Jelajah Old Bagan dan New Bagan, Myanmar


Success in life comes when you simply refuse to give up, with goals so strong that obstacles, failure and loss act only as motivation.

By Unknown

Hello World!

Old Bagan, Februari 2017

Setelah sarapan dan perutpun kenyang dari makan mie ubek-ubek pakai tangan khas ala Myanmar, aku, Ade dan Melisa melanjutkan perjalanan ke New Bagan. Jujur ke New Bagan itu hanya mengikuti insting karena setelah puas melihat matahari terbit Old Bagan yang fenomenal, kegiatan kami berikutnya adalah acara bebas. Bahkan bebas dalam mencari objek wisata apa yang ingin kami kunjungi. Namun karena di Old Bagan banyak sekali Pagoda dari satu meter sudah ada Pagoda maka kami sedikit bingung Pagoda mana yang akan kami singgahi terlebih dahulu. Akhirnya kami berhenti di Pagoda yang menurut kami enak dipandang mata karena jika ingin mengunjungi satu persatu tidaklah mungkin mengingat jumlah Pagoda di Myanmar itu ribuan bahkan mungkin jutaan, jadi niat mengunjungi semua Pagoda dalam sehari itu dalam sehari adalah pekerjaan mustahil.

Saat makan Mie Melisa sempat menunjuk Wanita berleher panjang Myanmar,
dimana sebelumnya kami sudah puas bertemu di Inle. Si Ibu lewat dengan jalan kaki.

Win, Ade, lihat ada wanita berleher panjang, 
kata Melisa dengan semangat 45

Gegara  melihat wanita berleher panjang lewat maka kami yang awalnya niatin ke New Bagan malahan berubuah tujuan mencari wanita berleher panjang Myanmar. Wanita berleher panjang Myanmar kami temukan di salah satu penjual kain tenun. Entah kenapa namun rata-rata wanita berleher panjang di Myanmar yang kami jumpain bekerja sebagai penenun.

Baca juga pengalaman Wanita berleher panjang Myanmar

Bagan, Myanmar
La Min Aein, Long Neck Women Myanmar

Dengan motor listrik, kamipun berhenti di tempat tenun ibu berleher panjang. Hanya saja kami singgah hanya sebentar saja karena kami tidak ada niat untuk membeli tenunan serta alasan lain karena kami sudah puas bertemu dengan wanita berleher panjang di Inle, Myanmar.

Tanpa basa-basi akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami dan menjauh dari tempat si ibu Myanmar yang sedang menenun menuju ke Pagoda yang kami lewati di pagi hari. Pemilihan Pagoda pun dikarenakan jaraknya dekat dengan tempat La Min Aein, wanita berlehar panjang yang kami singgahi serta kami tertarik melihat keramaian orang yang berada di kawasan Pagoda tersebut.

Bentuk Pagoda yang kami kunjungi setelah Pagoda untuk sunrise Bagan, mirip dengan Pagoda yang di India. Bentuknya bulat dengan warna merah bata. Mirip stupa dengan gaya yang khas. Jujur aku sangat suka dengan Pagoda yang kami datangi setelah Pagoda saat melihat matahari terbit. Kami bahkan sempat masuk kedalam komplek Pagoda untuk melihat apa yang ada di dalam Pagoda. Sekedar ingin menjawab rasa penasaran kenapa ramai pengunjungnya. Untuk masuk ke dalam Pagoda sebelumnya kami membuka sandal/sepatu dan kaos kaki kami karena peraturan di Myanmar jika ingin masuk ke area Pagoda/Candi maka harus membuka alas kaki.

Masuk ke dalam Pagoda, kami melihat beberapa biksu serta pengunjung yang beribadah.  Semakin berjalanan mengelilingi kawasan Pagoda, kami malah melihat hal menarik berupa “Patung Buddha yang dimandikan” oleh pengunjung. Hal ini tentu asing bagiku, Melisa dan Ade namun menambah wawasan kami.

“Lihat tuh Mel, Patungnya dimandiin, gak kayak kita gak mandi-mandi”, kata Ade

Mendegar ocehan Ade membuatku geli tak karuan karena memang kami belum mandi sejak dari perjalanan Singapura-Yangon-Inle dan Bagan. Untukku sudah 4 hari tidak mandi-mandi dan rasanya “butuh air segar untuk mandi”. Untuk Ade dan Melisa mungkin 3 hari belum mandi, sehingga melihat patung dimandikan itu rasanya iri setengah mati. Kami merasa seperti kambing, disini kami merasa pejalan hina hihihi 😀

Old Bagan
Old Bagan
Old Bagan
Old Bagan

Setelah puas cuci mata Pagoda Old Bagan, kami keluar dan meneluri Pagoda lainnya di kawasan Old Bagan karena memang saat berada di OLD Bagan maka jarak satu meter terdapat Pagoda. Kami pindah dari satu Pagoda ke Pagoda lainnya, kali ini kami memilih mundur ke Pagoda yang di tepi jalan yang sempat menarik perhatian kami. Memang rata-rata Pagoda di Old Bagan itu gratis, beberapa memang bayar namun kalau membayar uang masuk Kota Bagan maka masuk ke Pagodanya gratis. Lah kami adalah turis gelap sehingga kami mainnya ke Pagoda gratisan. Kalau kami masuk ke Pagoda yang turistik bisa-bisa kami dideportasi karena tidak memiliki bukti pembayaran tiket masuk Kota Bagan. Tapi tenang, Pagoda di Old Bagan cukup banyak untuk menerima hasrat gratisan kami.

Kendala saat menghampiri Pagoda di Old Bagan adalah susah mencari jalan ke Pagodanya, bahkan Ade dan Melisa berpikir dua kali bagaimana cara masuk, akhirnya kalau ada sedikti tanda-tanda jalan maka kami lewat kesitulah kami. Jalanannya pun berdebu, terus semak-semak belukar sampai duri-duri. Kalau ada jalanan aspal itu adalah jalanan utamanya, kalau ke Pagodanya harus melewati jalanan kecil setapak.

Pencarian Pagoda di old Bagan kamipun termasuk impulsif banget, singgah di Pagoda yang kami sukai saja. Saking banyaknya Pagoda yang kami singgahi, kami sampai tak tahu nama Pagodanya. Kami hanya melihat sekilas karena untuk informasi mengenai Pagoda pun menggunakan Aksara Myanmar.

Bye untuk memahami sejarah dari Pagoda di Old Bagan.

Old Bagan

Waktu kami menjelajah Old Bagan sangat terik matahari namun kami sangat menikmati perjalanan kami. Bahkan kami rela melewati semak-semak belukar demi bisa mendekat dengan Pagoda. Bentuknya yang unik seolah berkata “come closer”.., wkakak

Keunikan Pagoda di Old Bagan adanya patung Buddha di dalam Pagoda. Kami sempat penasaran ada apa di dalam Pagoda, ternyata ada Patung Buddhanya walau tidak semua Pagoda memiliki Patung Buddha di dalamnya. Kadang membuat kaget, lihat di dalam apaan eh ada patungnya.

Yang parah saat aku kebelet pipis di Pagoda Old Bagan. Nyari WC kagak ada terus kebeletnya minta ampun. Terus si Ade nakut-nakutin “jangan pipis sembarangan”, apalagi di Pagoda. Akhirnya jadilah menahan pipis. Dan sungguh menahan pipis tidak sangat menyenangkan, apalagi punya teman yang gokilnya minta ampun malah semakin memicu. Belum lagi adegan lucu kami saat berpose di depan Pagoda bersama Ade, asli kami kurang kerjaan.

Kami bertiga memang agak kurang kerjaan dimana kami benar-benar menikmati perjalanan Old Bagan kami. Malahan pas capek setelah beradegan lucu di depan Pagoda, akhirnya kami bertiga malah ngerumpi di depan Pagoda sambil berteduh. Mulai dari curhat perjalanan, kehinaan selama perjalanan hingga masalah kerjaan yang tak jelas. Memang sangatlah luar biasa kami bertiga jauh-jauh ke Old Bagan ujung-ujungnya malah curcol di Pagoda.

Aku cukup beruntung berjalan dengan dua teman yang seru habis:)

Old Bagan
Old Bagan
Melisa di old Bagan
Old Bagan
Old Bagan

Rincian Pengeluaran Old Bagan, Myanmar Hari Ketiga

Taxi dari Highway bus Station ke Nyaung-U 24,000 KS/ 3 orang

Sewa e-bike seharian 12.000 KS/3 orang (2 e-bike)

Sarapan mie 2600 KS/3 orang

Minum kelapa 3000 KS/3 orang

Tiket bus Malam Old Bagan-Mandalay 22,000 KS/2 orang

Total Pengeluaran hari ketiga di Myanmar

8000 KS + 6000 KS + 870 KS + 1000 KS + 11,000 KS

= 26,870 KS 

Old Bagan

Tempat wisata yang dikunjungi di Old Bagan, Myanmar

Melihat Sunrise dengan latar belakang balon udara dan candi serta puas keliling Old Bagan dan menelusuri Candi-Candi di Old Bagan serta melihat sunset di Old Bagan

Salam

Winny

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

27 thoughts on “Jelajah Old Bagan dan New Bagan, Myanmar

  1. memang pagoda2 ini eksotis … menggoda untuk di datangin apalagi foto2

    ini kayaknya menerapkan konsep travelling backpacker yang go green ya … save the water, ga mandi2 .. kwkwkw

  2. Waduh,…bisa sampe 4 hari gak mandi, Win. Trus smpe kebelet segitunya? Benar2 suatu pnglaman bnget tu. Btw, sering nglami bgni ya saat traveling?

    Kisah jelajah Myanmarnya bnyak juga utk diceritakan ya. Myanmar trknal skli dg Pagodanya. Melihatnya scra lngsung pastilah memiliki kesan tersendiri.

  3. bahahahahahahngke !!! curhat masalah kapan resign, jauh perjalanan ke myanmar curhatannya tetep kapan resign, duduk duduk di bawah pohon sambil nunggu ban motor dibenerin

Leave a reply to mysukmana Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.