Hello World!
Januari 2019
Salah satu tempat favoritku di Luang Prabang, Laos ialah Night Market. Night Market Luang Prabang dimulai dari jam 5 sore sampai jam 11 malam dari Wat Mai sampai ke Jalan Sisavangvong hingga ke Jalana Settathilat Road. Sama seperti pasar malam di ASEAN pada umumnya, tidak ada bedanya dengan pasar yang ada di Indonesia. Hanya saja di Luang Prabang ada tempat khusus sehingga motor maupun mobil itdak bisa masuk. Penjual berdagangan menggunakan terval kemudian memamerkan dagangannya di lantai. Sebelas dua belas pasar kaget mingguan di Kota-Kota Indonesia. Menariknya Night Market Luang Prabang menjadi daya tarik turis. Aku juga suka datang ke Night Market Luang Prabang, malahan setiap hari kerjaku ke Night Market Luang Prabang. Night Market Luang Prabang menjual beraneka ragam mulai dari makanan, baju, oleh-oleh hingga barang antik. Makanan pun beraneka ragam mulai dari minuman hingga aneka kue-kuean.
How much for coffee?, tanyaku Its 25,000 Kips How much is the key chain? Its 25,000 Kips How much for bag? Its 25. 000 Kips
Kesanku terhadap pasar ini ketika aku bertanya harga barang pasti dijawabnya 25.000 Kips sehingga aku menyebut Night Market Luang Prabang sebagai “pasar 25.00 Kips”.
Sebelum ke Night Market Luang Prabang, aku sempat membaca review orang telah berkunjung, katanya kalau mau belanja harus ditawar 1/3 harga tapi nyatanya tidak berhasil. Akhirnya aku membeli barang di Night Market Luang Prabang hanya barang sebagai oleh-oleh saja. Karena tiap hari selama 3 hari, jawabannya selalu sama dengan harga yang sama. Jangan berharap akan mendapatkan harga yang jauh murah karena mereka sudah memiliki standar, “standar turis”.
Di Night Market Luang Prabang aku paling suka membeli buah potong seharga 10.000 Kips (Rp10.000 = 6.000 Kips) dan harga itu tentu mahal namun karena aku suka buah maka harga segitu wajar dengan pilihan buah yang beraneka ragam. Selain buah aku juga suka mencoba kue-kuean yang dimulai dari 10.000 Kips hingga 15.000 Kips. Waktu itu aku mencoba pie apple seharga 10.000 Kips di hari kedua dan rasanya lumayan lah.
Untuk makanan aku tidak berani karena memang di Laos itu hanya ada 3 restoran halal. Aku pernah tergiur melihat ikan panggang meski aku pengen mencobanya aku tidak jadi beli karena alat pemanggangnya sama dengan ketika B2 di panggang. Was-was makannya sehingga aku pilih untuk tidak mencobanya. Selain itu aku juga penasaran dengan makan mie di Laos mirip seperti di Vietnam tapi kembali ke halalannya tidak jelas sehingga aku hanya bisa menelan air liur saja.
Setiap malam Night Market Luang Prabang tidak pernah sepi. Kebanyakan pengunjung merupakan turis asing sehingga tak heran penjual banyak yang bisa Bahasa Inggris. Kalau mereka tidak bisa berbicara Bahasa Inggris mereka akan menunjukkan kalkulator untuk menyatakan harga barang yang bisa ditawar, tentu saja harga yang bisa ditawar itu “sedikit” saja. Penjual di Night Market Luang Prabang juga tertata rapi, tidak ada sampah sehingga jalannya teratur. Tempat penjual makanan dan pakain pun tidak dicampur sehingga tak heran menjadi daya tarik turis. Jika kamu berkunjung ke Luang Prabang maka jangan lewatkan untuk ke Night Market, usahakan datang pas jam 5 saat pedagang membuka usahanya agar harga bisa lebih rasional.
Dari penginapanku ke ke Night Market Luang Prabang 1 km, tapi aku tetap tiap hari doyan ke Night Market dengan jalan kaki. Bagi yang tidak terbiasa jalan kaki maka sebaiknya mencari penginapan disekitar Night Market Luang Prabang. Night market ini akan terasa seperti turis, karena kalau pun bosan dengan Night Market bisa ke cafe yang ada disekitar jalanan utama.

