Lika-liku Menuju Umrah


Hello World!

Januari, 2020

Keinginan melaksanakan ibadah Umrah sudah ada sejak tahun 2015 ketika itu ingin Umrah  bersama ibuku. Namun karena sesuatu hal, keinginan itu hanya menjadi keinginan. Namun tahun 2016 keinginan itu semakin bergejolak ketika aku melakukan traveling dengan Mba Ninik di Turkey. Sewaktu di Turkey kami mengunjungi Topkapi dan melihat peninggalan Islam yang super keren dan membuat jantungku berdetak kencang kala melihat kumis Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu aku langsung berkata kepada Mba Ninik

“Mba, aku jadi pengen ke Mekkah gara-gara lihat Kumis Nabi Muhammad”, kataku

“Pergilah, kamu kan sudah kemana-mana, tapi ke Tanah Suci belum”, kata Mba Ninik

Saat itu menjadi motivasi terbesar dan berharap bisa ke Tanah Suci. Setidaknya tidak bisa bersama keluarga, bisa bersama suami. Padahal kala itu belum menikah ya, hanya mimpi dulu. Nah dari keinginan itu aku semakin rajin menabung dan waktu itu uang sudah terkumpul. Tahun 2017 niat itu datang kembali eh aku resign dari perusahaan semen sehingga uang yang harusnya buat Umrah malah dikembalikan sehingga tidak jadi Umrah. Kemudian tahun 2018 ingin ke Mekkah dan sudah mengatakan niat kepada Uwakku kala itu, eh Uwakku malah lupa padaku. Alhasil keinginan ke Tanah Suci padam kembali.

Nah ternyata Allah itu menjabah doa dan keinginanku di Tanah Suci ketika aku sudah menikah dan berbadan dua. Jujur tidak menyangka apalagi lika-liku ke Tanah Suci itu penuh drama.

Ketika memutuskan berumah tanggga tepatnya di Juli 2019,  kehidupan rumah tangga kami penuh cobaan terutama dengan Birokrasi. Maklum “menikah dengan Bule itu harus siap menikah dengan urusan adminitrasi”. Aku sempat stress dengan rumitnya persoalan kami, bukan karena permasalahan penyesuaian diri dengan suami, namun lebih kepada pengurusan setelah pernikahan kami mulai dari LAPOR 3 KEMENTRIAN, PENGURUSAN ITAS dan sejenisnya. Belum lagi 6 bulan setelah pernikahan itu ada-ada saja yang membuat frustasi bahkan sampai kena tipu-tipu ketika kami hendak membeli Rumah dan Tanah di Sumatera Barat ini. Persoalan rumah tangga yang baru pun tidak bisa dijabarkan satu-satu sampai aku benar-benar lelah. Alhamdulillah suamiku sangat mendukungku dan kami menjalani setiap cobaan yang datang.

Saking banyaknya masalah yang ada, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar Umrah dari grup. Padahal tidak tahu apakah agen yang aku daftar itu kredibel atau tidak karena maraknya Agen umrah yang menipu jamaah. Saat itu promo Umrohnya sangat murah, hanya 17 juta dari Kuala Lumpur selama 14 hari dan belum termasuk suntik Vaksin dan perlengkapan dan biaya lainnya.

Saat mendaftar Umrah, kondisiku hamil. Aku sempat bertanya kepada admin tour tersebut apakah bermasalah wanita hamil ikut Umrah karena kan sebelum memutuskan daftar aku sudah mencari tahu apa yang harus dipersiapakan sebelum Umrah yang salah satunya ialah Vaksin Meningitis. Adminnya memastikan tidak apa-apa, asalkan ada surat izin terbang dari Dokter. Lalu akupun memutuskan untuk daftar dan bayar DP untuk umrah. Rencana  untu melaksankan Umroh pun kuberitahukan kepada Suami.

“Cherry, I wanna do pilgrim, do you wanna join me”, tanyaku kepada Suami

“Do you really want to do it, I worry with your condition right now” jawab suami

“Well, we would be praying, reading Qu’ran, going to Mosque, its pilgrim”, kataku

“I think not ready for that but  really worry ” jawab suami

“Is it okay im going alone since you know we need money for something more important?”, tanyaku kepadanya

“Do not worry about money, as long as you are happy even we are living in poor condition, we will be okay. The matter is your happiness, if you are happy, go pilgrim but sorry I cant join you” kata Suami

Sumpah aku meleleh mendengar pendapat suami mengenai rencanaku melaksanakan Umrah. How lucky I am to have him as partner in life 🙂

Setelah mendapat persetujuan suami akupun mencari tahu pengalaman orang yang sudah umrah ketika hamil. Dan rata-rata memang sudah memiliki ICV (International Certficate of vaccination) atau istilahnya Kartu Kuninga. Yang sudah umrah pas hamil ternyata sudah pernah suntik ICV sebelum hamil dan masa berlaku sehingga 2 tahun. Terus ada juga pengalaman orang yang karena hamil maka Dokter tidak menyuntiknya namun tetap memberikan Kartu Kuning. Kartu Kuning adalah salah satu syarat yang dibuat Pemerintah Indonesia kepada WNI yang hendak melaksanakan Haji/Umroh ke Tanah Suci. Pengeluaran  surat suntuk vaksin Meningitis pun tidak semua Rumah sakit yang bisa namun harus Rumah Sakit/Klinik yang ditunjuk oleh Pemerintah. Salah satu tempat untuk mendapatkan kartu Kuning untuk keperluan Umroh itu ialah KKP atau Kantor Kesehatan Pelabuhan. Untuk mendaftar suntik Menginitis itu harus via Online. Di Sumatera Barat lokasi Kantor Kesehatan Pelabuhan ada dua yaitu di Jl. Oslo Bangau Katapang, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan di Teluk Bayur. Keduanya berada di Padang, Sumatera Barat.

