But meanwhile time flies; it flies never to be regained.
Virgil

Hello World
Tana Toraja, 26 Desember 2015
Jam menunjukkan jam 7 pagi ketika kami sampai di Rantepao, tempat dimana awal kami untuk menjelajah objek wisata Tana Toraja yang terkenal dengan Tongkonan dan kuburan. Kuburan di Toraja bukan sembarang kuburan biasa melainkan kuburan yang telah melalui rangkaian upacara adat pemakanan yang disebut Rambu Solo atau bisa juga berupa makan gua yang terletak di tebing tinggi ataupun bebatuan. Memang tak salah adat menguburkan di Toraja merupakan salah satu yang paling unik di dunia.
Dari pemberhentian bus kharisma, awalnya aku, kak Indri dan Lukman hendak naik becak ke Lapangan Bahkti, rumah kak Olive. Sayangnya si tukang becak malah meminta Rp30.000 padahal kata kak Olive paling Rp5000, nah karena udah tahu harga jadi males dong ya menawar walau pada akhirnya si pak tukang Becak nawarin Rp10000 saja. Untungnya kak Indri dan Lukman bersedia jalan kaki dengan bantuan google maps. Eh ternyata pilihan kami benar jalan kaki hanya 10 menit saja, dekat! Sayang sekali si bapak becak tidak bersedia mengantar kami dengan harga biasanya. Tapi yasudahlah belum rezekinya.
Sesampai di rumah kak Olive, kami disambut hangat seperti saudara, terus kak Olive malah repot menyediakan makanan khas Toraja yang aku lupa nama makannya terus sempat menyicipi kopi Toraja yang terkenal. Nikmatnya 😀

Di rumah kak Olive, kami sarapan, mandi dan bercerita sayangnya di perjalanan kami kak Olive tidak bisa ikut membolang wisata Toraja dengan kami karena kak Olive jadi panitia reuni SMA tapi kak Olive memberikan saran objek wisata utama yang bisa kami kunjungi di hari pertama di Tana Toraja yaitu Desa Adat Toraja “Ke’te kesu” untuk melihat Tongkonan, rumah adat tradisional Tana Toraja dengan khasnya kepala kerbau di depan rumah adat, terus kami bisa ke Londa kuburan di dalam Gua serta Lemo yang juga merupakan kuburan di dalam tebing. Objek wisata yang terdekat dari Rabtepao itu duluan ialah Desa Kete Kesu kemudian Londa terus Lemo, tapi karena ada acara di Londa berupa penguburan sehingga kami memulai perjalanan ke Londa duluan dimana letak Londa sebenarnya ditengan. Tapi karena mengejar acara penguburan adat jam 10 maka kami memutuskan ke Londa duluan, walau kami memulai perjalanan jam 9.30 pagi.

Dari lapangan Bahkti kami berjalan ke simpang untuk mengambil angkot ke Londa. Lucunya angkot alias angkutan umum di Tana Toraja berupa mobil Pribadi baik Avanza, Toyota dan sejenisnya dijadikan angkuran umum dengan harga Rp5000 jarak dekat dan jarak jaug bisa Rp10.000-20.000. Pas melambaikan tangan ke mobil Pribadi itu lucu sekali soalnya mobil Pribadi berupa angkot bok! Oh ya perhatikan warna kuning di plakat mobilnya karena biasanya yang kuning berupa angkutan umum dan stop in saja pasti berhenti. Nah dengan mobil Pribadi itulah kami ke Londa, Ingat mobilnya yang kearah Makale dan turun di Londa, karena Situs pemakaman goa Londa berlokasi di perbatasan antara daerah Makale dan Rantepao, tinggal bilang ke supir “pak turun di Londa” dan kamipun diturunkan di gang dengan tulisan pudar “selamat datang di objek wisata Londa”.Kalau kata kak Olive jalan 15 menit saja mengikuti jalan sampailah ke Londa, makam tua yang berada di Gua Tana Toraja.
Eh ternyata jalan kaki versi kak Olive tidak sama dengan versi kami, karena kami jalan paling tidak 25 menit dengan akses jalan becek yang sedang diperbaiki dengan excavator hilir mudik. Sepanjang jalan banyak mobil yang lalu lalang yang tidak mengindahkan kami yang berjalan kaki. Serunya pas jalan kaki kami melihat tongkonan di perjalanan yang merupakan milik orang terus yang paling lucu saat kami melewati kandang babi yang seolah berkata “helo selamat datang di Toraja” terus menarik perhatian kami menuju kandangnya.

