Mengejar waktu di Naqsh-e Jahan Square Isfahan


“Just pick a goal, a goal you truly want to achieve, and take a clear-eyed look at your weaknesses–not so you’ll feel less confident, but so you can determine exactly what you need to work on. Then get to work. Celebrate small successes. Analyze your weaknesses. Keep going. As you gain skill, you’ll also gain a feeling of genuine confidence, one that can never be taken away-because you’ve earned it.”

(By Unknown)

isfahan-square
Hello World
Isfahan, September 2016
Dari Vank Catedral, aku dan Mbak Ninik berjalanan kaki kembali ke Si o Seh Pol Bridge setelah mengucapkan perpisahan dengan seorang anak dan ayahnya yang kami jumpai di tempat jus. Bapak anak itu sangat ramah kepada kami dan mengajak berphoto selfie dengan kami. Tujuan wisata kami selanjutnya ke Imam Square atau sering disebut Naqsh-e Jahan Square Isfahan, wisata cukup populer di Isfahan Iran. Dari peta offline, untuk menuju ke Imam Square kami harus kembali berjalan ke tempat semula “Si o Seh Pol Bridge”, artinya kami sudah berjalan 5 km lengkap dengan terik matahari seakan berada di atas kepala. Sewaktu jalan kaki ada kalanya aku dan Mbak Ninik salah jalan sehingga kami akan menanyakan arah ke warga lokal, paling tidak itulah rahasia kami melakukan perjalanan di Iran walau tanpa tourguide. Sewaktu kami berjalan menuju Si o Seh Pol Bridge, seorang pria Iran menyapa kami dan langsung menyeletuk “are you Chin?”, terus aku langsung mengatakan “Indonesi”. Maklum pertanyaan apakah kamu China itu merupakan pertanyaan yang sering aku dengar selama berada di Iran sampai hapal cara pengucapannya. Orang Iran tidak familiar dengan kata INDONESIA lebih familiar dengan kata INDONESI! Saking ramahnya orang Iran, jangan heran akan disapa dari mana walau itu sedang berjalan. Padahal yah mukaku gak jauh bedalah dengan cewek Iran, bedanya dihidung saja, hidungku pesek dan kulit tidak terlalu putih. Eh ketahuan deh kalau orang asing, padahal udah berharap dikira cewek Persia. Ternyata muka Batakku tidak bisa menipu orang Iran wkwkwkkw 😀

bazaar-isfahan
“Win, nanti kita cari makan di Imam Square ya,” kata Mbak Ninik. “Iya Mbak, aku lapar sekali, kita di negeri orang kemana-mana jalan kaki”, kataku dengan wajah memelas. “Pokoknya nyari nasi, bosan makan roti”!

Sayangnya di sepanjang jalan kami tidak menemukan restoran yang menyediakan nasi, paling tidak sepanjang perjalanan kami dari Si o Seh Pol Bridge menuju ke Imam Square. Walaupun ada restaurant di tengah jalan kami takut masuk karena takut di harga walau aromanya menggoda. Akhirnya setelah berjalan kaki lumayan jauh barulah kami sampai di tempat semula, jembatan kece ala Persia kemudian kami mencari bus ke Imam Square (میدان امام).

natural-history-museum
Bagai dua orang linglung, aku dan Mbak Ninik mengikuti intuisi arah ke Imam Square yang pasti sebelum Si o Seh Pol Bridge. Kami juga sempat mempelajari destinasi bus walau kami tidak mengerti, ujung-ujungnya kami tanya pak bus saja apakah melewati Imam Square. “Sir Imam Square?” gitu aja kami bilang terus Pak Supir pun membukakan pintu. Asli seperti anak hilang!
Sesampai di tujuan, Pak Supir bus menunjuka arah untuk kami berjalan kaki karena memang tidak ada bus yang melewatinya. Aku dan Mbak Ninik pun berjalan ke Imam Square melewati taman luas, pepohonan hingga Bazaar.shah-square-isfahan

