Hello World!
Luang Prabang, 7 Januari 2019
Hal yang aku sukai dari Luang Prabang di Laos ialah menikmati Sungai Mekong. Sungai Mekong ini aku ingin kunjungin sejak trip di Vietnam bersama Kak Rika dan Ana. Sayang waktu itu, trip ke Vietnam tidak sempat waktu karena kami harus ke Cu Chi tunnels. Saat di Laos lah baru aku bisa melihat Sungai Mekong. Lucunya hampir setiap hari aku pergi ke Sungai Mekong itupun demi melihat sunset, itulah momen terindah yang aku alami di Luang Prabang.
Sungai Mekong ini mengalir dari China, Burma, Thailand, Laos, Cambodia sampai Vietnam. Awalnya aku kira kalau Sungai Mekong ini akan seperti Kali Ciliwung tapi ternyata aku salah, warnanya memang cokelat tapi dengan pemandanagan yang menakjubkan apaalgi pas sunset. Karena Laos berada di area Pegunungan sehingga pemandangannya jauh lebih kece. Mekong ini berasal dari kata “Mae Num” atau “Mother Water:
Jarak dari penginapanku di Vongprachan Backpackers Hostel ke Sungai Mekong dengan jalan kaki sekitar 20 menit. Tiap hari kerjaku bolak-balik area Luang Prabang dengan jalan kaki. Hal terbaik yang dilakukan dengan menikmati senja disekitaran Mekong sambil makan di restoran sepanjang Sungai, aku melakukannya sekali saja. Aku yang 3 hari di Laos, tidak pernah melewatkan melihat matahari tenggelam di Sungai Mekong. Aku melihat orang berjudi di Sungai Mekong, melihta warga lokal lalu lalang menyeberang dan melihat turis menikmati senjnay di Mekong.
Saking penasarannya dengan Mekong, aku sengaja ke Mekong di siang hari. Untuk siang hari bisa keliling Sungai Mekong. Aku penasaran ada apa di Pulau seberang dari Sungai Mekong. Dari peta aku melihat kalau ada Desa Xianmen jika ingin menyeberang. Karena penasaran dengan Desa itu maka, tanpa ragu aku pun mendekati tempat penyeberangan dan bergabung dengan warga lokal.
"5000 Kips", kata petugas sambil menunjukkan uang.
Jadi aku baru tahu kalau buat turis untuk sekali menyeberang ke Desa sebelah membayar 5000 Kips sementara warga lokal hanya membayar 3000 Kips saja. Harga unutk lokal berbeda dengan turis. Perahu yang aku tumpangi ini kecil, pas naik perahu aku takut tenggelam karena tidak ada pelampung. Belum lagi aku yang tidak bisa berenang, tapi dalam hati kalau tenggelam yah mati ramai-ramai hehhehe. Perahu ini pun baru jalan setelah penumpang berjumlah sekitar 5 orang, ia perahu di Laos juga ngetam loh. Aku bergabung dengan warga lokal di dalam perhau padahal aku tidak tahu juga mau ngapain di Pulau seberang, hanya karena penasaran saja.
Warga perahu lokal yang bersamaku melihatku begitu antusias sambil ngomong dengan bahasa Laos lalu aku ikutin. Saat mengikuti ucapan mereka terus mereka tertawa. Padahal bisa aja yang dibilang itu entah apa-apa kan? Asal mereka tertawa aja aku sudah senang kok. Sungguh seru ketika bergabung dengan orang baru dan merasakan seperti warga lokal meski tidak mengerti Bahasanya. Mungkin dalam hati mereka “ini orang kurang kerjaan banget ya” 😀
Setelah sekitar 15 menit di perahu, kami sampai di Pulau seberang. Di Pulau ini banyak Desa hanya saja kalau mau keliling Desa harus naik taxi atau tuk-tuk lagi. Sayangnya karena mereka tidak bisa Bahasa Inggris dan aku tidak mengerti mereka bilang apa sehingga aku tidak naik tuk-tuk dan memilih jalan kaki keliling sekitar Dermaga.
Asli aku luntang lantung tanpa tujuan pas diseberang. Tapi aku menikmatinya karena aku mengamati keadaan penduduknya. Rumah di seberang pulau mengingatkanku dengan di Sumatera khususnya daerah Tapanuli, kampungnya orang Batak, sepertiku. Rumah penduduk di seberang terbuat dari kayu, terus Emak-emaknya jualan sayur di pinggir jalan, asli mirip di Indonesia. Memang negara-negara ASEAN itu kalau diperhatian hampir-hampir mirip mulai dari cara jualannya hingga lam-alamnya.