Syarat Daftar Online Untuk Kartu Kuning

  1. Isi formulir dan jadwal melalui Online di website KKP
  2. Mengupload Passpor
  3. Mengisi Nama Travel, no KTP, dan data diri
  4. Pasphoto 4×6 sebanyak 1 lembar
  5. Biaya Vaksin Rp305.000

Aku sudah mengisi permohonan 30 Bulan November 2019 dan memang aku daftar Umrah itu dibulan yang sama dan rencana berangkat di Bulan Januari 2020. Karena kami tinggal di Payakumbuh maka aku harus ke Padang dengan lama perjalanan pulang pergi sekitar 8 jam. Aku memiliki jadwal suntik Meniginitas di tanggal 2 Desember 2019. Aku berangkat sendiri dari Payakumbuh jam 5 pagi dan sampai di KKP jam 8 pagi. Ternyata lokasi KKP ini tidak di dalam Bandara tapi diluar Bandara dan aku naik Ojek ke KKP. Nah saat di KKP aku kasih tahu kepada petugas bahwa aku hamil namun apakah bisa mendapatkan Surat Kuning tapi tanpa suntik. Ternyata petugas menyuruh bertanya langsung kepada petugas yang ada di dalam. Namun ternayata aku tidak mendapatkan Surat Kuning dan mereka malah menyarankan agar aku membatalkan kepergian Umroh. Asli dunia rasanya runtuh, bayangkan dalam kondisi hamil berangkat dari jam 5 subuh dengan lama perjalann 3 jam eh ternyata hasilnya diluar ekpektasi. Seolah niat Umroh itu penuh penuh halangan.

Saat bersamaan Eka menghubungiku. Akhirnya kami bertemu dan curhatlah aku kepadanya.

“Eka, aku sedih karena aku gak dapat suntik vaksin”, kataku

“Mungkin ada hikmahnya inang karena kan suamimu gk ikut”, katanya

Nah pas waktu itu juga aku menanyakan bantuan teman di Padang yaitu Mutia dan Meri apakah ada kenalan Dokter yang bisa memberikan surat vaksin tanpa suntik. Mutia menyarankan ke BMC Padang dan Meri menyarankan ke RS Ibnu Jamil di spesialis Obygin. Eka menemaniku ke rumah sakit Ibnu Jamil Padang dan hasilnya tidak bisa. Kemudian kami ke Ibnu Sina Padang hasilnya juga nihil hingga kami ke Puskesmas dekat Rumah Sakit Ganting. Kesemuanya tidak mau memberikan vaksin. Bersyukurnya aku ditemani oleh Eka. Akhirnya aku pulang ke Payakumbuh dengan hasil kosong.

Tiba di rumah, suami mencoba menghiburku. Kemudian aku hanya bisa pasrah saja.

“Dont be sad, may be you have to go to pilgrime with me or our kids”, katanya

Lalu aku hanya berserah diri toh DP juga sudah dibayar. Kalau tidak rezeki, tidak apa-apa. Namun Allah berkata lain bahwa ternyata rencana Umroh yang ingin aku laksanakan ternyata bisa pergi. Bulan Desember 2019 visaku diterima dan aku pun membeli tiket ke Kualalumpur, Malaysia. Eh sialnya lagi aku salah beli tiket yang harusnya Padang-Kualalumpur-Padang malah kebeli Kualalumpur-Padang-kualalumpur dan tidak bisa refund karena beli tiketnya Air Asia akhirnya jadi pengalaman pahit salah beli tiket. Yasudah beli tiket kembali.

Namun sisi positivenya dari semua lika-liku yang ada, aku bisa ke Tanah Suci. Dan pengalaman dari Umrah ini memang sebaiknya mengurus Kartu Kuning karena pas pulang itu aku terkena flu sampai sakit 14 hari, untung tidak terkena MERS apalagi sekarang Virus Corona yang sedang marak. Jadi jika ke Mekah dan belum hamil, suntik Menginitias dan flu saja, kalau keadaan hamil dan tetap ingin ke Mekah sepertiku berserah diri saja kepada Allah karena nantinya akan ada jalannya.

 

Salam

Winny

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

20 thoughts on “Lika-liku Menuju Umrah

  1. Turut senang akhirnya bisa umroh ya Win. Sempet degdegan juga pas baca di bagian nggak dikasih kartu kuning dan disuruh batalin. Tapi kalau emang sudah ada izinNya maka adaaaa aja jalan.

  2. “Do not worry about money, as long as you are happy even we are living in poor condition, we will be okay. The matter is your happiness, if you are happy, go pilgrim but sorry I cant join you”

    Duh Wiinn. Happy for you yaah. 🙂
    Alhamdulillah semoga semuanya dikasih mudah.

    Sehat terus, Wiiin.

  3. Penting bgt untuk suntik meningitis ya, sampai bisa sakit 14 hari. MasyaAllah cobaannya buat umroh ada-ada saja. Mungkin memang sebaiknya lebih tenang persiapannya supaya tidak sampai salah beli tiket.

  4. MasyaAllah Tabarakallah, Pertama mo ngucapin Semoga Happy selalu bersama keluarga , aku telat baca “menikah”
    Kedua ; semoga sehat selaluu

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: