Hello World!
Lima Puluh Kota, April 2019
Aku tahu tentang Ngalau 1000 di Lima Puluh Kota, Sumatera Barat dari Bara, salah satu Travel Blogger di Indonesia. Sayangnya waktu itu karena ada kendala jadi tidak ikut bergabung dengan mereka. Kesampaian trekking ke Ngalau 1000 baru di April ini itupun bersama teman dan dua mahasiswa. Awalnya aku mengira kalau Ngalau 1000 itu adalah Ngalau di Payakumbuh ternyata berbeda, Ngalau 1000 itu berada di Harau, salah satu wisata andalan di Sumatera Barat tepatnya di Lima Puluh Kota.
Ngalau dalam bahasa Minang berarti Goa, artinya ada jumlah 1000 gua. Aku tidak pernah menyangka wisata Goa di Harau, dan menariknya itu ada di Lembah Harau.
Aku ke Ngalau 1000 bersama Firman, Yudhi dan Henny. Kami berangkat dari Payakumbuh jam 9 pagi dengan dua sepeda motor. Kami sempat sarapan dulu baru berangkat ke Harau. Sewaktu mengajak Firman dan Yudhi ke Ngalau 1000 juga iseng karena tujuan kami ke air terjun tapi malahan beneran ke Ngalau 1000. Yudhi dan Firman yang tahu tourguide tapi waktu itu hanya niat bertanya saja.
Untuk ke Ngalau 1000 maka harus masuk ke Harau dengan biaya masuk Rp5.000/orang kemudian sampai ke ujung Harau. Aku tidak pernah bosan dengan pemandangan Harau, selalu apik!
Kami tiba di Pesanggarahan jam 10 siang. Tourguide kami ialah Pak Uwan, yang sudah lama jadi tourguide ke Ngalau 1000. Rumah Pak Wan berada di paling ujung, tak jauh dari tempat pendakian Ngalau 1000. Kami sempat minum teh sambil memandangi persawahan dan pemandangan Harau, serta sesekali belajar bermain seruling. Firman dan Pak Uwan yang memainkan seruling.
Kami baru trekking ke Ngalau 1000 jam 10.30.
"Kita akan kembali jam 3 sore, trekking sekitar 5 jam", kata Pak Uwan
Benar saja, jam 10.30 kami sudah memulai trekking kami. Sayangnya karena keasikan mencari jalan kami berempat lupa membeli bekal untuk trekking di Ngalau 1000. Untungnya kami sudah membeli cemilan saat trekking.
Jalur trekking yang kami mulai sungguh luar biasa. Jalur yang kami daki itu vertical dan tidak ada jalan melandai. Aku, Henny, dan Firman paling sering berhenti, saking tidak terbiasanya mendaki. Aku paling salut dengan Pak Uwan, usianya 60 tahun tapi fisiknya sangat kuat. Beliau sudah menjadi tourguide dari usia muda, bahkan yang sering ke Ngalau 1000 itu orang asing, jarang wisatawan lokal. Di rumah Pak Uwan sendiri banyak photonya dengan wisatawan asing dan yang paling sering ialah turis dari Perancis.
Saat trekking kebetulan ada rombongan 3 bule yang berasal dari Belanda, dan Swedia. Kami lebih dulu trekking tapi mereka dapat mengejar kami. Bahkan mereka lebih duluan sampai dari kami. Rute ke Ngalau 1000 itu berat, apalagi yang jarang naik Gunung, padahal ini bukan Gunung hanya Bukit saja. Tapi naik sedikit sudah ngos-ngosan. Henny dan Firman saat mendaki badannya tidak fit, bahkan Firman sampai muntah 2x. Kami kurang persiapan, untuk itu jika ingin mendaki maka harus terlebih dahulu banyak istirahat.
Aku sendiri saat trekking ke Ngalau 1000 itu jatuh sampai 2x karena licin. Tapi pemandangan di Ngalau 1000 itu sungguh indah. Trekking terpayah saat 3 jam pertama, setelah sampai puncak jalanannya landai. Pemandangan di puncak Ngalau begitu indah, dan terbayar oleh capeknya kami melakukan trekking. Menariknya saat di hutan kami melihat tanaman Kantong semar. Betapa senangnya melihat kantong semar di hutan. Bahkan kami juga dikasih tahu Pak Uwan tumbuhan yang bisa menyembuhkan segala obat, sayang kami tidak tahu nama tanamannya dan benar saja saat aku rebus terus air rebusan diminum, pahitnya minta ampun.
https://www.instagram.com/p/Bv4NHYwHDY2ZkafD3q1oIPu-x7uAnSeRoOtiYg0/
Sepanjang menuju ke puncak kami dimanjakan dengan pemandangan alam yang luar biasa. Aku sangat suka dengan udara di hutan, segar. Nah sama seperti namanya Ngalau 1000 itu memiliki lebih dari 1000 Goa yang terbuat dari batu. Bebatuan ini membentuk Goa dan di Goa ini lah kami beristirahat. Goa ini bisa dijadikan tempat berkemah dan udara dalam Goa itu sejuk. Kami sempat makan di Goa dan bertemu dengan turis asing.
Saat di Goa itu ada akar pohon yang umurnya berkisar 200 tahun dan akar lain yang menuju ke batu. Ketiga bule wanita ini sempat manjat dan melakukan atraksi sampai Firman mengatakan “ndak talok”, artinya tak terlawan.
Dalam trekking ini juga kami dihadiahi oleh Uwak Wan sebuah gelang dari akar pohon. Gelangnya unik dan bahkan turis asing yang bukan dalam rombongan kami juga diberikan gelang oleh Pak Uwan.
Dan yang lucu saat trekking Pak Uwan selalu mentakan “15 menit lagi sampai” yang pada kenyataannya itu kami sampai 1 jam kemudian 🙂

Untuk jalur turun lebih mudah, kami hanya butuh waktu 45 menit saja. Tapi kaki kami cukup sakit dalam menahan badan kami. Tapi meski badan lelah, hati senang apalagi pas sampai puncak pemandangan yang tiba-tiba ada signal Handhpone, kami bisa melihat Gunung Singgalang. Sayang kami datangnya tidak pagi, kalau pagi mungkin Gunung Merapi juga bisa kami lihat. Pemandangan di atas itu menawan, lembah Harau yang menawan serta flora yang bervariatif. Meski aku bukan fans trekking tapi untuk kedua kali ke Ngalau 1000 aku mau lagi.
Saat turun kami terkena hujan dan jam 4 sore kami sudah sampai si rumah Uwak Wan. Trekking kami begitu melelahkan tapi seru, seru bermain di alam!
Trekking to ngalau 1000
Salam
Winny
Lumayan juga tok kalau 3 jam 🙂
apalagi pas datar begitu
itok di kota payakumbuhnya apa dimananya?
di Payakumbuhnya tok
Hello Winny, mantap jiwa trekking nya, saya lagi di Bukittinggi sudah 5 hari, baru jalan kaki dari hotel ke Ngarai Sianok doang, itupun ga nyampe Ngarai nya mendung mau hujan besar, baliknya nebeng motor orang, hihihi dasar Nebengers!
kak ai miss u