Love is a strange emotion. It is ever evolving. Lust is transient. With time, one realizes that love and togetherness are two different things. Very few people are lucky enough to experience the two emotions simultaneously.
By Randeep Hooda
https://www.instagram.com/p/BSi0WKeBXJc/?taken-by=winnymarlina
Hello World!
Bremen, April 2017
Terkadang apa yang di harapkan belum tentu kejadian, meski sudah berangan-angan indah. Sama halnya dengan rencana perjalananku ke Irlandia harus rela aku ikhlaskan mengingat tiket Edinburgh-Irlandia memag murah namun dari Irlandia ke negara Eropa manapun sungguh mahal. Padahal VISA IRLANDIA sudah ditangan namun aku harus membatalkan rencana ke Irlandia karena berat di ongkos. Ujung-ujungnya aku mencari tiket pesawat dari Edinburgh yang termurah dan itu jatuh ke BREMEN dengan harga tiket pesawat 50 Euro. Beginilah konsekuensi membeli tiket pesawat dadakan dan tanpa fixed rincian perjalanan/itinerary, namun enaknya aku bisa lebih fleksibel menikmati perjalananku. Misalnya suka suatu daerah, agak lamaan juga gak masalah.
Saat memutuskan membeli tiket ke Bremen tidaklah terlalu mengecewakan karena selain sudah mendapatkan host dadakan di Bremen, aku juga dapat menikmati sisi lain dari German.
Coba bayangkan siapa coba yang ke Bremen padahal baru pertama kali ke German? Dimana-mana bisanya kan orang ke Ibukota negaranya ke BERLIN, eh malah anti mainstream ke Bremen :).
Walau jujur saja awalnya aku ingin ke Berlin eh dengan impuslfi malah ke Bremen. Namun mengunjungi Bremen merupakan pengalaman yang menyenangkan dan lumayan seru buatku.
Bahkan pas pertama kali menginjakkan kaki di Bremen tepatnya saat di Imigrasi, keramahtamaan orang German langsung terasa. Maklum kesan orang mengenai German kan agak-agak, namun benar kata pepatah “don’t judge by its cover”. Ternyata orang German itu ramah dan baik loh! Petugas imigrasinya super ramah serta dari mimiknya kelihatan antara percaya dan gak percaya kok bisalah seorang cewek jalan sendirian ke Bremen
"Wow, from Indonesia!! Welcome to German", kata petugasnya "Danke", kataku sambil disambut tawa darinya.
Belum lagi pas diluar, hostku sudah menjemput menuju ke apartemennya dengan menggunakan tram. Lucunya pas bayar tram aku heran tidak ada satupun yang bayar alhasil aku hanya memberikan uang kepada hostku untuk tiket tram.
Sesampai di apartemennya aku berkenalan dengan sesama surfer bernama Victoria dari Polandia. Sayangnya dia tidak ikut gabung dengan kami ketika keliling Kota Bremen pada malam hari. Tapi di hari kedua si Victoria malah mengantarkanku ke terminal bus.
https://www.instagram.com/p/BShP4l3hGJW/?taken-by=winnymarlina
Saat keliling Kota Bremen, hostku bernama Daniel dengan sigapnya mengantarku ke tempat-tempat iconic Bremen. Semua tempat kami kunjungi dengan jalan kakis etelah makan di restaurant Vietnam. Untuk Kota tua Bremen sendiri memang bisa di jelajah 3-5 jam.
PS : Host itu adalah sebutan untuk orang yang menjadi tuan rumah karena aku menggunakan CS saat di German sehingga tidak membayar biaya penginapan. Kata lain, numpang di rumah orang asing.
Tempat wisata yang kami kunjungi di Bremen pada malam hari antaranya
1.Balai Kota
Saat kami mengunjungi Balai Kota (Rathaus) pada malam hari, kesan dari bangunannya itu amat antic dengan gaya Renaisans. Bangunannya dibangun tahun 1405-1410 dan sangat indah, sehingga berada di Kota tua Bremen bak berada di cerita dongeng.
2.Patung Roland

Patung Roland atau penjaga Kota tepat berada di lapangan pusat Bremen. Patung Roland merupakan lambang Kota Bremen dan sudah ada sejak tahun 1404. Balai Kota (Rathaus) dan Patung Roland merupakan warisan budaya UNESCO. Patung Roland sendiri merupakan seorang ksatria yang berperang di bawah Kaisar Karel Agung dan merupakan symbol kebebasan dan perdagangan. Tinggi Patung Roland 5,47 meter dengan perisai Kota Bremen di dadanya. Sekelilingnya dipagari, dan paling nyentrik patungnya karena lumayan tinggi.
3. Dome St. Petri

Tak jauh dari Rathaus terdapat sebuah bangunan dengan gaya gothic dengan dua menara kembar. Monumen itu bernama Dome St. Petri yang sudah ada sejak abad 11. Kerennya lagi jaraknya dekat-dekatan sehingga dalam satu perjalanan dapat mengunjungi beberapa wisata Kota Tua Bremen.
4. Schütting

Sebuah Gedung bernama Schütting di Bremen memiliki rumus untuk menang. Di bagian depan Schütting ada tulisan “buten un binnen wagen un winnen” yang artinya di dalam dan di luar, ambil risiko dan menang. Sejak 1899 gedung ini sudah membuat rumusan untuk menang dan dulu menjadi tempat pebisnis selama 600 tahun.
Keren ya bangunannya masih ada hingga kini! Itulah hal yang aku suka dari perjalanan, sering mendapatkan hal tak terduga.
5. Patung Bremer Stadtmusikanten

Katanya tidak sah ke Bremen kalau tidak mengunjungi Stadtmusikanten (Pemusik Kota Bremen) karena merupakan salah satu simbol utama kota Bremen. Patungnya kecil dan terletak di tengah Centrum Bremen dengan dekat St. Petri Dom Bremen.
"Touch the them Winny, once you touched it you will come back to Bremen", kata hostku
Kemudian aku yang tak tahu menahu tentang Patung Stadtmusikanten yang terdiri dari Keledai, Anjing, Kucing dan Ayam Jago memegang kaki si keledai karena katanya bisa balik lagi ke BREMEN. Percaya tak percaya, dengan polosnya aku memegang kaki si keledai. Yah kali aja suatu saat bisa balik lagi ke Bremen, ngarep banget 😀
Warna kaki si keledai sampai pudar saking banyaknya orang yang memegang kakinya karena kepercayaan akan balik lagi ke Bremen jika menyentuk kakinya.
https://www.instagram.com/p/BSig1WuhCdL/?taken-by=winnymarlina
Menariknya ada kisah dari 4 patung Keledai, Anjing, Kucing dan Ayam Jago atau disebut Patung Stadtmusikanten. Patung Stadmusikanten Bremen dibuat dari dongeng Grim bersaudara yang menceritakan Keledai, Anjing, Kucing dan Ayam Jago yang tidak disayang pemiliknya. Sang keledai bertahun-tahun bekerja keras mengangkat barang menuju penggilingan. Namun karena keledai mulai kehabisan tenaga, sang pemilik ingin menyingkirkan keledai. Kemudian keledai tahu niat tidak baik dari pemiliknya, keledai pergi menuju ke Bremen mencari keberuntungan. Keledai ingin menjadi pemain music di Bremen. Dalam perjalanan, Keledai bertemu dengan seekor anjing tua. Bernasib sama, sama-sama tidak diigninkan pemiliknya, keledai mengajak anjing tua ke Bremen. Setelah berdua menuju ke Bremen, mereka lalu bertemu dengan seekor kucing yang bersedih hati kemudian mereka mengajaknya juga. Terakhir mereka bertemu dengan seekor ayam jago yang hedak dijadikan sup oleh majikannya sehingga sang ayam melarikan diri. Akhirnya Keledai, Anjing, Kucing dan Ayam Jago menuju Bremen.
Sesampai di Bremen mereka melihat rumah penyamun dan dengan trik berhasil mengusir penyamun. Rumah itu kemudian menjadi milik mereka. Di rumah itulah mereka bermain music dan menjadi terkenal.

