“The universe, I’d learned, was never, ever kidding. It would take whatever it wanted and it would never give it back.”
― Cheryl Strayed―

Hello World
Padangsidempuan, 19 Juli 2015
Banyak sekali tempat menarik di Sumatera Utara yang bisa dikunjungi, salah satunya Candi Bahal terbuat dari bahan batu merah yang diduga berasal dari Kerajaan Pannai sekitar bada ke-11. Apa Candi di Sumatera Utara? Kok bisa ada Candi dinegeri Batak? Aku sebenarnya sudah lama mendengar nama Candi Bahal atau disebut juga dengan Candi Portibi yang berlokasi di daerah Tapanuli Selatan, Sumatera Utara kurang lebih 3 jam perjalanan dari kampungku Padangsidempuan.
Sudah dari 2 tahun lalu aku ingin ke Candi Bahal yang kata mamaku berada di Gunung Tua tapi karena tidak ada teman serta tidak tahu cara akses kesana akhirnya tidak jadi, barulah saat mudik Lebaran tahun 2015 aku berhasil pergi ke Candi Portibi alias Candi Bahal berkat teman masa SMA si Ilham Simbolon. Bukan teman satu SMA tapi satu masa SMA karena kami berkenalan waktu di Paskibra dulu dan buset terakhir bertemu dengannya 4 tahun silam. Waktu cepat berlalu ya?
Awalnya kami hendak ke Murshala di Sibolga, objek wisata terkenal di Tapanuli Tengah tapi ada daya terkendala biaya dan waktu akhirnya kami memilih ke Candi BAHAL karena lumayan mudah untuk diakses dan si Ilham juga pernah kesana jadi dia bisa jad guide walau dia lupa-lupa ingat bagaimana cara kesana karena dia kesana dengan mobil bukan dengan anngkutan umum yang hendak kami coba. Emang kalau dipikir-pikir kami berdua agak rada-rada koslet ya karena orang masih Lebaran harusnya mengunjungi sanak saudara malah kami menghilang pergi untuk jalan-jalan. Apalagi aku masih dalam keadaan sakit ketika kami hendak melakukan perjalanan karena aku sampai di Padangsidempuan tanggal 13 Agustus terus tanggal 14 Agustusnya aku muntah, serius pertama kali muntah dalam hidup, eeh tanggal 19 nya jalan. Haloo cari mati apa? hahahha 😀
Terus pas hari H hendak ke Gunung Tua si Ilham pake acara salah lagi katanya mengambil busnya di terminal Batunadua rupanya bukan, cara terbaik ke Tapanuli Selatan baik ke Gunung Tua, Binanga dan sebagainya itu dari Jl. SM Raja dan kami naik Taxi CV Kita Bersama (sejenis mobil L3000). Untuk ongkos taxi (ini bukan kayak taxi di Jakarta lebih kepada kebiasaan dikampungku memanggilnya Taxi) seharga Rp35000 dari Padangsidempuan-Binanga, harga normal biasanya Rp20000 tapi karena masa Lebaran jadi harganya juga menyesuaikan. Lucunya kami berdua dapat di bangku depan lalu perjalanan dua orang aneh dimulai.

Kami berangkat dari Padangsidempuan jam 10 pagi dan untung sekali ada si Ilham karena berkat dia aku bisa meninggalkan jejak di Candi Bahal yang berada di Padang Bolak. Petunjuk ke Candi Bahal mudah sekitar 80 km, sekitar 3 jam perjalanan dari Padang Sidempuan, pintu masuknya dari Desa Bahal melewati Simpang Portibi Kota Gunung Tua. Lokasi Candi Bahal di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, jadi orang sebut menyebutkan Candi Bahal atau Candi Portibi karena dua-duanya menunjukkan nama daerah Candi berada.
Sesampai di depan pintu masuk Candi Bahal, kami melihat petunjuk Candi Bahal 0,8 km, lalu kami berdua saling pandang karena waktu jam 1 siang dan panasnya minta ampun. Terus aku mengajaknya jalan kaki sebab kalau bener petunjuk jalan 0,8 km harusnya sih dekat tapi kadang petunjuk jalan Indonesia agak ngawur tapi berusaha positive. Ditengah jalan kami sempat sholat Zuhur dulu di Masjid terdekat sebelum berjalan lagi.
Kalau kata ilham Candi Bahal terdiri dari 3 candi yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III, dia baru mengunjungi Candi I sehingga dia mau balik lagi untuk melihat dua Candi lainnya. Nah sebelum ke Candi Bahal I ada satu Candi namanya Candi Pulo sayangnya Candi Pulo sudah runtuh dan rusak hanya tinggal puing-puing saja terus dari gangnya ada kuburan terus di depan Candi ada pohon besar sehingga kesannya horor dan tidak ada pengunjugnya. Lalu kamipun berjalan melewati kebun sawit sambil melihat banyak sekali orang yang naik motor hendak ke Candi Bahal, buset ramai banget Lebaran di Padang Bolak.
Untungnya petunjuk 0,8 km tepat dan tidak terasa jauh ke Candi Bahal I. Dari luar aku melihat banyak sekali pengunjungnya tapi ada kesan yang aku tidak aku suka yaitu “pengunjung yang nyampah di areal Candi Bahal”. Makin banyak pengunjungnya makin banyak sampahnya. Yang paling tidak aku suka lagi ketika kami hendak masuk ada seorang ibu yang mengutip karcis masuk ke Candi Bahal I seharga Rp2000 tapi tidak memberikan karcisnya malah langsung disobek anehnya dia ngasih aqua seolah mengiyakan masyarakat untuk nyampah. Minimnya tong sampah juga sangat memprihatinkan untuk objek wisata yang seharusnya bisa dijaga. Entah apakah dibersihkan atau tidak atau si ibu itu asli petugas dari pariwisata tapi seharusnya tugasnya untuk mengingatkan pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan karena begitu merusak pemandangan.
Memasuki area Candi Bahal, aku sangat kagum dengan warna Candi berwarna bata berbeda dengan Candi-Candi yang pernah aku kunjungi khusunya yang di Jawa jadi aku sangat kagum. Sayangnya tidak ada petunjuk tentang sejarah Candi Bahal. Terus melihat Candi Bahal aku malah membayangkan Candi Muara Takus di Riau yang membuatku penasaran juga tapi belum ada kesempatan untuk kesana. Mungkin suatu saat nanti!
Nah di Candi Bahal I terdapat ukiran unik di dindingnya serta reruntuhan dan dipuncaknya seperti badan orang. Cukup menarik untuk dikunjungi walau ramai pas di Lebaran serta warna hijau rerumputan dengan warna biru langit membuatnya semakin kece.
Oh ya di depan Candi Bahal I terdapat pasar tradisional atau pasar kaget sehingga mudah mendapatkan makanan ditambah karena masih suasa Lebaran waktu itu.
Kami di Candi Bahal I cuma sebentar sekitar 30 menit saja karena begitu banyak orang sehingga kami memutuskan untuk berjalan ke Candi Bahal II yang berjarak kurang lebih 500 meter dari Candi Bahal I. Sepanjang perjalan kami melihat persawahan, dan kebun sawit. Lucunya waktu si Ilham menanyakan jalan ke Candi Bahal II terus rombongan anak-anak yang rata-rata cewek takut samanya 😀
Lucu lihat ekpresinya! Hingga kami jalan terus saja lalu kelihatanlah Candi Bahal II. Untuk Candi Bahal II tidak seramai Candi Bahal I. Nah di Candi Bahal II kami juga membayar tiket masuk seharga Rp2000 tapi kali ini diberikan tiket resminya, tidak seperti di Candi Bahal II yang tiketnya disobek ama si ibu. Di Candi Bahal II juga tidak sekotor candi Bahal I. Ukuran Candi Bahal II lebih kecil daripada Candi Bahal I tapi tetap dipagari dan bangunannya hampir mirip dengan Candi Bahal I.
Di Candi Bahal II pulalu kami bertemu dengan itoku yang berumur 40 tahun dengan istrinya yang umurnya 19 tahun. Itoku itu marganya Siregar dan orangnya kocak habis kerjanya melawak sehingga kami berdua tertawa terbahak-bahak. Apalagi ada 3 bocah lucu yang jadi bahan ledekan si ito jadinya lucu tingkat tinggi. Kadang disini seni jalan-jalan bertemu dengan orang baru kemudian menikmati perjalanan itu. Yang paling berkesan lawakan itoku sih serta tingkah konyol dari tiga bocah Padang Bolak.
Setelah habis tertawa terpingkal-pingkal kamipun berencana ke Candi Bahal III yang tak juah dari Candi Bahal II, berjarak kurang lebih 500 meter dari Candi Bahal II. Si Ilham mengajak ketiga bocah sambil bercandain mereka dan si bocah juga bercandain si Ilham. “Bang putih kali coba hitam dikit kata mereka”, terus si Ilham “Berapa baju lebaran kalian, aku tidak ada” dan tentu saja dalam Bahasa Batak. Kalau bahasa Batak Sidempuannya “palomlol jolo saotik bang nabottar sun ho”, “piga do baju lebaran namu, au nadong” hahhaha 😀
Pokoknya sepanjang jalan lucu-lucuan jadi jalan kaki di panas matahari tidak terasa. Inilah ketigiga bocah yang menjadi guide dadakan kami ke Candi Bahal III. Imut ya?

Tidak seperti Candi Bahal I dan Candi Bahal II, Candi Bahal III tidak dipungut biaya masuk alias gratis. Tapi sayangnya Petunjuk Candi Bahal III agak memprihatinkan. Untuk ukuran Candi Bahal III yang paling kecil tapi yang paling unik menuruktu. Kalau di Candi Bahal I dan Candi Bahal II memiliki ujung bulat diatasnya maka Candi Bahal III bentuknya bujur sangkar. Unik deh!
Tapi jangan tanya sejarahnya karena aku tidak begitu tahu mungkin si Gara bisa menjawabnya 😀 Secara dia jago sejarah Candi 🙂
Di Candi III kami bertemu dengan ito yang lucu serta minta photo ama guide dadakan kami si tiga bocah yang kemudian sangat senang dengan HP dan kamera. Mereka sekalian jadi photographer dadakan juga 😀
Pokoknya seru lah trip Lebaran di EDISI Mudik ke Kampung karena menikmati suasana sekitar begitu membuat refreshing seolah tidak ada masalah!
Karena sudah menjelang sore akhirnya kami memutuskan untuk balik ke Padangsidempuan tapi sebelumnya kami sholat Ashar dan sempat membeli aqua di pasar depan Candi Bahal. Akhirnya kami berpisah dengan ito dan bocah kecil yang lucu. Kembali ke Gang depan Candi Bahal persis di pintu masuk waktu sudah menunjukkan jam 5 sore dan kami naik angkutan umum alias angkut sampai ke Simpang Gunung Tua dengan ongkos seharga Rp10.000 kemudian dilanjutkan naik taxi dari Simpang Gunung Tua ke Padangsidempuan seharga Rp25.000.
Kalau perginya lama perjalanan 3 jam maka pas balik kami dari Gunung Tu jam 5, sampai di Padangsidempuan jam 19:30 dan si Ilham pun demam!

Baru tahu di padang juga ada peninggalan candi.
padangsidempuan kak tapi lebih tepatnya di gunung tua 🙂
Wah, baru tahu di Sumatra ternyata ada candi juga ya Win. Dan memang candinya nampak berbeda ya dari yang di Jawa, terutama di jenis batu yang digunakan. Kalau dari arcanya nampak seperti candi Hindu??
katanya malahan candi Buddha zilko tp aku sulit membedakan candi buddha ama hindu
Wah makasih Win, jadi tahu cerita candi ini dan sama kayak komen sebelumnya, baru tahu ada candi di Sumatera. Btw Ilham akhirnya begimana? Demam berapa hari dia?
dia sakit sehari gara2 jalan di panas-panas 😀
ya ampun tuh pengunjung pada naik ke atas badan2 candi nya gitu ?
Jalan2Liburan → Pantai Kamari dan Matahari Terbit Pertama di Santorini
iya beneran naik kak
Wuihhh perjalanannya capek banget ya keliatannya. Aku udah pasti gak kuat naik turun candi gitu, bisa-bisa aku ikutan demam kayak Ilham. Hahaha Tapi beneran baru tau di Padang ada candi. Menarik ya.
Padangsidempuan kak bukan di padang soalnya beda. Karena jarang di post ya kak tp ada di wonderfull indonesia loh kak
Bagus ya candinya dari batubata begitu…
iya kak unik kalau di nepal candinya beda kan ya kak
hihihi… iya, kalo di nepal sih kebanyakan dari kayu kuil-kuilnya kayak di korea/jepang
agama disana apa kka
mayoritas Hindu, Buddha
menarik kak
Eh, Win tanggal di atas 19 Agustus, mestinya 19 Juli yah? Hehehe
Wah, menarik ini, baru tahu ke Candi Bahal bisa naik angkutan umum. Jalan kakinya nggak begitu jauh. Klo candi lain di Sumatera semisal Muara Jambi, Muara Takus, dan Bumi Ayu nggak ada angkutan umumnya. Pas dulu aku ke Sumut pingin mampir sini, tapi apa daya Tapanuli jauh sekali dari danau Toba.
