Only those who will risk going too far can possibly find out how far one can go by Eliot

Hello World
2 Januari 2015
Jalan-jalan ke Kota Udang “Cirebon” merupakan pilihan mengisi hari libur yang bisa dilakukan dalam sehari/onedaytrip karena untuk menjelajah destinasi wisata Cirebon khususnya Keratonnya cukup dekat dengan Jakarta. Aku dan Andisu telah menggembel bahagia tanpa mandi di Terminal Harjamukti Cirebon lalu dengan angkot D9 kami menuju ke Keraton Kesepuhan Cirebon. Tentu saja kami menanyakan kepada bapak Supir Angkutan umum untuk memberhentikan di dekat Keraton.
Setelah sampai di gang Keraton jam telah menunjukkan jam 8, aku dan Andisu sempat makan nasi kuning seharga Rp5000, lumayan untuk mengisi perut. Lalu kami melewati pasar sampai di depan gapura dengan tulisan “KASULTANAN KASEPUHAN CIREBON”.
Di depan pintu gerbang ada penjaga dengan bangku yang menyuruh menaruh uang. Awalnya aku kira biaya tiket masuk ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Tapi aku taruh iseng saja Rp2000. Tapi yang bikin kaget lagi ialah ketika di gapura kedua juga menyuruh menaruh uang di bangku plastik hijau dengan bunga. Akupun bingung belum juga masuk, belum juga beli tiket. Terakhir aku tidak mengindahkan untuk memberikan uang hingga kami menemukan tiket masuk. Harga tiket masuk ke Keraton Kasepuhan Cirebon Rp8000 saja.

Memasuki Keraton Kasepuhan Cirebon maka yang menarik perhatianku ialah lampu bergaya zaman dulu serta interior Keraton dengan pernak pernik yang indah. Komplek keraton terdiri dari alun-alun, masjid, museum serta rumah Sultan. Aula utama keraton berwarna putih megah dengan dua patung mirip singa betina di depan keraton yang seperti iconic dari Keraton.
Sekedar informasi Keraton Kasepuhan dibangun leh Pangeran Walang Sungsang atau Cakrabuana, putera mahkota Kerajaan Pajajaranpada tahun 1430. Waktu itu nama Cirebon masih disebut Caruban.

Hal unik lainnya yang aku dapatkan selama perjalanan di Keraton Kasepuhan Cirebon ketika mendekat ke dalam keraton. Kalau dari luar kelihatan berwarna putih megah seolah bergaya Eropa maka di dalam Keraton sendiri berwarna hijau lebih kental dengan ornamen Jawa mirip dengan keraton Yogyakarta. Kentara sekali kalau di Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki tiga unsur agama yang kental yaitu Islam, Hindu dan Buddha serta tiga budaya kental juga seperti budaya Jawa, Eropa serta China.
Di dalam keraton berwarna hijau maka terlihat jelas keramik dengan gambar unik seperti gambar kapal, mirip ornamen tiongkok sekali. Inilah salah satu yang aku suka dari Keraton Kasepuhan Cirebon yaitu bangunannya yang classy.

Disamping Keraton Kasepuhan terdapat sebuah kereta kencana yang merupakan duplikat pedati gede pekalangan. Pedati ini begitu menarik perhatian karena ukurannya yang besar serta dari kayu. Lalu kami masuk ke dalam ruangan yang berada di belakang pedati kayu besar untuk melirik isi dari museum. Lagi-lagi kami menemukan bangku disetiap sudut bahkan acap kali petugas mengingatkan untuk menaruh uang dimana-mana disetiap sudut museum, keraton bahkan disetiap barang-barang msueum hingga kekereta kencana. Inilah yang membuat ku malas dan ilfil ketika masuk ke dalam Keraton.
Yasudahlah…