isfahan-bazaar
Bazaar yang ada di area Imam Square sangat menarik ada penjual souvenir, tempat makan hingga jualan karpet. Mbak NINIK sempat belanja permen khas Isfahan di Bazaar Imam Square. Yah wajar, area Imam Square memang daerah turis banget, sehingga di Imam Square kami dapat menemukan turis luar juga. Akhirnya kami tidak sendiri!!
Sesampai di Naqsh-e Jahan Square, areanya sangat luas dan lengkap, ada taman, ada masjid bahkan bazar! Aku dan Mbak Ninik akhirnya memutuskan makan di dalam Bazaar itupun hasil rekomendasi dari seorang cowok Iran yang kami temui di Naqsh-e Jahan Square. Dia membawa kami melewati pasar kemudian mengarahkan ke sebuah restaurant dalam pasar, walau akhirnya kami menyerah karena tidak menemukan nasi.
Aku memesan makanan Iran yang aku lupa namanya tapi pastinya tidak enak sama sekali!! Ahhh aku salah pilih makanan, berbeda dengan makanan Mbak Ninik yang rasasanya masuk akal, punyaku tidak enak,aneh dan harganyapun 80,000 Rial, duh nyesek didada!!

restaurant-in-esfahan

iranian-food
Setelah makan barulah aku dan Mbak Ninik berjalan kearah Masjid dan kami menyempatkan sholat zuhur hingga akhirnya kami bertemu dengan ibu-ibu Iran yang bersantai ria. Kami diajak makan kuaci bersama ibu-ibu yang sedang piknik. Akhirnya aku dan Mbak Ninik ikutan piknik deh dengan ibu-ibu Persia. Kalau tidak jam tayang, mungkin bisa diajak ke rumahnya kali. Itulah kerennya orang Iran, sangat menjamu tamu.
Akhirnya aku dan Mbak Ninik permisi dengan ibu-ibu Pesia karena waktu kami tinggal 2 jam lagi dan kami hendak ke Aliqapu, masih didalam kompleks Naqsh-e Jahan Square. Di depan Aliqapu kami harus membayar tiket masuk kedalam Aliqapu seharga 20,000 Rial namun sayangnya Aliqapu renovasi.

ali-qapu-palace
Jujur menurutku tidak begitu menarik Aliqapu karena hanya bisa melihat Imam Square dari atas, dan lumayan Indah untuk berburu photo selebihnya biasa saja walau tempat ini begitu bersejarah dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Habis aku pelit sih!
Masuk di dalam Ali Qapu pemandangannya kece sayangnya karena renovasi sehingga tidak begitu kondusif untuk dikunjungi. Akhirnya aku dan Mbak Ninik hanya 30 menit saja di Aliqapu padahal Istana loh.

naqsh-e-jahan-square
Berjalanlah kami berdua meninggalkan area Naqsh-e Jahan Square tapi kami juga sempatin dong melihat pernak Pernik Persia. Di Imam square aku hanya membeli gantungan kunci satu biji saja sebagai kenang-kenangan pernah ke Iran, habisnya harganya tidak begitu ramah untuk kantongku terus pejalan kere 😀

shah-square
Setelah puas mencari oleh-oleh di kawasan Naqsh-e Jahan Square, barulah kami mencari taxi, andalan kami ketika hendak menuju ke hostel. Untungnya taxi kuning yang kami pesan mau berhenti di hostel untuk mengambil tas kami baru menuju terminal bus Kaveh, saatnya ke Tehran karena jam 3 malam penerbangan ke Istanbul.

isfahan

isfahan-square-persia

isfahan-square-iran

imam-square

Jam 5 sore sampai di Kaveh terminal bus Isfahan, hmmmm sampai jam berapa kira-kira ya di Tehran dengan bus?
Salam
Winny

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

39 thoughts on “Mengejar waktu di Naqsh-e Jahan Square Isfahan

  1. Wuih, menjelajahnya lengkap banget Win. Kagum dengan kecintaanmu jalan-jalan dan baca ceritanya kayak ngerasain gimana itu di sana rasanya

  2. Ternyata di iran sulit dapat nasi ha ha ha….. Klau aku gak bakalan kuat nggak makan nasi. Apalagi suruh jalan jauh. Makanya saya gak cocok jadi traveler.

  3. Iran itu Persia dulu bukan sih Win? Saya malah tertarik dengan bentuk atap di rumah makan itu, haha, keren banget lengkungnya. Tapi kalau nggak makan bisa nggak, haha. Habisnya kalau rasanya nggak biasa di lidah kita kan jadi tidak menikmati ya, mana mahal lagi. Ngomong-ngomong dirimu sudah ada kartu nama yaa… itu bikinnya di mana Win? Info info dong, pengin bikin juga nih, hehe.

  4. Sayang ya istana lagi renovasi, kayaknya cakeplah isinya. Beneran susah ya cari nasi disana win?eh, kartu namanya pesen dimana win? Lucu ya

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: