Jalan-jalan ke 4 Wisata Menarik Tangerang dalam sehari


When people hurt you over and over, think of them like a sandpaper. They may scratch you and hurt you a bit but in the end, you end up polished and they end up useless (unknown)

peta wisata tangerang
Peta wisata tangerang

Hello World!

Tangerang, 11 April 2015

Mengisi liburan di hari Minggu, aku, Defi dan Rinta serta Indra melakukan perjalanan ke Tangerang untuk menjelajah objek wisata Tangerang serta mencoba kuliner khas Tangerang dengan tujuan mencari suasana baru dari Jakarta. Rencana kulineran sekaligus jalan-jalan ke objek wisata Tangerang sudah kami rencakan sebulan yang lalu. Awalnya si Gara ingin ikut tapi kemudian tidak jadi karena sesuatu hal, lain halnya dengan Indra yang awalnya tidak ikut malahan jadi ikut.

Kami janjian di Stasiun Sudirman jam 8 pagi, walau akhirnya kami berangkat jam 9 pagi. Yang paling ontime ialah Rinta dan Indra sementara aku dan Defi agak telat hehe :D.. Nah untuk Defi merupakan kali pertama kami bertemu seringnya komen-komenan di blog walau pertama ketemu Defi tapi kayak serasa sudah kenal lama. Untuk Rinta ini ketiga kalinya kami jalan bareng.  Untuk wisata Tangerang kami seharian seru sekali, emang travelling dengan Travel blogger itu paling asyik. Boleh dikatakan kopdaran bareng! Kalau jalan dengan yang sejiwa emang menyenangkan deh! Jam 9 tepat, commuter line tujuan Duri datang lalu kami berempat menuju ke stasiun Duri. Awalnya kami turun di stasiun tanah abang karena saran dari Indra yang rupanya kami nyasar karena turunnya harus dari Stasiun Duri. Untungnya Rinta mengingatkan ke Duri serta bertanya kepada petugas, sehingga kami melanjutkan kembali dari stasiun Duri. Dari stasiun duri lau pindah kereta tujuan akhir di stasiun Tangerang.

Sesampai di stasiun Tangerang kami menanyankan dimana letak kuliner khas Tangerang yang terkenal yaitu Nasi Uduk Encim Sukaria. Rinta sudah mengingatkan agar kami berangkat pagi karena nasi uduk akan habis jam 11 siang. Untungnya kami sampai di Tangerang jam 10an sehingga kami keluar dari stasiun tepat di depan Masjid Agung Al Ittihad dan memutuskan naik becak seharga Rp15000 untuk dua orang. Pilihan naik becak lantaran kasihan dengan tukang becak, untungnya teman-temanku asyik untuk jalan serta setuju sehingga kami menuju ke nasi uduk Pak Encim dengan naik becak yang ditarik sepada.

Masjid Agung Attihad
Masjid Agung Al Ittihad

Aku dan Rinta sebecak serta Indra dan Defi sebecak. Alamat Nasi uduk dan ketupat sayur encim Sukaria di Jl. Soleh Ali No. 90 Kapling Tangerang. Pas kami sampai disana nasi uduknya sudah habis, syukurnya masih bisa satu porsi sehingga Rinta bisa mencobanya. Untuk defi dan Indra mencoba lontongnya padahal Defi sudah sarapan pagi. Lain halnya denganku yang mencoba dua kuliner sekalian yaitu lontong dan nasi ulam yang sempat aku salah sebut menjadi “nasi sulam” yang membuat si Defi ketawa.

Untuk rasanya enak sekali mengingatkanku akan makanan di kampungku di Padangsidempuan. Santan lontong manis serta nasi ulam dengan telur dan mie, Padangsidempuan banget. Apalagi dikampungku makanan seperti ini biasa dimakan tiap hari, tapi tak apalah, paling tidak mengobati rasa rindu akan makanan kampung halamanku. Harga nasi ulam Rp12000, teh tawar  Rp1000, lontong Rp15000, bakwan udang Rp7000. Nasi Uduk Encim Sukaria cukup terkenal sehingga tukang becak pasti tahu, sehingga jika ingin mencoba nasi uduknya dipastikan orang sekitar tahu. Dari depan, warung Pak Encim mirip seperti bengkel tapi untuk rasa lumayan ok. Tidak sia-sia lah jauh-jauh dari Jakarta ke Tangerang demi lontong 🙂

Sebenarnya Pak Encim Sukaria sudah generasi kedua serta Pak Bondan pernah me-review makanannya sehingga kuliner nasi uduk Tangerang cukup populer. Setelah kenyang maka kamipun jalan kaki ke pasar lama tempat museum Benteng berada

Sebenarnya lokasi tempat nasi uduk dari stasiun Tangerang bisa dilakukan dengan  jalan kaki dengan jalan tikus. Karena kami berjalan kaki dari tempat nasi Uduk ke museum Benteng Heritage Tangerang yang lumayan cukup dekat. Kami juga sempat melewati sebuah pasar yang ujungnya aku membeli buah-buahan karena murah. Jika tidak mengamati dengan seksama maka museum heritage tidak akan kelihatan karena ditutupi oleh pasar tradisional sekitar. Padahal untuk Museum Benteng Heritage merupakan salah satu objek wisata menarik Tangerang karena Museum Benteng Heritage unik dimana museum peranakan Tionghoa pertama di Indonesia. Alamat Museum Benteng Heritage di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang. Jam buka museum benteng jam 10:00 sampai jam 17:00 dari hari selasa hingga minggu.  

Saat kami sampai di Museum Benteng Heritage jam 11 siang, serta sudah ada rombongan yang datang sehingga kami akhirnya memutuskan untuk kembali pada sorenya jam 4 karena padat sekali wisatawan yang berkunjung. Jika ingin tour di Museum Benteng Heritage maka pengunjung akan mendapatkan tourguide yang akan menjelaskan seluk beluk Musuem. Harga masuk ke dalam Museum Benteng Heritage seharga Rp20.000 tapi tidak boleh photo di dalam museum. Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berasitektur tradisional Tionghoa yang menurut perkiraan merupakan salah satu bangunan tertua di Tangerang. Karena jam 4 masih lama akhirnya kami memutuskan untuk ke menelusuri objek wisata menarik lainnya yang ada di Tangerang yaitu Vihara/Klenteng Boen Tek Bio. Lokasi Museum Benteng dengan Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang cukup berdekatan serta cukup dekat juga dengan stasiun kereta sehingga bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

museum benteng
Museum bentengHeritage

Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang pertama kali aku lihat di TV saat acara imlek sehingga aku sangat penasaran mengunjunginya sejak itu. Keunikan dari Kelenteng Boen Tek Bio merupakan kelenteng paling tua yang ada di Tangerang sera diprediksi telah berumur lebih dari tiga abad. Alamat Kelenteng Boen Tek Bio di Jl. Bhakti No. 14, Pasar Lama Tangerang.  Sebelum memasuki Kelenteng Boen Tek Bio, kami disuruh Pak Satpam untuk mengisi buku tamu serta memberitahuan kami aturan di dalam kelenteng. Untuk aturan di dalam kelenteng tidak boleh masuk ke dalam area peribadahan serta tidak boleh melewati batas yang sudah ditentukan. Jika mengambil photo boleh tapi jangan ribut atau mengganggu ibadah umat lain.

Untuk design dari Kelenteng Boen Tek Bio seperti vihara pada umunya. Di aula utama Kelenteng Boen Tek Bio terdapat altar Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi), di bagian depan terdapat rupang Bi Lek Hud, atau Mi Le Fo (Yang Maha Pengasih dan Penolong).

Khusus Defi sangat antusias melihat setiap detail serta mengambil photo dupa serta lilin di depan aula utama. Sementara Indra dan Rinta juga asyik memphoto area sekitar.

Boen Tek Bio
Boen Tek Bio

Ada satu hal yang menarik perhatianku saat di Kelenteng Boen Tek Bio yaitu terdapat sebuah pintu yang bertuliskan “pintu kesusilaan” yang menurutku lucu. Kental sekali gaya Tionghoa di kelenteng Boen Tek Bio jadi yang suka pecinaan bolehlah mengunjungi kelenteng Boen Tek Bio. Cuma jangan ekpetasi tinggi ya karena memang Kelenteng Boen Tek Bio merupakan tempat ibadah.