Paling tidak ada dua hal menarik di dalam musuem Museum Kereta Singabarong di dalam komplek Keraton Kasepuhan, Cirebon yaitu Kereta Singabarong serta lukisan Prabu Siliwangi. Selain lukisan di dalam museum juga terdapat Tandu dari Cina untuk permaisuri ditengahnya ada tandu garuda mina, jadi tandu terdiri dari tiga buah. Puas keliling maka kamipun keluar museum menuju ke tempat Sultan.
Untuk pengunjung museum bisa istirahat sejenak di Langgar alit yang tak jauh dari musem yang mirip seperti gazebo hanya saja gazebo ala Keraton 😉

Terus berjalan hingga mentok ke rumah Sultan maka kami melihat Sultan dengan pakaian kerajaan yang sederhana. Kebetulan kedatangan kami bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad sehingga pas kedatangan kami banyak sekali pengunjung yang datang ke Keraton Kasepuhan Cirebon untuk sungkem kepada Sultan. Pengunjung sangat antusias datang dari pelosok demi bertemu dengan Sultan. Waktu itu Sultan duduk dibangku sederhana bersama satu penjaganya. Aku hanya melihat dari luar saja tidak masuk serta tidak menyalam Sultan juga.

Keluar dari kediaman Sultan maka kami hendak pulang saja tapi aku malah mengajak Andisu ke Musuem Kuno sejenak. Untungnya aku menyempatkan diri masuk ke dalam Musuem Kuno yang berada disebelah kanan dari ointu utama Keraton karena di dalam museum kuno terdapat banyak peninggalan berharga seperti Rebana peninggalan Sunan Kali Jaga tahun 1412, gamelan degung dari Banten tahun 1426, silsilah keraton kasepuhan Cirebon (Silsilah keluarga Sunan Gunung Jati), Tengkoran buaya putih dari kali krian, gelas VOC tahun 1745, tempat lilin kristal dari Prancis tahun 1738, perhiasan pengantin dari kuningan tahun 1526, baju logam Portugis atau disebut kore/harmas hasil rampasan dari Portugis tahun 1527, meriam mini Portugis dan masih banyak lagi peninggalan kuno yang menarik di Musuem Kuno Keraton Kasepuhan di Cirebon.

Puas mengitari Keraton maka aku sempat berhenti sejenak di tembok keraton yang mirip bangunan ala arsitektur bangunan Hindu Keraton Majapahit dengan bata merah. Aku serasa berada di zaman Jawa Kuno atau seakan berada di era Majapahit 😀
At least plesiran ke Keraton Kasepuhan di Cirebon, aku melihat dua sisi sekaligus, sisi yang aku suka dan sisi yang tidak aku suka dari objek wisata Cirebon. Travelling memang mengajarkan kearifan ya 😉

Catatan pengalaman perjalanan di Cirebon
1. Jangan mau membeli buah di bus walau kelihatan kasihan kepada orangnya karena buah yang biasa dijajakan buahnya tidak layak makan atau busuk. Dua kali aku membeli buah di dalam bus yang dijajakan pedagang karena kasihan ternyata buahnya tidak ada satupun yang bisa dimakan. Sorry to say kasihan sih lihat pedagang tapi kalau buah yang dibeli tidak satupun yang layak maka uang yang kita berikan tidak berkah.
2. Hal yang tidak aku suka selama berada di Keraton Kasepuhan ialah uang yang bertebar dimana-mana serta petugas yang menyuruh memasukkan uang. Jikalau uang itu hendak merawat Keraton is ok tapi jatuhnya pengunjung yang pertama kali datang ke Keraton pasti jadi ilfil beneran deh. Keratonnya sih cantik banget tapi sayang kalau uang dan uang lagi. Memang sih tidak dipaksa cuma mengurangi estetika dan esensi dari Keraton itu sendiri. Semoga pemerintah Cirebon memperhatikan objek wisata seperti Keraton Kasepuhan karena jujur saja aku sangat suka dengan Keraton ini.
3. Jalan-jalan ke objek wisata Cirebon dalam sehari memang mungkin paling tidak bisa menjelajah tiga Keraton tapi siap-siap untuk tidak mandi seharian. Gara-gara gatel aku dan Andisu jadi pulang hari padahal mau lanjut ke Borobudur. Jadi buat para traveller yang hendak satu hari di Cirebon siap-siap untuk tidak mandi.
Salam
Weeny Traveller
Wah bagus ya Wyn keratonnya. Gw kemaren maen ke sana dua hari cuma belanja dan makan doang. Barengan orang kantor soalnya. Hahahhaa..
aku belon pernah ke Cirebon, padahal pengen juga karena sekalian kepengen belanja batik haha
saya sih biasa keluyuran nggak mandi, jadi no problemo, hahaha #jorok
Manajemen wisata keraton cirebon kayaknya perlu diperbaiki deh. Yah, … biar ga ada pengunjung yg debat dengan penjaga di sana hanya karena “sumbangan sukarela”. :p
Awal tahun kemaren aku ke Cirebon dan mabuk mega mendung karena banyak mega mendung disana. Anyway, duit yang diminta petugas itu kayaknya diambil deh sama mereka. Aku galak, ga mau keluar uang sepeser pun disitu kecuali buat tiket masuk dan buat guide.
kami juga gk kami kasih kak
gambarnya lukisanngeri ya dilihat menurutku 😦
ngeri kenapa
menurut saya sih kerasa mistisnya. entah kenapa kalo lukisan di keraton gitu..
sekali lagi ini menurut saya loh mbak 😀
Tergantung persepsi sih
Menurut abdi dalem, lukisan tsb adalah lukisan 3D/lukisan hidup. Bila berdiri sejajar sebelah kiri, mata prabh siliwangi dan macan putihnya melirik ke kiri. Begitupun bila kita berada d sebelah kanan lukisan. Entah benar atau tidak?! Coba buktikan sendiri hehehe
terimakasih informasinya
Ternyata Keraton Cirebon juga bagus ya,
belum seterkenal Jogja dan Solo untuk jadi kunjungan wisata.
Wow, keren ya.
Saya suka kalau objek wisatanya masih digunakan dalam fungsi asli. Biasanya kan bangunan-bangunan tua ini sudah jadi museum atau semacamnya. Tapi kalau keraton, masih jadi tempat tinggal sultan beserta keluarga. Kagum saja melihat pemanfaatannya yang masih demikian lestari :))
Lumayan sering lewat Cirebon, tapi belum pernah dengar kalau keraton Cirebon cantik begini Win.
Dulu waktu masi kecil di tempat pengajianku biasanya touringnya ke sini, sekalian wisata religi katanya. Jadi mengenang lagi hihii
jauh ya kak pengajiannya
Kuliner apa aja di Cirebon? 😀
Soal uang itu koq aneh ya, Win..😧 Sempet nanya kah ke orang sekitar..?
paling suka di keraton ini pas liat kereta singabarong yang cara kerjanya lumayan canggih 😀
wah…. tahun baru langsung jalan-jalan
memang duit lagi duit lagi ga jelas bikin ilfil ya…
salam
/kayka
Bener bgt kayka bikin ngiris
seru juga nih ke cirebon… kulinernya juga enak2 ya?
Lumayan danan tapi penyuka pedas kurang heheh
Ornamen batu batanya mirip dengan gapura yang ada di Menara Kudus hihiihi
Makanya aku penasaran ke kudus yasir
hihihihi ditunggu kedatangannya winny 😀
Siap
ngeliat pintu gerbangnya jadi inget arsitektur di candi cetho karanganyar…perjalanan yang menarik mbak… 😀
Aku pun baru sadar iya juga
Review-nya asik Winny 🙂
Baca ini saya koq jadi malu sendiri ya…
Lah, Mbak Winny yg orang Sumatera saja sudah sampai ke keraton kasepuhan Cirebon, eh malah saya yang tinggal di Sukabumi belum pernah mengunjungi keraton ini.
Menarik catatan perjalanannya Mbak.
Salam dari saya di Sukabumi,
saya malah mw ke sukabumi lg pak mau lihat danau hehe
makasiiih info nya penting buat saya yg mo ke cirebon tp buta gak tau mo kmana….
siap bunda
hallo, mau nanya.. kalo ke keraton kasepuhan bawa kamera ada biaya tambahan nya nggak yaa? thankyou..
harusnya sih nggak