Hello World!
Sabang, 28 Juli 2018
Sesampai di Pelabuhan Banda Aceh, aku dan adikku berpisah dengan Fazel, host kami di Banda Aceh. Fazel mengantarkan kami ke pelabuhan. Aku dan adikku membeli tiket kapal lambat di jam 12 siang seharga Rp54.000/2 orang. Kami cukup beruntung bisa menyeberang ke Sabang dengan kondisi cuaca tak menentu. Padahal sempat deg-degan juga apa bisa menyeberang ke Sabang atau tidak. Keinginan ke Sabang itu sampai ngebet banaget cuma karena penasaran dengan titik 0 km Sabang sekaligus berharap mendapatkan sertifikat 0 km Sabang.
Setelah tiket kami bayar kami langsung naik di dalam perahu. Saat di dalam perahu, aku dan adikku memilih di lantai paling atas dengan kondisi terbuka. Angin begitu kencang saat kami di dalam perahu. Dengan kapal cepat lama perjalanan dari Banda Aceh ke Sabang 2-3 jam, maka dengan kapal cepat hanya 1-1,5 jam. Sejujurnya aku bukan pejalan yang bisa berkompromi dengan laut. Aku anaknya mabuk laut, rasanya kalau di laut itu kepala oyong, serasa ada burung yang berputar-putar dikepala, seperti itulah kira-kira yang aku rasakan. Tapi aku mencoba menikmati perjalanan.

Di dalam perahu juga ada penjual makanan dan minuman. Adikku begitu menyukai pemandangan laut, bahkan dia yang paling semangat. Sementara aku lebih memilih untuk mencoba tidur.
"Kak, asi jop rohakku laut", kata Riski (Kak, kenapa aku suka laut)

Sekitar jam 3 sore kami sampai di pelabuhan Balohan, Sabang. Kami turun dari kapal dan langsung ditawar untuk menyewa sepeda motor. Ternyata menyewa sepeda motor itu mudah di Sabang. Kalau tidak mau menyewa motor, maka bisa menyewa mobil. Namun karena kami cuma berdua kami cukup menyewa motor saja.
Hasil riset dari penelusuran Om Google, harga sewa motor per hari itu biasanya Rp100.000. Namun hasil tawar jadinya dapat Rp90.000/24 jam. Lumayan buat beli bensin. Terus kami juga sempat mengisi bensin motor dengan harga Rp20.000.
Cara mengetahui ke Kota itu hanya bermodalkan petunjuk seadanya. Kami juga sempat bingung apakah harus tinggal di Kota atau di Iboih. Tapi akhirnya kami mencari penginapan di Kota.
Sekitar jam 4 sore kami sampai di Kota Sabang. Kemudian kami mencari penginapan on the spot. Akhirnya kami menginap di Hotel Kartika dengan biaya menginap semalam Rp250.000/2 orang. Karena kakak beradik aku sudah mempersiapkan kartu keluarga. Buat yang hendak menginapndi Sabang kalau bersama Muhrim sebaiknya membawa identitas seperti KK, karena kalau tidak harus menyewa dua kamar. Setelah mendapatkan tempat menginap di Sabang, kemudian kami menaruh barang kami.

Tempat pertama yang kami kunjungi di Sabang adalah 0 KM Sabang. Bahkan kami dari Kota Sabang langsung cus ke Galeri Kilometer Nol yang berada di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Padahal kalau lihat di peta itu jaraknya sekitar 1 jam an.
Tanpa pikir panjang kami menuju ke Titik 0 Km. Saat diperjalanan itu melewati jalan dengan pepohonan rindang, seperti melewati hutan-hutan. Jalanan sepi lagi, kami sempat ragu apakah jalan yang kami lalui benar adanya.
"Kak, naseram kan dalanna, kata Riski"

Kami tiba di Km 0 Sabang sekitar jam 5 sore. Ternyata sesampai di 0 KM Sabang, pengunjung lumayan banyak mengingat tidak ada satupun orang yang kami kunjungi ketika di jalan. Tidak perlu membayar tiket masuk kedalam Galleri 0 km. Sepanjang jalan menuju ke Galleri 0 km itu terdapat warung berjualan. Lalu ketika sampai di depan yang bertuliskan 0 km kami antri untuk photo.
"Kak, nausangka sampai au dison heheh", kata Riski
Bukan adikku saja yang tidak menyangka, aku juga tidak menyangka berada di 0 Km Indonesia. Rasanya itu bahagia sekali. Meski hanya galeri-galerian tapi rasanya kok menyenangkan.
Ada rasa bangga dan puas bisa menginjakkan kaki di KM 0 Sabang. Tidak sia-sia perjalanan 1 jam seperti kesetanan membawa motornya. Maksudnya adikku bawa motor itu kayak orang kesurupan saking ngebutnya.

Di kilometer 0 Indonesia ini memiliki Galleri jadi aku dan adikku langsung naik tangga. Pemandangan di atas itu begitu epik dan cakepnya kebangetan, padahal lagi mendung loh. Gak kebayang pas tidak mendung. Kebanyakan orang menunggu sunset di Kilometer 0 Indonesia tapi aku dan adikku lebih memilih menikmati suasana 0 km dan kami tidak menunggu matahari terbit.
"Wii najegesan kan ki?", kataku kepada adikku pas diatas Galeri 0 km
Aku sempat mengira kalau sertifikat 0 km itu mengurusnya di Galleri 0 km Sabang, ternyata bukan. Bahkan aku dan adikku mencari-cari kantor untuk mengurus sertifikat 0 km eh kok gak nemu ya. Malahan dapat sertifikat 0 Km Sabang itu di Kota Sabang dengan membayar Rp20.000. Maklum dulu pernah baca kalau mengunjungi kilometer 0 Indonesia di Sabang bakalan mendapatkan sertifikat. Tapi karena tidak ada tanda-tanda pengurusan sertifikat yasudahlah kami menikmati suasana kilometer 0 Indonesia yang membuat betah berlama-lama.

