Missing someone is not about how long it has been since you have seen them or the amount of time since you have talked…it is about that very moment when you are doing something and wishing they were there with you.
By Anonymous

Hello World!
Togean, 2017
Kita nanti akan melewati jembatan yang panjang bisa 1 km, begitulah penjelasan Pak Saiful kepada kami.
Setelah makan siang di Pulau Malenge kemudian perahu kami bersandar sebentar untuk menurunkan kami lalu melanjutkan perjalanannya menunggu kami di Pulau seberang. Kami berjalan kaki dari Desa Kadoda ke Pulau Papan, dengan sambutan warga yang merupakan suku Bajo. Suku Bajo adalah salah satu suku yang ada di Indonesia yang terkenal dengan pindah-pindah dan kemahirannya dalam melaut. Namun suku Bajo tidak senomaden seperti dahulu kala karena sudan banyak yang menetap di Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.
Selama jalan kaki ini banyak sekali yang bisa kami lihat di Desa Kadoda dan Pulau Papan, mulai dari bagaimana bocah-bocah bermain hingga ibu-ibu yang menjemur kerupuk di tepi laut. Penduduknya kelihatan sederhana namun terlihat jelas rona kebahagian di wajah mereka dan tidak pelit “senyum” ketika melihat kami.


Rumahnya pun tak kalah unik, kalau di Desa Kadoda rumahnya mini dengan halaman pasir pantai serta banyak tumbuhan namun pas di Pulau Papan rumahnya berada diatas laut. Karena sudah tahu betapa susahnya membangun rumah ditas laut yang terbuat dari kayu membuatku semakin bangga bisa menginjakkan kaki di Kepualaun Togean.
Yang lucu ketika kami mencari-cari jembatan panjang. Bayangkan saja, sepanjang perjalanan kami sempat penasaran dimana jembatan panjang yang si Bapak katakan karena perjalanan Desa Kadoda benar-benar membuat kami puas melihat pasir putih dengan warna lautnya yang biru.
Dimana ini jembatan panjang?, begitu bertanyaanku sepanjang jalan

Akhirnya kamipun berjalan hingga menemukan jembatan panjang itu. Jembaatan panjang itu ada di ujung Desa Kadoda. Sejauh mata memandangan dengan penghubung “jembatan”!
Jembatannya pun cukup bagus dan membuatku kagum dengan Insinyur yang mampu membuat jembatan diatas laut.
Pengalaman pertama melewati jembatan panjang dengan sejauh mata memandangan adalah laut dan karang indah serta ikan warna-warni!
Dan jembatannya benar-benar panjang 😀
Yah paling tidak, jembatan ini menjadi penghubung dua Desa dan mempermudah transportasi masyarakat sekitar baik dari Pulau Papan ke Desa Kadoda. Melewati jembatan ini lah letak keseruan kami ketika berada di Taman Nasional Kepualaun Togean dengan pemandangan yang tak biasa. Bahkan terumbu karang terlihat jelas saking jernihnya air yang ada. Di jembatan ini pulalah si Bobby menyalakan mainnya, berupa drone sambil kami bergaya tidur-tiduran di kayu jembatan seolah tanpa beban.
Kapan lagi tiduran di atas kayu dengan melambai-lambai kepada drone seperti bocah?
Cuma bisa di Togean tentunya 😉

Kemenarikan lainnya di Pulau Papan adalah puncak yang berupa karang dinamakan Puncak Batu Karang. Letak Puncak Batu Karang ini persis ditengah Desa sehingga terlihat jelas pemandangan Desa Papan serta jembatan panjang yang kami lalui. Untuk naik ke Batu Karang pun harus melalui jalanan yang menanjak namun cukup mudah dan sampai di Puncak itu usaha naik keatas sesuai dengan yang didapatkan pas di Puncak.
Keindahan sebuah Pulau dari atas! Walau aslinya aku takut ketinggian loh! Tapi demi Pulau Papan, aku rela menahan ketakutan akan ketinggian.
Di Puncak Batu Karang itu jugalah satu-satunya tempat untuk mencari signal telepon. Karena memang jika ingin mengunjungi Kawasan Nasional Togean, maka siap-siap berpisah dengan gadget dan komunikasi via telepone karena jaringan yang masih minim. Itupun dapat signal di Pulau Papan sudah menjadi Anugrah yang tebesar. Namun entah mengapa aku merasa disitu letak menariknya Pulau Togean, sejenak melupakan dunia yang tak ada habisnya.
Good bye internet!
Ternyata yah aku bisa hidup loh tanpa internet, tanpa main handphone dan tanpa komunikasi selama di Togean dan rasanya cukup menyenangkan 🙂
Benar-benar menikmati liburan.
Pulau Papan
Di Puncak Batu Karang juga lah yang membuatku senyum-senyum tak karuan ketika melihat penduduk lokal mencari sinyal sampai ke bukit demi menghubungi kekasih hatinya.
Untungnya saat manjat-manjat ke Bukit, aku ditemani Vely dan Wira sehinga tidak merasa sendiri. Puncak Batu Karang di Pulau Papan inilah menjadi tempat kesukaanku, suka dengan pemandangannya yang kece sekalii!

Tak hanya itu, di Pulau Papan aku juga belajar bagaimana untuk hidup bersyukur. Bersyukur atas segala nikmati Tuhan kepadaku dan bersyukur betapa alam Indonesia sangat indah.
Masyarakat lokal Pulau Papan dan Desa Kadoda sangat ramah kepada wisatawan, kami yang numpang lewat saja diberikan senyum tulus mereka. Padahal cuma jalan doang tapi serasa dekat dengan warga sekitar. Sampai-sampai ada momen dimana aku berkumpul dengan ibu-ibu yang kebetulan sedang berkumpul dan duduk santai di atas rumput kemudian kami berphoto bersama. Memang salah satu yang aku suka dari jalan-jalan itu adalah berbaur dengan warga lokal.
Tidak sampai disitu, ketika kami lewat ada sebuah keluarga yang melihat kami dari pintu rumahnya.
Ah disini aku ingin memberikan buku-buku kepada mereka atau majalah yang bermanfaat. Mainan anak-anak ini bukan gadget seperti anak kecil di Kota tapi mainan mereka adalah alam.
Mungkin di lain kesempatan aku harus kembali lagi ke Pulau Togean dengan membawa buku-buku yang bermanfaat bagi anak-anak Desa Kadoda 🙂

Selain keliling Desa Kadoda dan Pulau Papan dan olah raga dengan jalan kaki melewati jembatan panjang 1 km, banyak hal menarik yang bisa dilakukan di Pulau Papan diantaranya snorkeling, hingga bermain pasir.
Kami sendiri yang awalnya hendak snorkeling di Pulau Papan, harus mengurungkan niat karena kami lebih memilih berbicara dengan warga lokal. Bercerita dan sekedar menikmati bagaimana keseharian warga Pulau Papan, Kepulauan Togean. Menurutku cara seperti ini lebih mengasikkan ketika jalan-jalan sehingga benar-benar liburan.



Jadi jika ingin jalan-jalan antimaintream dan ingin hilang sejenak dari kejemuan akan moninitas alias rutinitas maka tak ada salahnya mengunjungi Togean dan coba deh uji ketahanan fisikmu dengan jalan kaki melewati jembatan 1 km yang menghubungkan Pulau Papan dan Desa Kadoda!
Hayoo siapa yang butuh vitamin sea? hhihihihih
Salam
Winny
Win, akuu mauuu
yuk kak kesana no signal sehingga liburannya liburan banget
Wauw vitamin sea benar2 menggoda Win..
photonya padahal gak diedit kak tapi benar benar cakep Togean
Togean benar-benar indah sekali. Tidak hanya lautnya yang berair jernih sehingga sampai terlihat batu karang, juga penduduknya yang ramah. Semoga pulau Togean terjaga kelestariannya sampai kapanpun. Air lautnya tetap bening walaupun di datangi ratusan atau ribuan turis setiap bulannya. Keren banget win
iya kak padahal photonya gak aku edit kak tapi tetap cakep, karena standar laut disana emang indah kak
hihihi kok aku ngakak pas bagian manjat2 nyari sinyal 😀
saking gak ada signal disana Dit
Another indonesia beauty. Rasanya pasti seneng kalo bisa memberi balik sama mereka mbak, kaya buku2 seperti idemu. Pasti akan menambah kesan yg tak terlupa. Aku juga butuh vit sea mbak ngomong2 😆
iya pengen balik kesana lagi, seru soalnya
Wah, pnjangnya jembatan, 1 km. Pasti butuh vitamin tu jln kaki sjauh itu.
Bnyak pesona yg didapatkan saat liburan memang, mulai dari bntang alamnya hingga berbaur dg warga lokal dg sgla tradisinya.
Seru bnget ya Win, seolah tak hbis utk dikisahkan.
iya kalau ada kesempatan pengen ke togean lagi
banyak sekali tempat menarik untuk dijelajahi disana .. keren
memang kalau liburan sesekali mending tidak ada hp atau internet … biar full berinteraksi dengan alam dan teman seperjalanan, masa sudah jauhh2 .. ehh malah sibuk berinteraksi dengan teman yg gadget 😀
harus kesana kak
Indah banget ya, padahal ga jauh di kampung gw. Cuma belum kesampaian kesana
disana dijamin puas kak
pulau papan memang destinasi wisata yang keren..
saya suaka liburan di sini
saya juga 🙂