Hingga setelah itu kami melanjutkan perjalanan di tengah teriknya panas matahari akhirnya sampai di Londa jam 10.30. Eeh sampai di Londa ternyata pemakaman baru jam 1 siang. Padahal kami sengaja mengejar Londa untuk melihat penguburan ala Toraja terus kak Indri yang penasaran dengan desa adat Ke’te kesu seakan kecewa karena kalau tidak kami bisa memulai dari Kete Kesu. Akhirnya yah kami memutuskan masuk saja karena sudah terlanjur ke Londa. Harga tiket masuk ke Londa Rp10.000 perorang dan di depan kami disambut gapura khas Tongkonan Toraja. Berjalan terus hingga ada abang-abang separuh baya menghampiri menawari kami untuk jasa tourguide dengan dia masuk ke dalam Gua dengan harga Rp30.000 untuk lampu jadulnya terus seikhlasnya untuk jasanya. Kami setuju karena penasaran juga melihat makam di dalam Gua. Seriusan aku terkejut juga kalau Gua di Londa berupa kuburan. Disetiap sudut Goa terdapat Kuburan bahkan di tebing juga terdapat peti-peti mayat (erong) bahkan ada peti yang berada di atas bukit merupakan makam tua dari ratus tahun lalu serta di atas bukit ada boneka yang bernama Tau-Tau yang merupakan boneka yang mirip dengan jenazah yang dimakamkan didalam Goa dan bentuknya persis seperti orang semasa hidupnya. Tau-tau berada di atas tebing diberi pagar sebagai penanda anggota keluarga yang dikubur dan tentu saja yang dimakamkan di Londa dengan keturunan tertentu saja.

Saat memasuki Goa dengan bantuan lampo petromak Guide kami, kami masuk dan di depan Goa sudah banyak tengkorak tergeletak begitu saja, peti mati sampai di dalam berupa tengkorak yang katanya Romeo dan Julietnya Indonesia karena dulu mereka dilarang menikah terus mereka bunuh diri, dilarang menikah karena masih saudara begitu kata Tourguide kami. Waktu kami masuk kedalam Goa pengunjung banyak sekali dan aku geleng kepala kepada pengunjung yang berani ambil photo di depan tengkorak Romeo dan Julietnya Indonesia karena aku tidak berani walau akhirnya aku berphoto dengan tengkorak juga sih tapi di depan pintu dan di dalam Goa. Terus di dalam Goa selain tulang belulang, tengkorak dan peti mati maka aku memperhatikan ada rokok, baju dan masih banyak lagi yang aku tanyakan kepada tourguide kenapa ditaruh rokok itu terus kata pak Guide kami itu dari sengaja ditaruh sanak saudara yang berziarah. Langsung dong bulu kuduk merinding!

Masuk kedua Goa dan melihat tengkorak di dalam Goa dan peti yang disusun berdasarkan kerabatnya maka kamipun pulang dan memberikan uang kepada tourguide serta melanjutkan perjalanan. Pas pulang kami melihat makam yang sedang dimakamkan dari atas, jadi teman-teman mitos jenazah jalan sendiri ke kuburan sendiri tidak ada ya, kalaupun ada itupun pada masa dulu banget jauh sebelum agama Kristen dan Islam masuk ke Tana Toraja. Satu pelajaran yang aku dapatkan di Tana Toraja betapa orang Toraja sangat menghargai orang yang meninggal!
Gila dah jadi ingat mati di Londa ini, karena pada akhirnya yang bernyawa pasti meninggalkan raganya bukan?

Trip Hari pertama Toraja, 26 Desember 2015
07:00 – 07:30 jalan kaki dari pemberhentian terakhir bus Kharisma Rantepao ke rumah kak Olive di dekat lapangan Bakti
07.30 – 09.00 mandi dan sarapan pagi, cerita, istirahat di rumah kak Olive
09.30 – 10.30 Perjalanan Rantepao ke Londa, dari persimpangan gang wisata Toraja Londa harus jalan kaki sekitar 25 menit melaui jalanan becek yang sedang diperbaiki
10:30 – 13:00 Jelajah Londa, masuk ke dalam Goa melihat kuburan dan tengkorak dengan turguide
13:00 – 13:30 Dari Londa ke Desa Adat Toraja Ke’te Kesu
13:30 – 16.00 Menjelajah Desa Adat Toraja Ke’te Kesu, melihat rumah adat Toraja Tongkonan dan kuburan di tebing
16:00 – 17:30 Menjelajah Lemo, jalan kaki dari Gang Lemo kemudian melihat Tongkonan tua dan hujan saat kami datang dan aura Lemo di Sore hari agak spooky
17:30 – 18:00 perjalanan pulang ke Rantepao, ada mobil nebengin kami pas hujan ke gang jalan besar terus di jalan besar ditebengin gratis ke Rantepao oleh orang yang jualan souvenir di Lemo tempat kami singgah pas hujan
18:00- 19:00 makan malam gado-gado di Rantepao
20:00 – 23:00 ke Café AROS minum kopi khas Toraja bareng kak Olive dan Kak Indri dan Lukman berkenalan dengan Dana yang mencintai adat Toraja
23:00 – 08:00 istirahat