Saat kami mengitari Kelenteng Boen Tek Bio kami diajak seorang Bapak untuk mengelilingi kelenteng serta mengajak kami melihat aula. Bahkan kami diberikan buku berisi tentang Kwan Im.

“Beberapa tahun lalu, ada loh orang Bule Austrlia meninggal setelah memphoto Kwan Im diatas Kelenteng Boen Tek Bio”, celetohnya. Kami hanya mendengarkan seksama setiap arahan bapaknya hingga kami mendengarkan azan lalu kami memutuskan untuk sholat Zuhur di masjid Tua yang ada di sekitar Kelenteng.

Aku di depan Vihara Boen Tek Bio Tangerang
Aku di depan Vihara Boen Tek Bio Tangerang

Oh ya sebelum lupa, satu hal yang diperhatikan ketika kami jalan-jalan demi objek wisata Tangerang ketika cuaca matahari terik sehingga acap kali kami minum air putih. Bahkan Defi dan Rinta membeli air minum dingin di Museum Benteng dengan harga Rp10.000 (sedikit intermezzo).

Setelah sholat Zuhur kami memutuskan ke Masjid Seribu Pintu di daerah Kedaung Tangerang. Khusus ke Masjid Seribu Pintu kami harus naik angkot warna ungu No. 7 dari stasiun Tangerang sehingga kami berjalan kaki melewati pasar lama menuju ke tempat angkot. Untuk ongkos angkot Rp6000/orang dan jangan lupa mengatakan kepada supir angkot untuk diberhentikan di Masjid Seribu Pintu.

Pengalaman yang lucu saat di dalam angkot ketika bertemu dengan Ibu lucu karena si ibu latah. Jadi si ibu sering mengulang kalinya sehingga lucu sekali. Misalnya kami bilang “sungai”, dia ikut bilang “sungai”.

Awalnya kami hendak ke Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane hingga akhirnya kami memutuskan terus ketujuan awal kami ke Masjid Seribu Pintu Tangerang. Untuk menuju ke Masjid Seribu Pintu maka kami harus berjalan kurang lebih 20 menitan dari gang kami diturunkan. Karena pas matahari terik sekali maka kami memutuskan untuk memakai payung demi menghindari gosong.

Rinta, Defi dan aku di depan Vihara Boen Tek Bio Tangerang
Rinta, Defi dan aku di depan Vihara Boen Tek Bio Tangerang

Lokasi Masjid Pintu Seribu di RT.01 RW.03 Kampung Bayur, Kel. Periuk Jaya, Kec. Periuk,  Tangerang. Masjid Pintu Seribu mengingatkanku akan Lawang Sewu Semarang. Nama asli dari Masjid Pintu Seribu Tangerang ialah Nurul Yakin yang dibangun pada tahun 1960 oleh al Faqir Mahdi.  Gaya desain Masjid Pintu Seribu bercampur aduk terdiri dari ornamel mulai dari zaman Baroque hingga Maya. Sesuai dengan namanya Masjid seribu pintu memiliki banyak pintu tapi anehnya tidak memiliki kubah serta bentuknya yang mirip dua persegi panjang. Kekhasan dari Masjid Pintu Seribu di ornamen di beberapa pinti dengan angka 999. Kenapa angka 999 karena jumlah asma Allah 99 dan 9 wali songo.

Kami masuk ke dalam masjid disebalah kanan yang mirip gedung sekolah karena jendela dan pintu berjajar kaku melewati lorong dengan lampu kelap-kelip serta tulisan 999 dimana-mana melewati tempat wudu hingga akhirnya ke tempat makam yang kami memutuskan untuk tidak berziarah. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju kesisi lain dari Masjid melewati lorong lain. Disisi lain dari bangunan kedua dari Masjid Yakin dibatubaranya bertuliskan 999 juga.  Memang Masjid Nurul Yaqin terdiri dua bangunan utama. Karena yang pertama sudah kami kunjungin akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke bangunan kedua  masjud yang mirip benteng. Berjalan dari sisi lainnya kami kembali ke sisi pertama kami kunjugi. Kami penasaran melihat sisi depan menara bertingkat 5 dari dalam lapangan tapi karena kesan horor dari minimnya lampu akhirnya kami memutuskan untuk melihat dari luar saja. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali untuk melihat bendungan.

Masjid Seribu Pintu
Masjid Seribu Pintu

Kami berjalan kembali ke gang untuk naik angkot menuju ke Bendungan. Untuk ongkos angkot dari daerah Kedaung Tangerang ke Bendungan kami bayar Rp4000 saja.

Sesampai di Bendungan Pintu Air Sepuluh/Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane/Bendungan Sangego kami langsung mencari pintu masuk.Lokasi Bendungan Pintu Air Sepuluh di Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Tangerang.

Defi, Rinta dan Indra tenang sekali melewati jalan setapak bendungan sementara aku takut ketinggian malah jalan dengan rasa takut ketika melihat debit air yang tinggi. Menuutku menyenangkan sekali ketika berada di Bendungan Pintu Air Sepuluh karena sejuk serta melihat beberapa burung terbang mengitari sungai serta melihat aktivitas warga lokal yang juga menikmati siang menjelang sore di Bendungan ini. Kami merasa bule lokal dah ketika misi jalan-jalannya demi tour Tangerang seharian. Untuk Sungai yang mengalir di Bendungan Pintu Air Sepuluh bernama Sungai Cisadane. Aku sempat bercanda dengan teman-temanku untuk menggapan Sungai Cisadane sebagai Sungai Mahakam heheh 😀

Setiap tahun biasanya diadakan lomba perahu Naga di Sungai Cisadane sehingga cukup menarik untuk dikunjungi. Hal menarik dari Bendungan Pintu Air Sepuluh dari usia bendungan yang dibangun tahun 1925-1931 oleh Pemerintah Kolonial Belanda serta sungainya yang lumayan bersih walau masih terlihat sampah. Lumayanlah menikmati sore hari di Sungai Cisadane.

Sungai cisadane
Sungai Cisadane

Puas menikmati Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane akhirnya kami memutuskan kembali ke Museum Benteng Heritage karena Defi dan Rinta masih penasaran untuk masuk ke dalam. Dari Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane kami naik angkot lagi yang kemudian berjalan kedalam pasar.

Jam 4 sore kami sampai di dalam Museum, rupanya kami harus menunggu masuk sehingga salah seorang bapak menceritakan asal muasal dari Museum Benteng. Hingga akhirnya Rinta dan Defi masuk ke dalam Museum sementara aku dan Indra menunggu di depan musuem karena kami memutuskan untuk tidak masuk ke dalam Museum Benteng. Kalau menurut Indra, Museum Benteng mirip dengan Musuem Tjong Afie Medan hanya saja aku belum pernah masuk ke dalam Musuem Tjong Afie Medan. Nah saat menungu, si mas penjaga Musuem hanya senyum-senyum melihat kami karena di pagi hari kami minta tolong diphotokan di depan Musuem tempat Naga Nusantara berada. Sepanjang menunggu Rinta dan Dita tour mengelilingi Museum benteng, kami melihat beberapa romb0ngan yang masuk. Tak salahlah Museum Benteng cukup populer untuk dikunjungin.

Jam 6 akhirnya Rinta dan Defi keluar lalu kami sholat magrib dulu sebelum balik ke Jakarta. Setelah sholat magrib kamipun kembali berjalan ke Stasiun Tangerang lalu memutuskan makan malam di Tune Menado dekat stasiun Sudirman yang merupakan tempat favoriteku untuk makan di Jakarta. Kami mencoba bubur Tinutuan/bubur Menado biasa dengan harga Rp25.000. Lumayan mengenyangkan setelah makan kami dari pagi yang merangkap makan malam.

Akhirnya perjalanan kami pun selesai dengan menyenagkan walau capek tapi puas. Senang travelling bareng dengan sesama Blogger yang asyik banget 🙂

Bendungan Sungai Cisadane
Bendungan Sungai Cisadane

Rincian pengeluaran menjelajah objek wisata Tangerang dalam sehari

  1. Naik becak dari stasiun Tangerang ke Jl. Soleh Ali Rp15.000/2 orang
  2. Wiskul di Pak Encim Sukaria Rp35.000
  3. Beli buah strawberry dan papaya Rp30.000
  4. Minum teh tarik dan milo Rp10.000
  5. Makan malam di tude Mando Jakarta Rp35.000

Catatan perjalanan menelusri objek wisata Tangerang

1. Objek wisata yang bisa kami telusuri dalam sehari yaitu Museum Benteng Heritage, Kelenteng Boen Tek Bio, Masjid Seribu Pintu serta Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane

2. Jalan-jalan ke Tangerang dalam sehari bisa dilakukan serta merupakan jalan-jalan hemat karena tidak jauh dari Jakarta. Untuk modal transportasi yang baik ialah dengan commuter line karena lokasinya berdekatan kecuali untuk Masjid Seribu Pintu harus dengan angkot.

Salam

Weeny Traveller

 

Advertisement

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

73 thoughts on “Jalan-jalan ke 4 Wisata Menarik Tangerang dalam sehari

  1. Hahaha… Keren nih Blogger2 selalu punya some notes for every single place visited… Lain kali ajak ajak lagi yak kalo jalan ke mana lagi…

      1. tenang aja win… lagian aku juga gak terlalu suka nampil di foto kok… hahaha

  2. dan kaliyan makan di encim sukaria sambil dengerin stinky ya, jangan tutup dirimu. mwahahaha 😀
    sakses ngiri karena sis dita dapet nasi uduknya 😛

  3. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Winny…

    Saya sangat tertarik dengan Masjid Seribu Pintu. Itu hanya sebuah nama masjid atau memang pintunya ada seribu, ya. Makanannya mengasyikkan kerana saya suka dengan kuliner orang kampung. Tanggerang itu kota besar, ya kerana ada museumnya.
    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

      1. trims niat baiknya Win
        iya sejak lihat foto2nya di blognpak Chris penasaran ke sana
        tapi belum bisa terus

  4. Uwaa aku sakit Win, makanya jadi tidak bisa ikut :hehe. Ini juga masih setia di atas tempat tidur, istirahat sampai beberapa hari ke depan. Maaf ya. Kalau aku sudah bisa jalan-jalan lagi aku pasti ikut :hehe.
    Aku paling terpukau sama bendungannya dong ya. Megah banget, lebih besar dari Pintu Air Manggarai ya. Kalau museumnya iya sih, sepintas mirip Tjong A Fie Mansion, tapi mesti ada bedanya dong :)).
    Aku lebih suka lontong sayur ketimbang nasi uduk. Tapi penasaran, seenak apa sih sampai-sampai jam 11 sudah tinggal 1 porsi?

  5. Waah ada kakak Dita.. hihi.. Asik banget kopdaran. Sini dong pada ke Jogja.
    Btw thanks for sharing ya winny.. blm pernah ke Museum Benteng dan sekitarnya.

  6. Nggak nyobain makan laksa ya? Di dkt lp wanita banyak tuh, enak2.
    Kok gak bilang main di Tangerang, rumahku kan di Tangerang hehe.
    Stasiun sudirman-duri-tangerang itu ruteku pulang kerja semalem naik kereta.
    Di pasar lama banyak jajanan enak, kalo ke situ aku pasti kalap mau makan semuanya.

  7. Kak, foto2nya jangan dibuat kolase gitu dong. Khan detailnya jadi gak kelihatan. Bhahahha..

    Seru ya kalau liburan bareng traveller. Aku tiga kali liburan bareng Mawi juga asyik. Trus bareng Alid Abdul juga dua kali bhahhaha..

  8. Sepertinya semua masakan Encim Sukaria enak-enak. Saya penasaran dengan nasi ulam. Nanti kalo ke Tangerang disempatin mampir kesana.

  9. Keren Win, dari benteng Heritage, rumah ibadah hingga bendungan Cisedane merahnya. Lokasi Cisedanenya yang sering untuk festival itukah Win.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: