Trip ke Gili Air di Lombok bersama Sahabat


Friends are people who know you really well and like you anyway

By Greg Tamblyn

 

Hello World!

Lombok, Februari 2018

Sebut saja beruntung, karena aku memiliki teman yang luar biasa keren. Kerennya adalah ketika temanku Maulina dan Ayu tahu aku bisnis trip ke Mataram, langsung deh disamperin ke Mataram. Ayu dari Surabaya dan Maulina dari Jakarta. Mereka berdua langsung membeli tiket pesawat menyusulku ke Mataram. Sehingga terjadilah trip Lombok bersama sahabat. Memang kami sudah lama merencanakan perjalana ke Lombok, sewaktu kami bertiga masih sama-sama dalam satu perusahaan. Maulina yang duluan resign kemudian menyusul Ayu. Nah Ayu yang hapal banget Pulau Lombok dari ujung ke ujung mengajak kami ke Gili. Mau Gili mana terserah, baik itu Gili Air, Gili Nemo maupun Gili Trawangan. Karena aku sudah pernah ke Gili Trawangan akhirnya kami ingin mengunjungi Pulau Gili Air karena lebih dekat dengan Pelabuhan Bangsal. Untungnya temanku Maulina anaknya iyaan banget jadi mudah diajak.

Sebenarnya aku sudah pernah mengunjungi Pulau Lombok tahun 2010 bersama temanku Susanto, William dan Surya. Waktu itu kami travelling ke Gili Trawangan dari Bali, jadi ke Kota Mataram numpang lewat doang.

Alhamdulillah berselang 8 tahun punya kesempatan mengunjungi Pulau Lombok.

Malak

Selama di Mataram, Ayu yang bawa mobil. Tapi pas tujuan kami ke Gili Air, yang bawa mobil adalah teman Ayu sekaligus jadi tourguide kami bernama Yudhi. Yang lucu pas kami janjian jam 7 berangkat, tapi karena kecapean malah jam 9 pagi. Akhirnya kami telat ke Pulau Gili Airnya. Si Yudhi sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah 3 wanita pelor saat tidur hehe 😀

Berempat dengan mobil kami menuju ke Pelabuhan Bangsal (pelabuhan menuju Pulau Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan). Pemandangan dari Kota Mataram ke Pelabuhan Bangsal itu cakepnya kebangetan, kelapa dengan pepohonan hijau yang memanjakan mata meski jalanannya menanjak.

Gili Air, Lombok

Kami tiba di Pelabuhan Bangsal sekitar jam 10 siang. Pelabuhan Bangsal dari 8 tahun lalu aku kunjungi tidak begitu banyak perubahan, hanya tempat pembelian tiket penyeberangan kapal yang sudah ada sudah mirip kantorlah. Pelabuhannya pun tidak seperti Pelabuhan pada umumnya, berada di tepi Pantai dengan suatu ruangan dengan beberapa bangku. Untuk menuju ke salah satu Pulau baik itu Pulai Gili Air, Meno maupun Trawangan dari Pelabuhan Bangsal dengan interval waktu. Kapalnya adalah kapal kecil yang bermuatan 20 orang bersama masyarakat local. Jika tidak mau menunggu maka bisa menyewa perahu sekitar Rp200.000-300.000. Harga tiket ke Pulau Air dari Pelabuhan Bangsal cukup murah Rp12.000 saja + Rp3.000 uang masuk ke Pulau Gili Air. Dari ketiga Pulau Gili, maka Pulau yang paling jauh adalah Gili Trawangan dengan harga tiket penyeberangan kapal Rp14.000.

Yang jadi PR adalah cara ke Pelabuhan Bangsal karena jauh dari Kota Mataram, dari Senggigi saja sekitar 45 menit. Karena kami tidak mau repot, makanya kami naik mobil saja ke Pelabuhan Bangsal. Mobil diparkir seharian hanya Rp10.000 saja lalu kami menyeberangan ke Pulau Gili Air.

 

Saat di Pelabuhan Bangsal matahari begitu teriknya. Kami membeli tiket penyeraberang dengan kapal di loket kecil yang terbuat dari kayu. Disini kami menunggu hingga penumpang penuh. Maklum demi penghematan. Kalau mau kapal cepat ada namun harganya sesuai juga. Aku sempat beli rujak dong pas di Pelabuhan Bangsal. Sekitar 30 menit kami menunggu baru kami naik ke perahu.

Dalam perahu tak kalah serunya, bergabung dengan warga local. Ada sayur, makanan hingga ayam dalam kapal menuju ke Pulau Gili Air. Lama perjalanan dari Pelabuhan Bangsal ke Pulau Gili Air itu hanya sekitar 20-30 menit. Cukup singkat menurutku.