Rincian biaya pengeluaran Hari Pertama di Tana Toraja
Angkot sejenis mobil Pribadi dari depan Gang Rantepao ke Londa Rp 15.000/3 orang
Tiket masuk ke Londa Rp10.000
Tourguide Londa Rp50.000/3 orang
Angkot balik ke Desa Kete Kesu Rp15000/3 orang
Angkot mobil dari simpang ke depan Desa Ke’te Kesu pulang pergi Rp 20.000/3 orang
Tiket masuk ke dalam Desa Ke’te Kesu Rp10.000/orang
Beli baju di Desa Kete Kesu Rp20.000
Beli oleh-oleh (miniature Tongkonan) di Kete kesu Rp 75.000
Beli oleh-oleh Magnet Rp50.000/3 orang
Beli oleh-oleh gantungan kunci Rp20.000/3 orang
Beli oleh-oleh gantungan kunci Rp5000
Beli teh dan aqua di alfamidi dekat Kete Kesu Rp 6000
Angkot dari Kete Kesu ke Lemo Rp 15.000/3 orang
Tiket masuk ke wisata Toraja Lemo Rp20.000/ 3 orang
Makan gado-gado di Rantepao Rp13.000
Tempat wisata Tana Toraja di hari pertama makam tua Londa, Desa Adat Kete Kesu dan makam tua Lemo

Tips Travelling ke Kuburan Gua Londa Tana Toraja
- Lokasi Londa di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara
- Harga tiket masuk ke dalam Londa untuk umum Rp10.000 tapi untuk mahasiwa Rp3000, jadi kalau merasa mahasiswa minta aja tiket mahasiwa soalnya lumayan menghemat
- Jalan kaki dari gang ke dalam Londa cukup jauh jadi yang tidak tahan jalan kaki sebaiknya sewa motor atau mobil
- Angkutan umum ke Londa banyak denga harga Rp5000 dengan tujuan Makale dari Rantepao
Salam
Winny
Mba enak yaa.. jalan-jalan mulu kerjanya… 😀
karena tema blgonya jalan-jalan rahman
Iya sih… hehe…
Kalo blog saya temanya jalan2 berarti saya bisa jalan2 dong?
bisa 🙂
Winny, ada perasaan serem ga pas masuk kesitu? 😀
banyak kak hahaha tapi sereman yang lemo ama kuburan di kete kesu
Haha liatnya aja aku agak takut, tapi good win. Pengalaman baru ya
iya kak bahkan tulangnya ampe rusak
Hiii 😅
Ih kalian hebat lho jalan kaki ke londa dari jalan raya, itu kan jauh hehehe
iya kak pejalan fakir hahaha
kena promo jalan sehat saya kk Cum 😂😂😂
iya ternyata jalan kaki kak olive beda ama kami hahaha
Waaah, lagi rame banget ya
iya kang
merinding ngelihatnya, mbak
iya pak apalagi yang tengkorak tergeletak itu ya
wah, belum kesampean ke sini dari dulu, pengen banget. apakah olive yang mbak maksud adalah mbak olive bendon, blogger juga?
iya benar kak, kak olive bendon
asiknya…
hi Kei, kapan mau ke Toraja? 😊
Halo mbak, mau banget, kapan dong yah…
Segitu banyak list pengeluaran ternyata paling banyak buat beli oleh-oleh 😀
iya hahah ratu oleh-oleh
Mbak aq udah pernah kesana. yg paling bikin tersentuh tuh aq numpang nginep lewat couchsurfing. Tapi orangnya baik2 banget. Huhuhu
orang sulawesi selatan emang baik-baik ya kak, aku d makassar ikut anak cs kak
Waaah ada Romeo-Juliet di Londa!!! Sebagai yang pernah bikin film Romeo Juliet versi ind aku harus ke londa 🙂
boleh tuh kak seru versi indonesia
Akhirnya tidak jadi lihat prosesi pemakamannya ya Win? Duh ini destinasinya mah bikin ngeri-ngeri sedap ya… tapi kalau saya ke sana kayaknya bakal menahan diri deh buat mengambil foto tengkorak itu, nggak enak saja sama yang sudah meninggal, bagaimanapun kan kita mesti menghormati mereka :hehe, takutnya ada yang salah-salah kita ucapkan, dan membuat tersinggung penghuni-penghuni yang ada di sana :hehe.
Foto bonekanya saja itu sepertinya sudah jadi tanda kalau semua yang datang ke sana sebetulnya ditontonin sama yang tinggal di pekuburan itu :hehe :peace.
iya gara sayang banget padahal penasrana. aku agak merasa berdosa juga sih ambil photonya tapi waktu ambil photonya aku bilang “ijin photo ya bapak ibu kakek nenek”
Iya Mbak, memang kalau mengambil foto-foto itu kita perlu minta izin banget-banget :hehe.
hmm, serem juga ya mbak. mungkin kalau saya ke sana, saya cuma bertahan di luarnya, sambil menikmati pemandangan rumah-rumah tongkonan yang masih asri, tidak sampai masuk ke goanya. 😳
tapi belajar menghargai orang yang sudah meninggal agung itu salutnya
………… *speechless*
SEREM YE!
lumayan kak kalau yang tidak biasa
Hadooowwwwwhhhh… satu kata aja deh, SEREM!!!!!!!! Aku sih gak beraniiii.. kamu kok beranian siiihh? Hiiihhh.. baca postnya aja bergidik
aku gak seberani itu kak, itu karena banyak yang masuk kak emang wisatanya itu
sayang ya, padahal prosesi pemakaman hari itu yg tak biasa. jenazah dikerek ke atas liang yg ada di tebing itu, terakhir lihat waktu pemakam oma buyut 20th lalu.
iya kak sayang banget dah padahal seru pasti
Pengen kesini lagi pas ada acara rambu solo. Ahh, pasti seru.
aku juga penasaran ama rambu solonya kak
Pengen kesini lagi kalau pas ada acara rambu solo. Ahh, pasti seru…
katanya sepupuan, itu gk ada kok jenazah jalan ke kuburan
Serem juga ya hahahaaa. Aku blm pernah kesana. Ke IBT mentoknya Bali.
di bali ada kan kak desa yg penuh tengkorak juga
aku gak berani kalau harus ambil foto2 tengkorak atau yang bikin bulu kuduk merinding hihihi.. lah aku pikir nama “Londa” itu sebuah nama orang, soalnya temenku ada yang namanya “Rendi Londa” dia tinggal di sulawesi. ternyata nama londa itu nama wisata disana yaa hehehe 😀 baru tau :(((((
aku juga sebenarnya segan ambil photonya
lalu ? mengapa pada akhirnya kamu mengambil foto tersebut ? halaaah tulisannya bhs indo bangeet hihihi …
supaya orang bisa melihat yang aku lihat 😀
wa inget piknik ke sini masih pake kamera poket lalu baterainya habis lalu fotona dikit, pengen balik lagi
masih banyak wisatanya Danan
Ada kisah romeo dan julietnya juga ya Mbak, dilarang menikah akibat saudara, masih saudara sekandung maksudnya ya Mbak? Dan bener ya nggak ada jenazah jalan sendiri ke kuburan… iihh takut kalo ada ya hehehehehehe 🙂
katanya masih sepupu dan jenazah jalan sendiri ke kuburan itu tidak ada jdi itu hanya hoaks
wah… rasanya pengen ke sana lagi… 🙂
menarik kan ya
aku belum pernah sampai siniii nih…catat baik-baaaik aaah..supaya bisa mampir ke sini nantinya 🙂
amin pasti bisa
Seru sekali… Apa lagi pake jalan kaki.. Ini tmpat kayak nya sering muncul di tv ya mba.
iya kak sering masuk tv
bisa jadi bahan bacaan untuk sejarah ana bangsa nih… gaya penulisanmu keren 😀 wisatanya juga ngak kalah keren 😀
haha makasih loh ya 😀
Eah jalan2 mulu. Saya kok ngerasa bahagia sekali ya mbak jadi dirimu. Happy terus kayaknya.
yuk kapan-kapan jalan sama shiq4
Caving di Londa saya ngos ngosan Mbak, makanya pemandunya ngeliat saya udah napas senin kemis gini mungkin, akhinya cavinya nggak jauh2 amat dari pintu masuk. Padahal pengin banget nyampe dalem dan keluar di pintu berbeda
mas kami jalan loh dari simapng gang itu ke londa haha
Kenapa bisa lebih seram di Lemo daripada di Londa? Lemo lebih sepi pengunjung?
mungkin karena di lemo pas sore kali ya jadi sepi orang
Aku kalo baca tentang makam di Toraja, kadang merinding-merinding ngeri gimana gitu 😦
tapi seru loh mukti