Nah pas jalan-jalan di Pulau Seberang ini aku juga melihat Biksu kecil yang berjalan sambil berinterkasi dengan warga. Aku mengamati dan sempat mengikutinya. Aku juga sempat membeli buah jeruk seharga 5000 Kips di pasar ini. Pasarnya kecil hanya beberapa pedagang yang berjualan di pinggir jalan sambil menawarkan sayuran dan makanan. Pembelinya pun hanya beberapa warga saja. Aku juga melihat kegiatan warga, ada satu rumah yang mencuri perhatianku karena mereka berpesta di pekarangan rumah dengan makanan dan minum, asli mirip di Toba hehehhe…
Sayangnya untuk menjelajah sampai ke dalam-dalam aku tidak pergi karena aku takut kalau jadwal penyeberangan ke seberang terbatas sehingga aku hanya jalan sekitar Dermaga saja. Cuma penasaran ada apa diseberang, rupanya di seberang bukan area turistik dan hanya warga lokal saja. Akupun kembali ke Dermaga untuk menyeberang. Saat menunggu perahu aku berkenalan dengan Geologis asal Perancis.
"What can we see deeply insdide?", tanyaku "I met insect there and village and its pretty cool", katanya "How did you do it?", tanyaku "Hitchie", jawabnya
Namanya Nicolas dan umurnya 20 tahun. Geologis yang aku jumpain ini ternyata sangat suka dengan bebatuan dan dia sampai ke desa dengan cara numpang. Gileee ya?. Dia menemukan hal menarik berupa serangga di sebuah tempat berwarna hitam dan asli membuatku cemburu karena pengen juga melihat serangga unik itu di kebun warga. Cuma karena aku tidak tahu cara ke dalam Desa akhirnya aku hanya lihat sekitar kampung dekat Dermaga saja.
Aku pun seperahu dengan Nicholas bersama warga lain dengan membayar 5000 kips lagi. Artinya aku membayar 10.000 Kips untuk pulang pergi menyeberang antar Pulau di Luang Prabang sekitar Sungai Mekong. Lumayan murah untuk membayar rasa penasaran. Aku kurang kerjaan banget ya??
Setidaknya dengan aku mengunjungi Pulau seberang aku tahu kalau di seberang itu melihat kondisi warga lokal. mereka pekerjaan sehari-hari rata-rata berkebun. Sesuatu yang aku dapatkan diluar ekpektasim itulah kenapa aku suka solo traveling dan melihat diluar dari tempat turistik. Bisa dibilang mengikuti insting dan aku cukup puas dengan itu.
Senja di Sungai Mekong sore itu begitu indah seperti hari-hari sebelumnya, dan aku senang berada di Sungai Mekong.
Biaya Pengeluaran di Laos
08:00-10:00 Sarapan di hostel, pesan roti dan egg scrumbles
12:00-13:00 Makan siang di Nisa restaurant (Indian Halal Food di Luang Prabang). Makanannya enak. Habis 50.000 Kips (terdiri dari aloo Gobi 18.000 kips, capati 10.000 kips dan Nan 10.000)
13:00-17:00 Ke Mekong naik perahu pp 10.000 Kips, bertemu dengan Geologis Perancis
17:00-18:00 Ke Night Market, beli buah 10.000 Kips, beli roti 10.000 Kips
18:00-20:00 ke Lao Red Cross Luang Prabang, pijit 50.000 Kips, tips 4000 Kips, pijatnya enak
20:00-22:00 Beli the 30.000 Kips, ke hostel
Salam
Winny
5000 kips sadia anggo i rupiahkon kak ?
10 ribuan ma
Murah do berarti ate kak
lumayan tai Laos mahal sih dibandingkan Thailand
Sungai Mekong terasa fantastis ya Win. Baca sejarah dan lihat foto2 Winny kereenn. Salam
Itu pas sunset keren kak kalau hari baisa cokelat dia :d
Mau lagi deh ke Luang Prabang yang laidback kayak kampung2 di Sumatera ya, win. Bedanya banyak bangunan tua yang diberdayakan. Aku selama di sana sepedaan doang udah senang
Wih keren aku jalan kaki mulu kak pas disana