“Inang, itu dekat menyeberang ke Pulai Gili Air, paling 20 menit saja”.

Benar kata Ayu! Kalau lama aku kurang bisa karena aku mabuk laut!

Sesampai di Pulau Gili Air sekitar jam 12 siang. Kami berempat keluar dari perahu kecil dengan berlahan setelah perahu bersandar. Kami tidak ada tujuan sebenarnya, kami hanya ingin keliling Pulau Gili Air. Akhirnya kami dari Dermaga Gili Air, langsung jalan kaki memutari Pulau.  Kami sempat berpikir untuk menyewa Delman buat keliling Pulau Gili Air hingga bersepedaan tapi gak jadi. Alasannya klasik, “kemahalan”.

Aku sangat suka berjalan dengan teman-temanku meski panas. Karena aku melihat banyak hal, perumahan penduduk, jalanan yang rapi dan pepohonan, penginapan, warung, restaurant dan laut 🙂

Pas terik-teriknya disitu kami jalan, untung aku bawa kain tenun Lombok sehingga kami berjalan sambal bawa kain tenun untuk bertiga.

Lucu ya?

Setelah jalan kaki sekitar 1 jam barulah kami berhenti pada sebuah restaurant untuk minum kelapa. Pas berhenti di warung, kami berkenalan dengan Gadis asal Portugal yang jalan sendiri. Kami ajak ngobrol. Ayu dan Maulina dan Gadis Bule itu bertukar pikiran, sementara Yudhi asik main game dan aku asik main dengan cameraku.

Kami istirahat sekitar 30 menit.

Kalau kata Maulina, “Win, aku meleleh”.

Emang kocak temanku yang satu ini karena dia merasa dirinya adalah es krim.

Kami juga sempat mencari ayunan dengan tulisan “Gili Air”. Padahal 8 tahun lalu saat di Gili Trawangan belum ada tuh ayunan dengan tulisan “Gili Trawangan”. Tapi air luat di Pulau Air bergitu biru, dengan pasir putih bersih. Standar Pantai Indonesia itu memang nilai 10 🙂

Gili Air, Lombok

Saat ketemu ayunan dengan tulisan “Gili Air”, aku minta tolong diphotoin sama pengunjung. Sebelumnya aku memphotoin dia juga. Kapan lagi kami punya photo bersama-sama. Hingga akhirnya kami malanjutkan perjalanan untuk balik ke Mataram karena kami juga sudah lapar.

Pas saat jalan, tiba-tiba aku melihat tempat pijit dan aku pengen banget. Tapi karena lapar akhirnya gak jadi deh pijit-pijit di Gili Air. Padahal angan-anganku dipijit sambal melihat pemandangan laut nan luas.

Menurutku Pulau Gili Air cukup menarik untuk dikunjungi karena tidak terlalu turistik seperti Gili Trawangan, terus untuk jalan kaki keliling Pulau masih kondusif. Aku senang di Pulau Gili Air, tidak ada polusi.

Hanya saja karena kami disini sebentar saja sehingga tidak terlalu menikmati. Wajar, kami hendak mengejar ke Air Terjun meski tidak terkejar juga, sama kayak cinta, tak usah dikejar karena kalau gak jodoh juga gak akan dapat, meski sebesar apapaun mengejarnya. Kami tidak berjodoh dengan air terjun, hanya berjodoh dengan Pulau saja.

Gili Air

Pengalaman ke Pulau Gili Air menjadi pengalaman pertamaku jalan-jalan bareng temanku yang baik dan asik. Next nya kalau liburan ke Pulau Gili baik itu Gili Air, Meno maupun Trawangan harus menginap biar lebih menikmati.

PS: Kalau yang suka dengan sepi maka Gili Air cukup rekomended untuk liburan

Salam

Winny

 

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

13 thoughts on “Trip ke Gili Air di Lombok bersama Sahabat

  1. Kalo pas sunset cakep banget itu foto di ayunannyaa. Banyak bertebaran di instagram 😀

  2. aku menyusul ke lombok kak besok minggu 29 april, tapi ikut biro travel, jadi tujuan nya ngikut aja lah, soalnya gratisan, jadi tinggal leyeh leyeh saja, eee tau tau dah nyampe lombok, kayak kak winny

      1. bagus banget ya desa sade, masih alami dan disambut tarian tarian ala ala prajurit berperang, dan diajak keliling desa

  3. Ayunan berlambang Gili Air sangat menarik sekali ya, kalau biasanya banyak pantai yang bikin tulisan besar berjudul pantainya, tapi dengan ada nya konsep ayunan sebagai simbol pantai jadi kreatif aku rasa. Foto foto nya bagus kak winny

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: