Menikmati Kopi dengan Latar Belakang Persawahan di Bali Pulina


Words will be just words until you bring them to life

By Unknown

Hello World!

Bali 2017

Tak jauh dari Ubud sekitar 8 km terdapat kebun agrowisata kopi dan cokelat khas Bali bernama Bali Pulina. Agro wisata ini menawarkan tempat untuk bersantai sambil belajar mengenal alam. Yah belajar terutama proses pembuatan kopi luak dengan suasana khas pedesaan. Agro wisata Bali Pulina itu berada di daerah Gianyar Bali.

Kami sampai di  Bali Pulina siang hari. Setelah memarkirkan mobil, Pak Juned membagikan tiket masuk kepadaku, Leoni, Rere, Rasti dan Nicho kemudian kami berjalan masuk ke dalam Bali Pulina. Pak Bobbi dan Pak Agung menyusl kami.

Belum juga melangkah jauh, kami melihat kandang si penghasil kopi Luwak yang terkenal sedang tidur di kandangnya. Luwak yang lain di kandang sebelah malah sedang bersantai di kandangnya.  Lucunya di Bali Pulina inilah aku sadar kalau Luwak itu nama lainnya Musang. Terus musang ini mengingatkanku akan masa kecil di kampung, dimana kalau ada Musang dianggap hama pada masa itu sehingga sering diburu. Siapa sangka musang alias luwak ini menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Musang yang berada di dalam kandang memang sengaja dipelihara oleh pemilik karena musang ini menghasilkan kopi. Bahkan kopi hasil luwak ini ditampung dalam wadah untuk diproses.

"Tahu gak sih, dulu di kampungku orang paling benci ama Musang
padahal Musang ini menghasilkan kopi terbaik, lanjutku

"Mungkin dulu orang tidak tahu kalau Musang ini
 menghasilkan kopi terbaik, kata Nicho"

Meninggalkan musang dalam kandangnya, kamipun berjalan kembali melewati pepohonan mulai dari pohon cokelat hingga pohon lengkeng. Untuk pertama kalinya aku melihat pohon lengkeng dan itupun di Bali Pulina. Jadi aku sangat antusias melihat pohon lengkeng untuk pertama kalinya 🙂

Tempat Membeli Tiket  Masuk ke Bali Pulina
Bali Pulina

Setelah mewalati pepohonan kami berhenti pada tempat yang mirip dapur zaman dulu yang didepannya terdapat sebuah jemuran kopi. Kopi di keringkan dalam meja yang berbentuk persegi panjang. Kemudian saat kami berada di area proses belajar pembuatan kopi, beberapa Mba-mba yang bekerja di Bali Pulina berada kalau-kalau kami hendak butuh penjelasan tentang proses pembuatan kopi luwak secara tradisional. Walaupun ujung-ujungnya Pak Bobilah yang banyak sekali menjelaskan kepada kami tentang tempat wisata yang kami kunjungi selama di Bali.

"Jadi ini kopi yang diambil adalah biji dalamnya, kata Pak Bobi kepada kami
 menjelaskan proses penjemuran kopi yang lamanya bisa tiga hari,
biji ini dikupas kemudian dikeringankan, lanjutnya". 

Bali Pulina memang memberikan pengetahuan kepada turis untuk melihat langsung proses pembuatan kopi mulai dari hewa penghasil kopi luwak yang dapat dilihat di kandangnya kemudian tempat pengeringan kopi, pemasakan hingga biji kopi ditumbuk menjadi kopi halus. Tidak hanya itu, alat-alat tradisional pembuatan kopi pun ada seperti lesung untuk menumbuk kopi menjadi halus hingga sekdar wadah dari bambu. Semua peralatan tradsional itu berada pada sebuah tempat yang mirip dapur. Bahkan rempah-rempahpun ada di dapur itu!

Benar-benar Bali Pulina mengingatkanku akan kampung halaman. Uniknya kebanyakan yang datang ke Bali Pulina adalah turis mancanegara dan mereka sangat tertarik melihat proses pembuatan kopi di Bali Pulina secara tradisional apalagi melihat peralatan zaman dahulu. Wajar sih karena di Negara tidak ada, jangankan di negaranya, di Indonesia saja sudah mulai jarang peralatan zaman dulu. Kalau aku sih tahu karena aku lahir di pedesaan dengan peralatan sederhana (jadi ketahuan umurnya hehe :D)

Proses Pembuatan Kopi di Bali Pulina
Peralatan Masak Zaman Dulu
Rempah-rempah di Bali Pulina

Setelah mengetahui proses pembuatan kopi luwak secara tradisonal kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke rice terrace view tempat untuk mencoba Kopi khas Bali.  Sepanjang jalan ke teras, aku memandangi suasana perkebunan yang hijau membuatku lagi-lagi terkenang akan kampung halaman di Padangsidempuan. Aku teringat akan kebun nenekku di belakang rumah. Mulai dari nenas, kopi, hingga cokelat ada di Bali Pulina. Sehingga berada di Bali Pulina membuatku sedikit merasa seperti di “rumah”.

Tempat ini benar-benar hijau dan penuh pepohonan serta cocok untuk mencari inspirasi sehingga tak heran banyak sekali turis ke Agro wisata Bali Pulina. Membuatku betah berlama-lama!

Petunjuk jalan di Bali Pulina
Musang alias Luwak

Setelah sampai di area teras, kami langsung disambut dengan pemandangan yang luar biasa berupa pemandangan persawahan khas Bali. Teras Bali Pulina terbuat dari kayu dengan meja serta kursi untuk menikmati aneka kopi dengan latar belakang pemandangan segar di mata “pepohonan hijau dan persawahan khas Bali”.

Pemandangan di terrace view Bali Pulina benar-benar instagramable banget. Belum lagi tempatnya lumayan tenang, sehingga cocok untuk bersantai. Kalau mau menulis buku kayaknya cocok di Bali Pulina saking tentramnya lokasi ini. Terus saking cantiknya pemandangan di depan kami, akhirnya kami malah sibuk mengambil photo hingga akhirnya setelah capek barulah kami duduk untuk mencoba kopi di Bali Pulina.

Memang untuk masuk ke dalam Bali Pulina harga tiketnya agak lumayan mahal namun cukup sesuai dengan fasilitas yang didapatkan karena selain belajar mengenai proses pembuatan kopi, harga sudah termasuk 1 gelas kopi dengan pilihan sesuai selera lengkap dengan gorengan.

Bali Pulina
Bali Pulina

Setelah lengkap, kamipun duduk manis beramai-ramai di meja yang mirp dengan lapangan dari kayu beserta pemandangan indah. Baru ini aku menemukan tempat ngopi cantik dengan nuansa alam itupun di Bali Pulima. Selang 5 menit  kami duduk, karyawan Bali Pulina datang dengan ramahnya menghampiri kami.

"Kami akan memberikan tester minuman untuk dicoba kemudian 
bisa dipilih minuman apa yang disukai setelah mencoba tester minuman,
kata Mba menawarkan minuman kepada kami"

Tanpa pikir panjang kami sambut tawaran si Mba lalu si Mba pergi meninggalkan kami. Tak lama kemudian, si Mba datang membawa tester kopi untuk kami coba. Tester kopi yang dihidangkan berjumlah 8 yang berada dalam gelas kecil berwarna putih. Awalnya kami mengira bahwa satu orang akan mendapatkan masing-masing 8 tester minuman yang akan dicoba ternyata 8 tester itu untuk kami berenam. Akhirnya kami sharing untuk icip minuman yang kami suka. Minuman yang disajikan tidak hanya kopi ada juga teh hingga ginseng. Minuman tester yang disajikan terdiri dari lemon tea, ginger tea, ginger coffe, ginseng coffe, coco coffe, vanila coffe, chocolate coffe, dan pure Bali coffe. Selain kedelapan minuman itu, pengunjung juga bisa memesan luwak kopi karena luwak kopi tidak termasuk dalam tester.

Dari 8 tester minuman yang dihidangakan aku sempat galau antara lemon tea, nginger tea, vanilla coffe atau chocolate coffe. Namun ketika mendengar tawaran kopi luwak dan dalam benakkan betapa mahalnya itu kopi luwak sempat terbesit ingin memesan kopi luwak juga. Namun karena pas aku mencoba kopi Bali dan rasanya pahit “khas Kopi banget”, akhirnya aku membatalkan memesan kopi luwak dan malah memesan kopi cokelat. Sontak teman-temanku ngeledek sambil tertawa dan berkata “dasar anak sachet”. hahaha 😀

Yah minuman yang aku pesan seperti kopi susu biasa, jadi udah jauh-jauh ke Bali Pulina terkenal sebagai tempat nongkrong kopi elit eh ujung-ujungnya aku mesan kopi rasa yang ada di warung-warung. Sontak teman-temanku keluar hasrat untuk meledek. hihi 🙂

Habis aku bukan anak pecinta kopi sih, untung dibilang anak sachet daripada dibilang anak micin eh ;D

 

Pilihan Kopi di Bali Pulina
Menu Makan di Bali Pulina (Photo: Nicho)
Tester Kopi di Bali Pulina
Gorengan Pisang di Bali Pulina

Setelah kami menentukan minuman apa yang kami mau, kemudian pesanan kami pun datang lengkap dengan gorengan pisang serta lupis.  Gorengan lumayan enak, manisnya pas dan renyah. Walau makanan yang kami dapatkan sederhana namun rasanya begitu nikmat sekali apalagi dengan pemandangan indah di depan. Pengen betah berlama-lama di Bali Pulina, pengen ngambil laptop terus tinggal beberapa waktu di Bali Pulina sambil mencari inspirasi. Yah kali aja pulang-pulang dari Bali Pulina bisa menghasilkan karya Buku (ini masih ngayal sih gegara terbawa suasana pedesaan yang asri).

Walau waktu bersantai kami cukup singkat, namun aku merasa cukup fresh di Bali Pulina karena tempat ini merupakan tempat nongkrong kopi dengan pemandangan kece lengkap dengan canda tawa dengan teman-teman. Bahagia itu ternyata sederhana, sesederhana rebutan tester kopi bersama mereka 😀

Kopi Rasa Vanila di Bali Pulina

Setelah puas icip semua minuman tester, akhirnya kamipun meninggalkan Bali Pulima. Sebelum pulang, Rere dan Rasti sempat membeli kopi di Toko Bali Pulina yang menyediakan oleh-oleh kopi dari berbagai rasa terutama kopi khas Bali. Sayangnya aku tidak mampir dan tidak juga membeli kopi untuk dibawa pulang karena bingung mau kasih ke siapa. Kasih ke Mama, mamaku jauh, kasih ke Ade, Adeku juga jauh, kasih si abang, si abangnya lagi ngambek akhirnya ya tidak jadi beli malah langsung ke mobil.

Oh ya selain fasilitas warung yang hanya menjual kopi, dan gorengan serta pemandangan alam yang kece maka di Puri Pulina juga terdapat toilet yang memadai dan ada juga payung yang disedikan jika hujan turun. Lumayan lengkap dan cocok bagi yang ingin sekedar menghilang sesaat untuk mencari jati diri  atau sekedar refreshing untuk mengisi liburan 🙂

Toko Kopi di Bali Pulina  (Photo Rere)
Toko Kopi di Bali Pulina  (Photo Rere)

Harga Tiket Masuk Bali Pulina

Rp100.000/orang termasuk free tester minuman dengan 8 rasa dan pilihan 1 gelas kopi serta dua pisang goreng dan lupis.

Lokasi Bali Pulina

Desa Banjar Pujung Kelod,

Tegalalang, Gianyar, Bali

Salam

Winny

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

20 thoughts on “Menikmati Kopi dengan Latar Belakang Persawahan di Bali Pulina

  1. Baru denger Bali Pulina. Kalau ke Bali, kopi yang sering dituju seringnya Kintamani aja. Kalau ke Ubud emang spot wajibnya terasering yang kece badai itu. Terus terang gak ngeh aja ada ini. Kayaknya emang harus one day tour cuma ke sini aja biar puas. Biasanya aku ke beberapa tempat sih di Ubud jadi agak kurang puas. Maklum, nginepnya favorit tetap di Kuta. Murmer dan paginya tetap harus setoran lari meski saat liburan 🙂

  2. Waah menarik tempatnya. Mungkin suamiku akan suka kalau berbau-bau kopi. Selain itu, makanan sama pemandangannya juga oke. 😀
    Pernah ke agrowisata di Malang, kebun apel gitu. Tapi biasa aja sih menurutku hehehe..

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.