Hello World!
Lima Puluh Kota, 28 April 2019
Ada 6 tempat wisata yang ingin aku kunjungin di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota yang semua rata-ratanya adalah air terjun.
Bucket List:
1. Sarasah Kayu Putiah di Dekat Kayu Kolek
2. Air Terjun Sialang di Situjuah
3. Sarasah Murai
4. Lubuk Bulan di Mungka
5. Lubuk Batang di Kapur ix
6. Mata Air Nyarai di Lubuk Alung😁
Sejak tinggal di Sumatera Barat selama 1 tahun, ternyata banyak sekali tempat wisata di Sumatera Barat yang alami dan tersembunyi yang belum aku kunjungin dan bukan turistik banget. Beruntungnya aku dipenuhi oleh orang-orang yang suka jalan-jalan. Walau dulu aku jarang suka hiking atau trekking ke alam namun sejak di Sumatera jadi doyan ke alam, seperti semesta ikut berpartisipasi.
Nah untuk 6 tempat wisata yang belum aku kunjungin itu aku dikasih tahu oleh Dian dan Markus.
https://www.instagram.com/p/Bw1wT9cHbhe_6uPcXF8uMN7Bw31qoFu9b91lFU0/
"Bu, sudah ke Air Terjun Lubuk Batang di Kapur IX belum", tanya Markus "Belum", jawabku
Aku mulai penasaran dengan Air Terjun Lubuk Batang di Kapur IX
"Tanggal 27 April kita jalan-jalan ke Air Terjun Lubuk Batang di Kapur IX " "Ayo", jawabku
Itulah awal kami jalan-jalan ke air terjun setelah jalan-jalan ke air terjun Sarasah Donat.
"Besok kita berangkat jam 9 ya Bu", kata Markus kepadaku
Akupun mengajak Antoine ke Air Terjun Lubuk Batang di Jurong 2 Kec. Kapur Sembilan Kab., Koto Bangun, Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Aku juga mengajak Henny, sayangnya dia tidak bisa ikut.

Tentu saja Thimo datang ontime jam 9 pagi. Namun sayangnya kami baru berangkat jam 12 siang. Gileee 3 jam molor dari janji, hikss
"Are you sure we are going to waterfall" "Is it Indonesia always late?, tanya Antoine kepadaku "So sorry", jawabku
Benar-benar membuatku merasa malu karena Antoine sudah bangun cepat dan datang tepat waktu sementara perginya teralmbat 3 jam. Jam karet banget emang, kebangetan jam karetnya!
Belum lagi pas jam 9 pagi si Markus susah dihubungi. Dia baru bisa dihubungi jam 10 pagi. Dia datang dan langsung merasa bersalah.
"Bilanglah ke Mr itu aku minta maaf katanya", dengan muka bersalah "Kami ada kegiatan tadi Bu", katanya
Kami sih maklum aja, habis kami nebeng sih. Yang ikut trip ke Air Terjun Lubuk Batang di Kapur IX yaitu aku, Antoine, Rico, Marcus, Umrah, Hafiz dan Ronald berangkat dari Payakumbuh pas matahari terik sekali dengan motor. Kami berangkat dengan 4 motor, dan perjalanan sungguh lama dan melelahkan. Meleleh daku saat di motor, pantat rasanya tepos. Aku kasihannya ama Antoine yang mukanya gosong kayak babi panggang gegara matahari.
Saat berangkat kami membeli makan terlebih dahulu buat bekal saat trekking. Pas sebelum Kelok 9, malangnya motor Rico yang membonceng Antoine bannya pecah. Mau tidak mau, kami berhenti sejenak sementara Hafiz dan Ronal sudah berangkat terlebih dahulu dan sampai di Kelok 9. Untung ada Markus jadi kami tahu kalau Rico motornya bermasalah. Yup, perjalanan yang dimulai dengan dramaa!!
Markus menghubungi Hafiz dan janjian bertemu di simpang 3 Pangkalan. Aku, Antoine, Rico dan Marcus di bengkel memperbaiki motor Rico sambil makan gorengan bapak ala Rp1000. Setelah diperbaiki sekitar 30 menit, kami lalu melanjutkan perjalan kami.
Kami baru sampai di Kapur IX jam setengah 4. Kami melakukan perjalanan dari Payakumbuh selama 4 jam untuk sampai ke Kapur IX yang menurutku sangat jauh.
"Why do you go to waterfall with takes 4 hours?", tanya Antoine
Antoine tidak habis pikir kenapa bisa kami jauh banget ke Air Terjun Batang kayak gak ada air terjun di dekat Payakumbuh.

Oh ya saat kami masuk ke dalam gang ke Batang Kapur IX, ada seorang Bapak bernama Irfan menghadang kami. Beliau mengaku warga lokal dan meminta Rp10.000 perorang.
"Kalau mau ke dalam Rp10.000/orang", katanya "Kenapa kami harus bayar Pak", tanyaku?
Karena Hafiz sudah 4 kali ke Air Terjun Batang IX dan tidak pernah diminta uang. Begitu juga Markus yang sudah dua kali ke Batang IX.
Cara si Bapak sungguh tidak elegan dan menghadang. Awalnya mengikuti kami terus meminta uang. Aku benar-benar esmosi saat si Bapak meminta uang ala preman.

"Pak, kalau mau kami bayar mana karcisnya?", tanyaku "Gak ada karcis, biasa memang bayar," katanya "Oh ya kalau gitu mana KTP Bapak biar kami bayar," jawabku
Sumpah sebenarnya ini hati deg-degan saat melawan si Bapak. Tapi aku tidak suka caranya. Ahirnya dia bilang ke kami bayar seikhlasnya dan aku tidak mau. Dia sempat menghadang kami untuk tidak melewati jembatan dan mengancam kami. Tapi aku tidak mau sama sekali karena orang-orang seperti ini yang merusak citra parawisata Indonesia.
"Ada nomor HP saya, ini saya kasih," jawabnya "Pak saya gak butuh nomor HP bapak lagian bukan jalan Bapak" "Tapi kami yang buat jalan ini", jawabnya
Apalagi karena dia lihat kami dengan Bule makanya jadinya seenak hidung minta uang. Kalau misalnya retribusi daerah aku pasti mau bayar, tapi ini diminta KTP nya saja dia takut. Padahal ya aku cuma gertak sambal aja minta KTP. Dan saat melawan si Bapak dalam hati aku takut wkkwkwkwk aku mah cuma kelihatan ganas diluar saja, hatiku ‘kan “soft” seperti Hello Kitty 😛
"Emang Bapak siapa?" "Saya warga lokal sini", kalau mau tidak bayar awas saja, jawabnya "NGAK, jawabku
Inilah drama ke 2 dari perjalanan kami, ketemu warga lokal sok preman tapi gak mempan samaku 😀
Untung aku gak digorok ya?
"Ibu, keras juga ya", kata Markus
Setelah jantungan melewati si Bapak dan melewati jembatan kayu, kamipun melanjutkan perjalanan kami. Untuk sampai ke Air Terjun Lubuk Batang jalannya sungguh menantang. Jalanan setapak dan penuh liku. Jalanannya sudah di aspal oleh masyarakat dengan uang sendiri dari warga sekitar.
Jalanannya hanya cukup dengan satu sepeda motor saja dan kecil, disisi lainnya jurang. Motor yang kami bawa adalah motor matic yang tidak cocok dengan trekking ini. Kebanyakan warga lokal membawa motor kedalam dan aku sungguh takjub dengan kehandalan mereka membawa orang di trek yang jalannya super kecil. Benar-benar hebat!
Jalanan yang kami lewati itu melewati kebun orang, jalanan jelek, dan becek. Lalu sampai ke jembatan yang mentok motor tidak bisa lewat barulah kami parkir motor. Itupun karena gak mungkin bisa masuk lagi karena jalannya susah.
Dari tempar parkir motor gratisan, aku sempat terpana dengan jernihnya air yang ada di Kapur IX ini. Saking jernihnya dasar air kelihatan. Padahal saat diboncengan demi menuju ke sini itu yaitu “Mamakuu, itu kataku saat diboncengan Ronal”. Terus lihat jernihnya air aku lupa itu, wkwkkw 😀
Awalnya aku sempat was-was takut si Bapak tadi mau merusak motor kami. Namun akhirnya menanyakan warga sekitar apakah aman memarkirkan motor. Aku juga sempat menanyakan apakah memang masuk ke dalam air terjun bayar ke beberapa pengunjung. Dan ternyata benar gratis. Bapak yang tadi memang benar-benar hanya mengambil keuntungan dari kami. Alias mengambil keuntungan sesuka hatinya.
"Cherry, thats man is shithead", kataku
Setelah motor di parking lalu kami harus jalan kaki sekitar 20-30 menit dengan jalanan menurun. Trek jalannya lumayan susah dan licin tai masih bisa dilewati. Akhirnya jam empat kami sampai di air terjun yang sangat indah sekali.
"Alna, its worth it for riding for so long", kata Antoine
Air Terjun Batang di Kapur IX di Lima Puluh Kota sangat indah. Warna pasirnya putih, tebingnya seperti Green Canyon dengan balutan warna hijau. Sungguh drama yang kami lalui terbayar ketika sampai di Air Terjun Batang di Kapur IX . Rasa lelah, patat tepos terbayar lihat tebing cakep.
Kami langsung mandi, dan makan siang merangkap sore 😀
"Kus, sayang kita sampai sore ya, kalau siang cakep", kataku "Bagusnya pagi kak, sinar datang", kata Hafiz
Ah aku jatuh cinta dengan air terjun ini, apalagi tebingnya itu indahnya kebangetan!!
Nah saat di Air Terjun Batang di Kapur IX, banyak sekali coret-coretan. Dan Ronal sempat menambah dan langsung aku lerai.
"Jangan Ronald", kataku
Dia sedikit malu, tapi harus begitu untuk menjaga keindahannya. Dan tebing di Air Terjun Batang di Kapur IX sudah banyak coret-coretan tangan jahil. Jadi please jika mengunjungi suatu wisata jangan merusaknya. Cukup ambil kenangan dan biarkan tetap bersih ya!

Setelah mandi dan makan, jam 5.30 kami meninggalkan air terjun yang indah ini. Kami membawa kembali sampah yang kami bawa dan pulang dari Air Terjun Batang, Kapur IX, pesona tersembunyi.
Pulangnya aku dan Ronal jatuh dari motor dan ini drama ke tiga dan yang drama ke empat sempat motor Ronal mati di tengah jalan. Namun meski banyak drama saat ke Air Terjun Batang di Kapur IX tetap aku tidak menyesal kesana, aku hanya menyesal terlalu lama berangkatnya.
Lokasi Air Terjun Lubuk Batang
Salam
Winny
Nanti saya akan ke sini, saya catat dalam agenda berikutnya 🙂
ditunggu kak