Hello World!
Painan, 8 September 2018
"Kapan dirimu ke Padang biar sekalian aku ajak ke Painan?", tanya Riski "Awak maleh payi ka Padang", jawabku (Aku malas pergi ke Padang)
Karena sesuatu hal aku jadi malas ke Padang. Namun karena kebetulan ada urusan di Padang, maka sekalian saja. Padahal ya keinginan ke Jembatan Akar itu dari zaman kapan, tapi Alhamdulillah kesampaian juga walau membutuhkan waktu. Karena impian itu membutuhkan proses š

Aku pergi ke Jembatan Akar di Painan bersama Riski dan Riri. Kami berangkat sekitar jam 10 an dari Kota Padang. Lokasi Jembatan akar di Puluik di Nagari Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Cukup jauh perjalanan demi Jembatan Akar tapi karena kami bertiga bawa santai sehingga kami senang-senang saja. Sekitar 3 jam perjalanan kami dari Padang karena memang kami santai. Bagiku mengunjungi Pesisir Selatan, Sumatera Barat merupakan hal pertama bagiku. Belum pernah ke Pesisir Selatan sehingga menjadi pengalaman pertama.
"Win, udah pernah ke Painan?", tanya Riski "Painan belum tapi Teluk Bayur pernah ", jawabku "Lah ini kalau jalan kesana tuh Teluk Bayar", katanya
Pas melewati Teluk Bayur aku teringat kenangan 8 tahun lalu ketika memutuskan jalan sendiri ke Sumatera Barat dari Medan demi mengelilingi wisata Sumatera Barat. Salah satunya adalah Teluk Bayur, waktu itu kami berempat bersama Nyak Irma menikmati matahari tenggelam di Teluk Bayur. Itu merupakan sore yang tak terlupakan. Tidak hanya itu kami juga memberikan jagung kepada monyet liar disepanjang jalan Teluk Bayur. Melewati Telur Bayur kembali di waktu yang berbeda membuatku tergiang akan kenangan.

Sekitar jam 1 kami sudah sampai di Painan. Sebelum ke Jembatan akar, kami sempat makan siang di warung yang dipilih Riri. Maklum waktunya makan siang š
Nah setelah makan kami sekalian sholat zuhur. Sekitar jam setengah dua siang barulah kami sampai di Jembatan Akar. Untuk masuk ke Jembatan Akar, kami membayar tiket masuk Jembatan Akar seharga Rp5.000 dan parkir Rp5.000 sehingga untuk kami bertiga kena Rp20.000.
Jembatan Akar lumayan populer di Indonesia karena jembatan ini memang dari dua akar pohon beringin. Kedua akar pohon tersebut berseberangan melintasi Sungai Batang Bayang kemudian kedua akar batang saling melilit satu sama lain membentuk jembatan yang disebut jembatan Akar. Jembatan akar ini menghubungkan dua dusun yaitu Dusun Puluik-Puluik dan Lubuk Silau. Jembatan akar Painan dibentuk tahun 1890 tapi bisa digunakan di tahun 1916 dengan panjang sekitar 25 m, ketinggian 10 m dari permukaan Sungai Batang.

Untuk masuk keĀ Jembatan Akar Painan, kami melewati beberapa anak tangga menurun. Awalnya kami mengira kalau kamilah yang niat banget liburan keĀ Jembatan Akar Painan karena pas di jalan gak ketemua mobil atu motor menuju keĀ Jembatan Akar Painan. Yang lucu malahan kami sempat ragu dengan akses keĀ Jembatan Akar Painan karena jalanannya kecil.
"Kira-kira benar gak ya jalanan menuju ke Jembatan Akar", kata Riski
Riski sempat bertanya kepada penduduk lokal untuk memastikan apakah benar jalan yang kami tuju menujuĀ Jembatan Akar Painan. Ternyata benar dan sampailah kami keĀ Jembatan Akar Painan, wisata andalan Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Saat mendekatiĀ Jembatan Akar Painan, aku sangat terkesan. Karena usia jembatan sudah melebihi 100 tahun. Riri malahan takut menyeberang menuju ke Jembatan. Di bawah jembatan terdapat Sungai lalu sekitarnya terdapat emak-emak yang berjualan gorengan. Aku sempat melewati Jembatan tapi setengah saja aku sudah takut. Maklum phobia jembatan, rasanya takut kejebur ke bawah karena tidak bisa berenang. Di dalam jembatan ada papan kayu serta disampingnya ada besi penopang agar kayu kokoh.
"Mantap betul ya ki umur Jembatan akar ini lebih tua dari umur almarhum nenekku", kataku
Mendengar komenku itu Riski langsung ketawa. Riri sendiri tidak mau dekat-dekat ke jembatan akar. Baginya udah lihat Jembatan akar, udah puas dan udah gitu doang. Sementara aku walau setengah takut sok-sok an jalan ditengah jembatan. Tapi aku sebenarnya pengen mandi si Sungainya namun karena warna air sungai yang cokelat dan tidak bawa baju juga akhirnya cukup menikmati Jembatan akar saja. Niat betul ya kami ke Painan demi sebuah pohon dari jembatan?
Kalau kata Riski di India juga ada, namun aku tidak tahu. Tapi kerenan bisa mengunjungi pohon akar di negeri sendiri lah š

Kalau dilihat dari sejarah singkat pembuatan Jembatan akar ini untuk mempererat silaturahmi Dusun Puluik-Puluik dan Lubuk Silau dan menambah ilmu pendidikan terutama dibidang agama. Karena Kanagarian Puluik-puluik terdiri dari beberapa kampung. Kampung Lubuk Silau itu berseberangan dengan kampung Puluik dipisahkan dengan Sungai Batang Bayang. Eh siapa sangka menjadi wisata menarik untuk dikunjungi di Painan, Sumatera Barat.
Saat kedatangan kami di Jembatan Akar ada beberapa pengunjung yang datang. Sayang kami tidak berlama-lama di Jembatan Akar karena kami sudah tiba saja sudah puas. Nah pas pulang aku menyempatkan membeli gorengan di dekat Jembatan akar.
"Mak bakwan ciek, gorengan tolu", kataku
Akhirnya pulang dari Jembatan akar aku membawa gorengan pisang yang enak betul atau kata orang Minang “lamak bana”.
Senang rasanya bisa liburan dengan Riri dan Riski. Kalau kata Riski sih “Riri bahagia”. Aku juga bahagia, bahagia di bawa ke Pesisir Selatan yang mungkin kalau bukan karena Riski aku tidak ke Painan.

Salam
Winny
Ada batas maksimal orang yang naik di jembatan kah, Kak Winny?
Aku kok ngeri ya? Takut runtuh. Haha
ada kak maks 5 orang dari papan pengumumannya. emang aku juga takut runtuh saat di jembatan
Aku takut, Winny. Haha. Jujur banget ya. Painan jauh juga ya. Aku ke rumah kk ipar di sungaibtambang aja udah tobat rasanya. Hehe.
iya lumayan jauh kak, tapi di Painan banyak wisatanya
dulu waktu lihat foto jembatan akar yang unik ini langsung mesti kudu kesana … akhirnya kesampain juga .. menuntaskan kepenasaranan … memang unik dan keren jembatan ini
sama kak kami jauh-jauh dari Padang demi jembatan akar