Eh Win, kamu klo ke Padang Sidempuan dari Medan naiknya apa? Berapa jam perjalanan Win? Apa aku perlu belajar bahasa Batak Sidempuan dulu sebelum main ke sana? Hahaha. Warga klo ditanya pakai bahasa Indonesia menjawabny ngga pakai bahasa Batak kan? 😀
makasih koreksinya mawi hahaha, Kalau mau ke padangsidempuan harus naik L300 kurang lbeih 10-12 jam dari Medan. Kebanyakan pake bahasa Batak tapi mengerti kok bahasa Indonesia, mau ke Padangsidempuan?
next trip klo ke Sumatera Utara lagi Win. Katamu kan di sekitar sana ada air terjun. Terus juga ada Candi Bahal ini. Jadi kayaknya mesti mampir Padang Sidempuan karena banyak obyek menarik di sekitar sana. 😀
air terjunnnya di pintu langit padangsidempuan, kalau candinya di Gunung Tua
Sama urusan sampah di tempat wisata yaaaa bikin ilfil bangetttt!!!!!!!
sama kak harusnya sebagai pengunjung lebih memperhatikan kebersihan tempat
Kalau menurut Wikipedia Candi Bahal ini salah satu peninggalan Kerajaan Pannai. Ada 16 candi yang menjadi warisan kerajaan ini di seputar Padang Lawas.Kerajaan Pannai merupakan kerajaan Buddhis.
Nah, jadi menarik bagi saya adalah kerajaan Pannai ini. Entah ada hubungannya atau tidak kampung saya namanya PANAI, itu juga sekaligus menjadi suku saya. Jaman dahulu kala kampung saya bagian dari daerah kekuasaan kerajaan Dharmasraya.
aku penasaran tentang kerajaan Panai mas
Baru tahu juga kalau di Sumatra Utara ada candi.
Sayang juga kalau nggak dipelihara dengan betul ya. Dan itu koq para pengunjung boleh manjat-manjat gitu?
itu bang Chris naik seenaknya buang sampah seenaknya
Ah kapan aku bisa ke sini Win hahaha , ajak2lah aku kalau perlau kau geret dan masukin ke koper 😀
aku taruh di bagpack ya haha
Makasih tulisannya. 👍👍Baru tau kalo ada candi di sumatra. Dan seperti tempat wisata lain di indonesia. Selalu orang buang sampah. Semaunya sendiri. Dan merasa udah bayar tiket masuk. Boleh buang sampah😡 pengen nimpuk orang2 seperti itu. Semoga candinya tidak dicoretcoret seperti banyak terjadi di situs purbakala lainnya
sama kak paling sebel ama orang buah sampah untungnya tidak ada aksi vandalisme ya kak
Aku baru tahu ada candi di Sumatra Utara..top banget telah menemui candi yang unik 🙂
udah lama itu indah cuma kurang ekspos
namanya padang tapi adanya di sumut, ya 😀
Padangsidempuan bang Jampang karena padang doang itu di Sumbar 😀
ya maksudnya ada kata padang-nya 😀
hehhe
Hlohhhh baru tahu lo ada candi sekeren ini di Sumut! Bentuknya mirip Muara Takus, apa di era yang sama Win?
itu dia Halim belum ada catatan lengkap dengan Candi bAHAL terus aku juga belum pernah ke Candi Muara takus
Kalau ga baca ini, ga tau deh kalau di sumut ada candi juga. Cantik pula candinya bah! 😀
hihi iya soalnya jarang blogger review
Kayaknya saya dulu pernah baca soal candi ini di sebuah buku cuma sekarang sudah lupa bagaimana kabarnya :haha. Dan agaknya ada beberapa arca dari bilangan Sumatera yang ada di Museum Nasional, apa ada yang asalnya dari sini, ya? :hehe. Percandian yang menarik! Dari lokasi dan bentuknya sepertinya candi Budha, dan memang demikian agaknya ya *baca kumpulan komentar*. Reliefnya unik euy, soalnya dibuat timbul dari bata merah, dan ada artefak mirip jaladwara juga ya di sana. Ah semoga suatu hari nanti bisa jalan-jalan ke sana :amin.
alm papa dulu pernah cerita tentang candi ini
cuma jauh kali lah kalau dari Sipirok, jadi ini lbih dekat dari Gunung Tua ya
kapan lagilah bisa main ke Sidimpuan ini ya dan liat candi Portibi
makasih ya Win disempatkan datang ke sini
kak kalau kakak ke Sidempuan aku jadi guidenya
menarik! masukin ke daftar must visit list yang kian hari makin panjang ini 😀 entah kapan disamperin, yang penting di list dulu, siapa tahu nanti kesampaian 😀
amin aku juga banyak nih must visit list Fahmi
ah kamuhhh…
kenapa kenapa ahhaha
Saya kok ngak diajaak. Hahahaah
yoklah mudik kampungmu jauh lebih indah
Loh di luar Jawa ada candi to? Bener-bener baru tau deh ini mah, aku kira candi itu cuman ada di tanah Jawa, di luar Jawa pun ada ya ternyata hehehe
Btw, Candi Bahal III keren juga ya mbak? Hehehe
ada papa di kampungku ehhehe