Setelah puas menikmati KM 0 Sabang, aku dan adikku sempat mampir di depan warung. Kami bersantai sejenak dengan makan rujak dan kelapa. Total pengeluaran makan di depan 0 km Sabang itu Rp38.000/ 2 orang. Tapi kata adikku sih rujaknya tidak terlalu enak.
Pas di warung ini, kami melihat kera liar yang mengambil sisa makanan bahkan piring bekas berisi sisa buah langsung diambil kera. Adikku sih parah karena tertawa melihat tingkah si kera sementara aku lebih prihatin karena kera-kera ini kelihatan lapar.
Setelah dari Galeri 0 km aku dan adikku lalu berjalan keluar. Eh tapi pas dipintu keluar, kami malah sempat berhenti didekat 0 km, karena begitu banyak motor parkir di tepi jalan. Ternyata yang kami lewati itu berupa jembatan panjang berwarna kuning melewati hutan. Jadilah kami trekking di hutan dadakan! Aku dan adikku melewati tangga terus kami mendapatkan pantai.
Seru melewati hutan ini! Untunglah mata kami jeli melihat motor yang parkir sehingga kami bisa menelusuri hutan ala-ala 0 km Sabang.
Kalau dipikir-pikir kami baru nyampe Sabang aja udah langsung ke 0 Km, bolang banget ya?

Rincian Biaya Pengeluaran Trip di Sabang
09:00-09:15 Perjalanan dari terminal bis Banda Aceh di Jl. Dr. Mohammad Hasan, Batoh
Banda Aceh ke Check Yukee dengan Grab Rp19.000
09:15-10:00 Makan pagi di Check Yukee Rp56.000/ 2 orang
10:00-11:00 ke Masjid Baiturrahman
11:00-12:00 ke Pelabuhan Ulee Iheue di Jalan Sabang, Ulee Lheue, Ulee Lheue, Meuraxa, Kota Banda Aceh diantar host CS Banda Aceh
12:00-14:00 Perjalanan Banda Aceh ke Sabang dengan kapal lambat dengan harga tiket penyebarangan Rp54.000/2 orang
14:00-15:00 Sewa motor di Pelabuhan Balohan Sabang Rp90.000/ 24 jam, isi bensin Rp20.000
15:00-16:00 Perjalanan Pelabuhan Balohan ke Kota Sabang, harga menginap di Hotel Kartika Rp250.000/2 orang
16:00-17:00 Perjalanan dari Sabang kota ke KM 0, makan rujak di km 0 Rp38.000/ 2 orang
17:00-18:00 Perjalanan dari KM 0 ke Kota Sabang. Ke Pantai Iboih. Makan Mie Aceh Rp20.000/ 2 orang
18:00-20:00 ke Penginapan
20:00-21:00 Makan Sate Gurita Rp55.000
Total Biaya pengeluaran di hari kedua Sabang dan Banda Aceh: Rp602.000/ 2 orang
Tempat wisata yang dikunjungi di Banda Aceh dan Sabang: Masjid Baiturrahman Banda Aceh, Km 0 Sabang, Pantai Iboih

Alamat Gallery 0 km
Salam
Winny
Tiketnya 54ribu itu buat 2 orang? Murah yaa
Aku baru tau ada kapal cepat dan lambat. Kapal yang aku naikin dulu ada fasilitas karokenya juga, Winny. Betul sejam-an sudah sampe. Aku sudah sampai nol kilometer tapi gak punya sertifikat sepertimu, hiks.
Nah, ini keren ada sertifikatnya. Boleh tuh setiap pemda yang punya landmark membuat sertifikat kunjungan seperti yang dikeluarkan kota Sabang ini. Bukittinggi dengan Jam Gadangnya sangat pantas meniru.
Cocok kak aku juga suka ide sertifikat ini misalnya di Bukittinggi
Wah udah bagus banget ya sekarang KM 0, aku ke situ 6 tahun lalu, belum ada bacaan KM 0 nya masih sederhana sekali dan belum ada Galeri nya juga, malahan ada binatang liar semacam babi hutan gitu dan buat aku kaget waktu itu hehehe. Syukurlah sekarang sudah diperbaharui dan diperindah, malah jadi kepengen ke sini lagi.
Karena udah ramai kali ya makanya jadi dibagusin
wah dapat sertifikatnya … kalau dipakai ngelamar kerja .. bakalan mudah diterima kerja kali ya 😀
bisa lamar ke kemenpar gk ya pak? hahah
pengurusan sertifikat paling gampang ya ke kantor dinas pariwisata setempat sih kak, atau di hari kerja.. kadang2 mereka ada di nol kilometer, kadang2 yaaaa…. begitulah 😀
kemaren ke Dinas Pariwisata tapi katanya udah pindah kak tempatnya
artinya harus balik lagi hihihihi
siap kak 😀