Mengunjungi Kota Tua Bremen aku mendapat banyak pelajaran, terutama tentang Kisah Stadtmusikanten bahwa mimpi itu bisa menjadi nyata asalkan tidak pernah menyerah untuk mencapainya. Dan aku sangat beruntung, beruntung seperti Stadtmusikanten, aku dapat menginjakkan kaki di Bremen, Kota yang dari SD sudah memiliki potitioning dibenakku sebagai “kota perdagangan tembakau dunia”.
Rincian dan Biaya Perjalanan Bremen
Bremen, 5 April 2017
08:00-09:00 Persiapan ke Bremen
09:00-10:00 Jalan kaki dari Easter Road ke terminal Bus
10:00-12:00 Naik bus ke Bandara Edinburgh £4,5
12:00-17:00 Perjalanan Edinburgh-Bremen dengan pesawat
17:00-18:00 Dijemput host Bremen naik tram 2,75 Euro
18:00-19:00 Makan wat pho, mie khas Vietnam 8 Euro
19:00-22:00 Keliling Kota Bremen pada malam hari
22:00-07:00 Kembali ke penginapan dan istirahat
Tempat wisata yang didatangi pada hari-13 di Eropa:
Old Town Bremen, dermaga hingga menelusuri Legenda Bremen
Total Biaya pada hari-13 di Eropa = £4,5 + 2,75 Euro + 8 Euro = £4,5 + 10,75 Euro
Salam
Winny
anti mainstream yaa malah ke bremen~ tp yg bagus dr negara2 di eropa itu bangunannya ya^^
btw salam kenal ya
Salam kenal juga mba
iya bangunan tuanya antik
Bagaimana binatang2 itu bisa memainkan alat musik yak wkwk
Semoga kesampaian beneran buat ke Bremen lagi!
iya lucu ya aku aja tahu legendanya dari sono padahal pas disana blank banget
lucu cerita tentang keledai, anjing, kucing, ayam di Bremen. kata temen yang pernah tinggal di Bremen, kalau winter saljunya gak setebel di Munich karena dekat laut. jadi nyaman aja buat orang Indonesia. Betul ga?
waktu kesana pas semi kak jadi gak tahu pas salju. semoga bisa kesana pas salju
waaa inspiring… bole nih buat next visitku ke jerman.. ^^,
lanjutkan kak 🙂
Untuk trip di negara-negara yang jauh dan masih minim informasi sebaiknya emang dipersiapkan baik-baik, Win. Misalnya buat contoh di atas, kamu bisa browsing dulu tiket pesawat dari Dublin ke negara Eropa. Tanggalnya nggak usah ditentukan dulu nggak apa-apa, jadi kamu bisa tetap fleksibel, tapi udah dapet bayangan mau ke mana aja yang fix.
Couchsurfing is fun! “Ramah” itu bukan milik suatu bangsa sih, tapi kembali ke masing-masing pribadi. Dan “ramah”, karena dia kata sifat, jadi relatif dari satu orang ke orang lainnya 😀
betul matius seru juga ternyata jalan-jalan tanpa itin
Ya Allah itu kakinya sampe jadi warna emas gitu. Wkwkwk
Lucu juga ya legendanya. Hewan hewan main musik
saking banyaknya yang pegang kakinya
jadi, emang warna dasarnya emas ya kaka? yg bawah krn sering di pegang jd mengkilap? yg atas udah kusam? hehe
nah itu yang tak tahu hahah tapi sering dipegang jadi gitu
Mba winny, aku brosing India ketemu tulisan kamu, eeh aku brosing Bremen ketemu kamu lagi. Ahaha… Keduluan d saya.. Thanks info Bremen nya. Btw berapa malam di Bremen..?
1 malan aja kak 🙂
seruu ahh,, aku ngak bosan deh baca postinganmu jadi pingin cepat2 ke sana juga 🙂
ayuu kesana kak
masih nabung nih.. semoga bisa cepat deh 🙂
Jalan-jalan selalu kamu mbak, keren.
Oia saya buat blog baru yang ini, yang dulu gak bisa log in. hehe
amin mudah-mudahan bisa