrêter pour aider une victime peut vous causer de gros ennuis… Aussi gros que d’être découpé en morceaux si la victime est morte et que sa famille à le sang chaud…

 

I can’t encourage you to do hit and runs if you are caught in an accident nor can I encourage you not to rescue someone who’s life is depending on whether you help them or not. But keep this story in mind and get ready for the worse…

Je ne peux pas vous encourager au délit de fuite si vous êtes pris dans un accident, je ne peux pas non plus vous encourager a ne pas sauver quelqu’un dont la vie dépend de votre intervention. Mais gardez cette histoire à l’esprit et préparez-vous au pire…

 

 

4/ Conclusion

Overall, the transport network in Sumatra is awful, lawless and the only thing that keeps the death toll lower than other countries like Thailand is probably the fact that the infrastructure is so bad that even the most reckless drivers need to keep their speed down to avoid crashing.

If you want to visit Indonesia be extremely cautious while driving.

Dans l’ensemble, le réseau de transport à Sumatra est horrible, sans loi et la seule chose qui maintient le nombre de morts plus bas que pour d’autres pays comme la Thaïlande est probablement le fait que l’infrastructure est si mauvaise que même les conducteurs les plus téméraires doivent garder leur vitesse réduite pour éviter le crash.

Si vous voulez visiter l’Indonésie, soyez extrêmement prudent lorsque vous conduisez.

 

All the best

-Antoine-

13 Objek Wisata Berastagi Yang Menarik


Hello World!

Berastagi, Juli 2019

Setelah menikah, Mertua mengajakku dan Suami untuk liburan bersama terutama keliling objek wisata di Sumatera Utara diantaranya Danau Toba, Berastagi dan Bukit Lawang selama 2 minggu. Setelah menginap 3 hari di Danau Toba, Mertua telah menyewa mobil seharga Rp600.000/4 orang untuk membawa kami ke Berastagi, Sumatera Utara. Lama perjalanan Danau Toba-Berastagi selama 4 jam. Mertua sudah mempersiapkan dari jauh hari kemana saja yang ingin dikunjunginya di Berastagi. Kalau aku terakhir ke Berastagi zaman kuliah Teknik di USU dan paling tempat wisata di Berastagi yang aku kunjungi dulu itu mulai dari penatapan sampai ke Mickey Holiday. Tapi belum pernah ke Gunung berapi meski di Berastagi ada dua buah Gunung yang berapa yang aktif.

Kami menginap di Berastagi selama 3 hari dan selama di Berastagi, Mertua ingin mengunjungi objek wisata menarik yang ada di Berastagi mulai dari Kmapung Tua Karo di Dokan hingga treking ke Gunung berapi.

Nah selama 3 hari di Berastagi, kami mengunjungi 13 objek wisata menarik di Berastagi

1. Air Terjun Sipiso-piso

Air Terjun Sipiso-piso

Aku sudah lupa kapan terakhir kali mengunjungi Air Terjun Sipiso-Piso. Yang pasti zaman kuliah diantara tahun 2007-2011 namun yang aku ingat betul betapa turun ke dasar Air Terjun Sipiso-piso membutuhkan tenaga ektra sekitra 30-45 menit menurun kebawah dengan jalanan yang kecil  dengan batas hanya satu dua orang saja yang cukup. Tapi pemandangan Danau Toba dari Air Terjun Sipiso-piso sangat apik. Setelah sekian tahun tidak mengunjungi Air Terjun Sipiso-piso ternyata banyak yang berubah. Mertua dan suami mengajak trekking melihat dasar air terjun, sebenarnya malas karena mengingat betapa jauhnya namun karena suami tidak mau turun kalau aku tidak ikut, terpaksa ikut juga. Banyak yang berubah dari Air Terjun Sipiso-piso terutama spot kekininian untuk berphoto bagi yang suka narsis. Jalanan setapak di Air Terjun Sipiso-piso semakin jelek sehingga tidak terlalu aman untuk treking.

2.Bukit Gundaling

Bukit Gundaling

Untuk melihat Kota Berastagi dari ketinggian maka Gundaling adalah tempat yang tepat. Gundaling merupakan tempat favorite untuk melakukan olah raga atau tempat untuk memandang Kota Berastagi. Zaman kuliah kami sering ke Gundaling hanya sekedar lihat Berastagi dari atas. Di Gundaling juga terdapat kuda untuk naik ke Bukit Gundaling. Kami ke Gundaling juga hanya sekedar saja, tidak berhenti untuk bersantai. Tapi melihat warga lokal yang banyak olah raga di Gundaling, ingin rasanya ikut juga cuma yah menurutku Kota Berastagi lumayan dingin. Bahkan Berastagi sudah sangat berbeda dari terakhir yang aku kunjungin terutama di jumlah turis yang semakin meningkat. Dulu jarang lihat Bule berjalan di Kota namun sekarang sudah banyak bahkan penginapan di Berastagi sudah banyak.

3. Taman Alam Lumbini

Lumbini

Taman Alam Lumbini ini aku kunjungi sewaktu zaman kuliah dulu. Katanya mirip dengan temple yang ada di Myanmar. Saat kuliah belum pernah ke Luar Negeri sama sekali sehingga tidak bisa membandingkan. Namun setelah bersama Mertua dan Suami aku bisa bandingkan dan memang mirip dengan temple di Thailand dan Myanmar. Jadi jika ingin mengunjungi temple seperti di Thailand atau Myanmar bisa ke Berastagi. Sekarang kalau masuk ke dalam Taman Lumbini ada donasi atau pemberian sumbangan seikhlasnya. Saat kami kunjungin, wisatawan sangat ramai di Taman Alam Lumbini.

4. Gunung Sinabung

Gunung Sinabung

Meski kuliah di Medan, namun mengunjungi Gunung Sinabung aku tidak pernah sama sekali. Baru pertama kali sama Mertua dan suami itupun tidak boleh di masukin karena Gunung berapinya aktif. Ke Gunung Sinabung itu masuk kearea “Red” atau dilarang sehingga diingatkan bagi pengunjung harus waspada jika mengunjunginya karena bisa sewaktu-waktu meletus. Mertua dan suami paling semangat melihat Gunung Sibanung karena berapi dan dinegaranya jarang. Sejak kejadian meletus Gunug Sinabung maka jarang warga lokal yang tinggal sekitar Gunung Sinabung. Namun tanahnya sangat subur.

5. Gunung Sibayak

Gunung Sibayak

Meski Gunung berapi, Gunung Sibayak bisa di kunjungin oleh turis dan trekkingnya cukup mudah. Aku juga baru pertama kali ke Gunung Sibayak dan lumayan asik untuk treking. Namun jika treking ke Gunung Sibayak, sebaiknya bawa masker dan minuman secukupnya.

6. Museum Karo Lingga Berastagi

Museum Karo Lingga Berastagi

Di area Gunung Sinabung terdapat sebuah museum Karo bernama Museum Karo Lingga Berastagi. Sayangnya pas kami mengunjungi Museum Karo Lingga di Berastagi, museumnya tutup. Padahal ingin melihat koleksi Museum Karo Lingga Berastagi.

7. Pemandian Air Panas

Pemandian Air Panas Berastagi

Berastagi juga terdapat banyak pemandian air panas. Air panas berupa Sulfur dalam bentuk kolam. Banyak warga yang membuat usaha pemandian air panas dan banyak pengunjung yang datang juga. Kalau dulu aku tahunya pemandian air panas Sidebu-debu, padahal banyak selain area ini. Untuk lokasi pemandian air panas yang kami kunjungi langsung dengan pemandangan Gunung Sibayak. Lumayan asik bersantai di pemandian air panas di Berastagi. Untuk mengunjungi pemandian air panas biaya masuk Rp15.000 dan mandi sepuasnya.

8. Pasar Buah Berastagi

Pasar Buah Berastagi

Pasar Buah Berastagi sangat asik untuk dikunjungi dan berburu buah tapi harus pandai menawar. Buahnya bervariasi dan ada buah yang hanya tumbuh di Berastagi. Saat mengunjungi Pasar Buah Berastagi banyak turis dan mertua juga senang apalagi melihat buah khas Indonesia seperti salak dan sebagainya.

9. Air Terjun Sikulikap

air terjun sikulikap

Air Terjun Sikulikap sangat menarik untuk dikunjungin karena alamnya bagus. Trekkingnya juga gampang dan lokasinya berada di bawah Penatapan. Masuk ke dalam Air Terjun Sikulikap gratis hanya membayar biaya masuk saja. Sayangnya air terjun Sikulikap tidak jernih namun debitnya deras. Menariknya air terjunny dari tebing dengan daunan hijau dan pepohonan. Saat mengunjungi Air Terjun Sikulikap banyak wisatawan. Udaranya segar dan asik untuk treking.

10. Gereja Inkultrutatif Karo Santo Fransiskus Asisi

Gereja Karo di Berastagi

Gereja Inkultrutatif Karo Santo Fransiskus Asisi merupakan Gereja dengan rumah adat Karo. Aku baru tahu ada Gereja unik di Berastagi karena dibawa tourguide kami keliling Berastagi. Di samping Gereja Inkultrutatif Karo Santo Fransiskus Asisi terdapat rumah adat Karo dan aku baru tahu bahwa rumah adat Karo bisa ditampung lebih dari 3 keluarga.

11. Desa Dokan, Kampung Tradisional Karo

Kampuang Karo, Dokan

Desa Dokan, Kampung Tradisional Karo merupakan Desa adat yang masih memiliki rumah Karo dari zaman dulu. Rumahnya sangat sederhana denga atap ijuk. Mertua yang sangat tahu mengenai Desa Adat dan sarannyalah kami bisa mengunjungi Desa Adat ini. Desa Adat Dokan menjadi cagar budaya dan menarik belajar tentang Karo.

12. Desa Mati di Gunung Sinabung

Desa Mati

Desa Mati di Gunung Sinabung merupakan bekas Desa yang ditinggalin penduduk korban Gunung Sinabung yang meletus. Desa mati ini hanya berisi rumah yang ditinggalin dan menjadi tempat wisata baru dikunjungin namun harus ada izin serta harus ada tourguide yang menemanin.

13. Madu Efi

Madu Efi

Madu Efi merupakan wisata baru untuk melihat cara mengembangbiakkan lebah. Ide mengunjungi madu Efi dari adikku eh ternyata tempat wisatanya ramai dikunjungin. Untuk masuk ke Madu Efi itu biayanya Rp10.000 termasuk minuman. Sayangnya lokasinya panas, dan terlalu kekinian sehingga kami tidak terlalu suka. Namun lumayan untuk melihat cara membuat Madu.

Itulah 13 tempat wisata yang kami kunjungin selama 3 hari, ketiga harinya kami menyewa mobil degan sewa Rp500.000-Rp600.000 per hari.

Best Regard

Winny