Very little is needed to make a happy life; it is all within yourself, in your way of thinking
By Marcus Aurelius

Hello World
Makassar, 28 Desember 2016
Pagi jam 6 sore, kami telah sampai di Maros dan agak lewat dari pasar Maros dan kami tidak ada ide harus turun dimana hingga kami turun di masjid perumahan Greenvile Maros. Sambil sholat subuh dan menunggu mentari sejenak di masjid hingga akhirnya kami memutuskan untuk naik angkutan umum ke Ramang-Ramang. Angkutan umum dari tempat kami beranjak ke simpang gang Bosowa Rp8000/orang. Di depan simpang Bosowa kami melihat ada warung yang menyediakan nasi kuning dan kue, alhasil kami sarapan di warung kecil itu untuk mengisi perut. Harga seporsi nasi kuning dengan kue 1 buah itu Rp9000 saja. Terus kami bertanya dimana letak RAMANG-RAMANG itu. Ternyata hamparan Karst di depan mata itu merupaan ramang-ramang yang menjadi salah satu wisata andalan Makassar. Nama Ramang-Ramang sendiri adalah nama sebuah desa di Maros dan turunnya di pertigaan ke arah semen Bosowa.
Jam 8 barulah kami memulai jalan terus kami berjalan hingga ada belokan yang menuju ke Desa. Di belokan itu ada tulisan “arah ke Karst Ramang-Ramang” melewati satu gang. Awalnya kak Indri penasaran dimana letak sungai yang harusnya katanya tempat mengambi perahu hingga kami melewati perswahan dan pedesaan. Walau masih jam 8 pagi tapi lumayan panas dan feeling kami itu kami salah jalan deh walau sudah jelas-jelas ada petunjuk arah karena perjalanan kami hampir 1 jam jalan kaki tapi belum nemu-nemu yang namanya tempat perahu.
Bayangkan jalan 1 jam!
Untungnya pemandangan di depan kami itu menakjubkan sekali lengkap dengan sawah, refleksi objek yang kami lihat terpantul di air serta himpunan karst di depan mata. Pegunungan batu dengan pohon hijaunya asli membuat kami jalan 1 jam tidak terasa walau keringat tidak bohong sih!
Hingga akhirnya setelah beberapa kali bertanya kami sampai kesebuah warung tempat untuk menyewa perahu. Untuk sampai ke Dusun Berua tempat hamparan karst dengan persawahannya dan Goanya maka harus menyewa perahu kecil yang bisa muat 5 orang. Harga sewa perahu seharian di Ramang-Ramang Rp250.000 dengan tujuan Dusun Berua serta Telaga Bidadari katanya.
Aku sendiri gak yakin apakah Ramang-ramang yang aku lihat di photo temanku sama dengan Ramang-Ramang yang aku lihat di depan mata. Jujur saja aku agak kurang antusias dengan pegunungan batu di Ramang-Ramang, maklum sebagai pekerja di pabrik semen dan sudah pernah terbiasa melihat batu kapur ketika melihat pegunungan kapur jadi “biasa”.
Cuma untuk naik perahunya sambil melihat pedesaannya asik deh.
Akhirnya sampai jam 10 barulah kami sampai di Dermaga walau penuh dengan usaha jalan kaki ye. Terus kami menyewa perahu seharian dan dimulailah perjalanan kami ke Dusun Berua Desa Ramang-Ramang. Mengitari sungai di Ramang-ramang dengan perahu jadi teringat pengalaman kano di Ujung Kulon. Bedanya kalau di Ujung Kolon Kanoing di Sungai Cigenter pake alat nah di Ramang-ramang tinggal naik diperahu motor kecil terus jalan deh. Awalnya agak takut masuk ke dalam perahu maklum tanpa safety jacket terus aku tidak bisa berenang lagi. Untungnya sepanjang perjalanan pemandangan karst dan bebatuan Indah sekali hingga kami sampai di Dusun Berua Ramang-Ramang. Di depan loket kak Indri membayar Rp7500/3 orang.
Untuk wisata di Dusun Berua berupa Goa lengkap dengan satu telapak tangan manusia purba, mata air, hingga pedesaannya. Sebenarnya ada beberapa gua di Dusun Berua tapi kami hanya melihat satu dengan Telapak Tangan tapi Goa nya menurutku kecil ya. Sepertinya yang aku cari bukan di Ramang-ramang karena penasaran dengan cap tangan yang banyak.

Nah pas mencari Goa dengan telapak tangan kami sempat bingung dimana lokasinya secara yang kami lihat adalah hamparan bersawahan dengan latar belakang pegunungan hingga kami bertemu kakek yang mau membawa kami melewati jalanan setapak yang becek dengan nuaasa alami seperti kupu-kupu terbang. Kak Indri paling antusias melihat Goa walau menurutku bukan seperti Goa karena lubang ke dalam Goanya sempit tidak bisa dimasukin hanya bisa lihat susunan luarnya saja. Hingga akhirnya kami memutuskan perjalanan dengan tanpa ada ide apa yang ada di Dusun Berua.

Menapaki perjalanan sawah akhirnya sang kakek dan kami berpisah dilanjutkan dengan bapak seumur baya menemani kami ke mata air dengan jalanan yang tak kalah hebohnya menapaki jembatan dari bambu langsung dibawahnya air. Untungnya ada kedai tempat kami minum sambil menikmati hamparan karst!. Warung ini berada di atas batu kapur, nikmat sekali menikmati waktu di Berua hingga akhirnya kami memutuskan ke Telaga Bidadari.

Naik perahu lagi ke Telaga Bidadari kami membayar tiket masuk lagi seharga Rp5000/3 orang. Pas hendak ke Telaga jalannya menanjak bebatuan sesekali melewati goa terus pas hujan eh melewati air basah pas sampai ternyata telaga yang dilihat hanya berupa telaga biasa! Buatku sih agak zonk yak ke Ramang-ramang tapi buat kak Indri karena penyuka pegunungan dan batu jadi si kakak sangat enjoy!
Nah pas pulang dari Berua dan Telaga Bidadari sampai ke jembatan yang bukan awal kami jumpai ternyata pemandangannya sungguh menakjubkan apalagi bebatuan besar di sungai. Nah hingga jam 1 kami kembali ke Dermaga. Nah aku pun melanjutkan perjalanan ke Leang-leang padahal sisa uang di tangan itu Rp2000 saja dan ATM jauh di Maros!

Trip Maros, 28 Desember 2015
06:00 – 07:00 Poros Moros simpang semen Bosowa angkot dari perumahan Greenrevile Maros
07:00 – 08:00 makan nasi kuning ama kue di gang Bosowa
09:00 – 10:00 jalan kaki dari simpang Ramang-ramang sampai ke Danau sekitar 1 jam jalan kaki melihat pedesaran dan gunung kapur
10:00 – 12:00 jelajah Ramang-ramang dengan menyewa perahu, jalan ke Goa dan warung ke mata air
12:00 – 13.00 ke Telaga Bidadari
13:00 – 14:00 menumpang sampai Maros karena uang tinggal Rp1000, pas hujan, terus naik angkot ke ATM BRI terus langsung ke Leang-leang, lihat kambing masuk di dalam angkot, nebeng motor ke dalam leang-leang pulangnya juga nebeng sampai ke Bantimurung
14:00 – 15:00 Leang-leang, melihat telapak tangan dan menyewa tourguide
15:00 – 16:00 Bantimurung melihta kupu-kupu dan air terjun
16:00 – 17:00 simpang Bantimurung nebeng motor terus ke Maros terus ke Bandara
17:00 – 17:30 Maros – Bandara sempat singgah makan Konro
17:30 – 18:00 sop konro ke Bandara, jalan kaki, nebeng terus jalan kaki terus nebeng hingga sampai ke Bandara
18:00 – 18: 30 minum di Dunkin
18:30 – 20:00 pesawat Lion delay 30 menit
20:00 – 22:00 Makassar-Jakarta

Rincian biaya pengeluaran Hari kedua Makassar
Angkot Maros ke simpang Bosowa Rp10.000/3 orang
Makan nasi kuning Rp9000/ orang
Sewa perahu di Ramang-ramang Rp250.000/ 3 orang
Tiket musuk ke Desa Ramang-ramang Rp 2500/ orang
Tourguide untuk 2 orang Rp 20.000/ 3 orang
Minum kopi di warung Rp6000
Tiket masuk Danau Bidadari Rp5000/ 3 orang
Tourguide Bidadari Rp5000/ 3 orang
Tiket masuk Leang-leang Rp 10.000
Tourguide Leang-leang Rp10.000
Tiket masuk Bantimurang Rp 25.000
Angkot Bantimurung – Maros Rp12000
Makan sop Konro Rp18000
Angkot ke Bandara dari warung sop Rp7000
Angkot ke Bandara Rp5000
Dunkin hot coklate Rp28500
Tujuan wisata Makassar hari kedua : Ramang-ramang, Leang-leang dan Taman Nasional Bantimurung
Salam
Winny
Iiih masih alami hijau semua kontras sama tebing tebing yang hitam cantiiiik…
kalau gk salah karst terbesar kedua kak di asia apa dunia ya
Waaah thx infonya enak tempatnya sepi gitu..
suatu saat harus kesana kak 😀
salah satu tujuan utama ke Makassar tu ke sini huhuhu tapi entah kapan nih ya
beli Rinta kayak aku kmren dadakan langsung beli cus
wah wah… seru yah lihat lansekap dan menjulangnya hijau yang menabrak langit … keren sekali…. tour guidenya terlihat lelah… tapi ingin sekali diajak ngobrol. Ternyata kalau terbiasa bekerja di area semen, lantas jadi biasa yah melihat karst? hehe, beda sekali dengan kita2 yang terbiasa lihat gedung kota yah. Tapi asik banget.. banyak spot foto asik ternyata… aku kalau sudah harus naik parahu, suka phobia sendiri, soalnya takut nyebur dan gak bisa renang… hihi.. seneng membaca perjalanannya dari jauh sini… ^^v
aku juga takut soalnya gak bisa berenang 😀
tourguide kami itu kakek yang jadi tourguide dadakan
Kakeknya pasti senang bercerita yah? hihi.. Biasanya mereka mendongeng.. *ngarep… Sama ternyata gak bisa renang. Salut ama nyalinya pergi ke telaga telaga 🙂 seru..
kakeknya kurang bisa bahasa Indonesia kak kadang agak bingung artiinnya
Hallo salam kenal 🙂 aku panggil Winny aja kah? Senangnyaa liat blog ini isinya jalan2 terus, fotonya bikin seger mata dgn pemandangan indah2 🙂
hi rahma salam kenal juga makasih sudah mampir ya 🙂
Panggil aku Fenti aja yaa 🙂
siap fenti 🙂
Ramang-Ramang bagus ya Win. Memang yang berkesan naik perahunya itu, hehehe.
kalau jujur lebih suka ama leang-leang zilko
lihat foto terakhirnya…. jadi inget lembah harau
iya bg mirip
Travelling mmg bikin terapi segalanya. Terapi mata dan terapi hati. 😀
betul kak tos
Kirain itu bukan tour guide mba Win hihihi 😀
tourguide dadakan baik hati
tour guide nya subhanallah
masih segar buagar kan ya kak
Wah ini dekat kampung halamn bapakku…
kampungmu indah loh
Kalo aku, walau dari kampung, tinggal di kampung, tetap aja merasa adem melihat pemnadangan wisata Ramang-ramang ini Win *emak-emak jarang jalan 😦 *
gak apa kak aku juga dari kampung 😀
Ramang-ramang ini sudah banyak juga di tulis oleh blogger ya. Cakep tempatnya.
iya bang alris tempat terkenal di makassar
Naksir banget ke Ramang-ramang nya Win, info durasi jalan kakinya jadi pertimbangan berharga nih.
adem kan ya kak, mending nyewa mobil atau naik motor kak
ga sabar mulai travelling sendiri juga 😀
mari lakukan fira 🙂
Kayak desa-desa d film cina gtu ya.. D kelilingi bukit bebatuan gtu.. Batu kars nya juga cakep..
iya kak ade mirip yang di guilin china
cantik sekali ya, ngiler pengen ke sana, apalagi kalo bisa lihat pedesaan dari perahu yang hijau itu… wah….#ngelamun
pas pulkam boleh dicoba kak
Aduh mupengggg!
Foto yg paling bawah itu menggoda sekaliii
aku masih penasaran ama gunung jamur loh dyah
Hayuk ke Gresik lagi
belum ada kabr kesana
Kan ada aku di sini 😛
ditunggu puji hehhehe 😀
Puji?
sorry typo suji 😀
-,-”
hehhhe sorry beb
ayaa menggoda banget, bagus banget tempatnya.
kapan aku bisa kesitu.
amin pasti bisa mas
Mirip Ngarai Sianok ya?
iya arie mirip
Yaaaa ampun, kasihan banget sech mesti jalan kaki 1 jam hahahaha
hahha itu lah kak cumi
Khas banget, kalo ke blognya Winny pasti banyak nulis destinasi wilayah Timur *dan aku mupeng* :3
masih penasaran yang paling timur om
belom sempet ke sini hiks
semoga nanti bisa kesana ya
ramang ramang memang bikin penasaran .. sampe rela bersusah susah ..
.. telaga bidadari .. koq tidak se-endang yang dikatakan bu endang ya …
hahha emang bu endang bilang apa
Terima kasih sist. Winny dg. info pengalaman trip wisata Ramang2nya nini desa dari Sleman- Yogyakarta dan aki Belgia jadi ingin juga kesana segera…foto2nya amat berkesan.
Warna2nya gak nahan. Bawaannya pengen langsung kesana.. nabung dulu ah biar bisa kesana. Makasih banyak informasinya. Oh iya kalau sekarang atau tahun depan biayanya udah Naik mungkin ya?