Hal menarik yang aku dapatkan selama tiap hari ke Night Market di Luang Prabang ketika adanya ular, kalajengking di awetkan dalam botol. Mereka juga menjual minuman keras. Tapi waktu itu aku tidak bertanya apa khasiat dari hewan-hewan itu diawetkan serta berapa harganya. Padahal dari semua barnag yang dijual di Night Market Luang Prabang, ular dan kalajengking yang diawetkan itu membuatku penasaran. Kalau di Khao Sand Road, Bangkok aku bisa melihat larva, kecoak di goreng terus di Beijing melihat kalajengking hidup-hidp dijual maka di Luang Prabang ini berbeda. Tapi karena tidak niat beli dan malas basa-basi akhirnya aku tiap hari melihat isi botol itu. Penasan saja bagaimana warga lokal menangkap hidup-hidup hewan berbisa itu serta bagaimana cara pengawetannya. Ular kobra dalam botol inilah yang paling menarik perhatianku di Night Market Luang Prabang.

Saat hari kedua di Luang Prabang, aku akhirnya memutuskan untuk membeli oleh-oleh dengan pertimbangan yang masak-masak hehehhe :D. Padahal aku tipikal orang yang kalau jalan-jalan tidak terlalu memikirkan oleh-oleh namun kadang tetap hasrat untuk shopping itu tidak terelakkan. Di Night Market Luang Prabang, kau membeli dompet seharga 20.000 Kips/2 buah, tas seharga 25.000 Kips/2 buah, dan gantungan kunci seharga 25.000 Kips/3 buah. Aku juga membeli teh jahe seharga 30.000 Kips dengan isi 12 buah. Oleh-oleh ini aku dapatkan dengan tawar menawar yang sangat super sengit. Itulah penyakitnya kalau beli oleh-oleh di tempat turistik, jangan harap bisa mendapatkan harga yang diharapkan, adapun harganya harga standar turis. Tapi aku senang karena aku mendapatkan oleh-oleh dari Night Market Luang Prabang meski batal membeli miniatur ala Laos karena harganya yang rata-rata diatas 50.000 Kips.
Untuk tempat nongkrong juga banyak di sekitar Night Market Luang Prabang. Turis kebanyakan bersantai di cafe sambil minum atau sekedar makan atau menikmati uasana Luang Prabang bersama teman atau keluarganya. Kalau aku tiap hari kerjanya numpang lewat doang tidak mampir karena aku tidak minum serta makanannya yang membuatku ragu. Tapi tetap asik melewatinya apalagi jalanan seitra cafe itu photogenic banget dengan Bendera Laos. Cocok buat yang suka hunting photo.

Lokasi Night Market Luang Prabang
Salam
Winny
Biksu suka juga selfie, hehehe
betul kak padahal katanya sih gk boleh
Tahan hasrat buat makan-makan ya Kak
betul kak begitulah kalau jalan-jalan ke Negara yang minoritas Muslim
Night Market kalau ditata dengan baik dan rapi begini memang jadi menarik banget ya Win.
Betul Zilko, semoga kedepannya pasar di Indonesai juga begitu
Memang susah-susah gampang ya kalau mau nyari makan yang halal di sini.
Pasar bebas begini kehalalannya sangat diragukan.
Aku kok ngeri sendiri lihat ular sama kalajengking itu. Duh apalagi kalau di pasar Tomohon sana itu yang ekstrem 😦
aku penasaran ama Tomohon, mudah-mudahan ada kesempatan kesana
souvenirnya sama seperti Thailand ya, motif/gambar gajah. Ga ada gambar lainnya?
ia sama kak bahkan ke Vietnam dan Myanmar juga motifnya Gajah