You must not for one instant give up the effort to build new lives for yourselves. Creativity means to push open the heavy, groaning doorway to life.
By Daisaku Ikeda
Hello World!
Jakarta, 22 November 2015
Dari rumah yang katanya kediaman si Pitung, Robinhoodnya Betawi, aku dan Yosi mencari pantai di ujung Marunda. Pantai Marunda berada dekat dengan Cagar Budaya Masjid Al-Alam Marunda. Keunikan Masjid Al-alam memiliki air tiga rasa serta masjid ini salah satu masjid tertua Jakarta. Saat kami melewati jalanan becek kami pun mampir di Masjid Al-alam tapi karena hari panas, jalan-jalan kami istirahat sebentar. Untungnya masjid Al-alam Marunda memiliki pendopo maka aku dan Yosi tertidur pulang sekitar 30 menit bersama dengan pengunjung lainnya. Gila cin kita jadi gembel tapi gembel bahagia.

Nah barulah jam 3 kami beranjak pergi untuk mencari pantai Marunda melewati jalanan kampung dengan pendop-pendopo menawarkan berbagai seafood seperti ikan bakar, cumi yang menggiurkan. Sampai kami ngoceh “kenapa tidak istirahat disini ya” kan ada pemandangan lautnya. Tapi jangan bayangkan pantainya putih yang ada pantainya di ujung dengan biaya retribusi untuk umum Rp3000, tapi karena pantainya yang hitam mirip Ancol tapi penuh dengan sampah juga. Sambil bergumam demi mencari pantai hingga ke ujung Marunda yang ditemukan ialah Lautan lepas dengan pinggiran pantai penuh sampah! Kondisinya kotor dan memprihatinkan!

Nah aku dan Yosi sebenarnya tertarik mencoba seafoodnya tapi karena harga satu porsi cumi-cumi Rp80.000 akhirnya kami memutuskan untuk makan kelapa pas diujung Marunda. Lucunya pas melewati jalanan ada seorang bapak yang menjual ebi Rp5000 tapi sepenuh keranjang. Gila murah banget! Tapi utnuk makanan seaffod di ujung Marunda agak mahal. Aku sempat mencoba keripik udang Rp5000 lalu aku dan Yosi memilih masuk ke dalam warung di pinggir Laut Marunda untuk minum kelapa seharga Rp15000.
Menikmati waktu!
Lalu selesai itu kami pun beranjak pulang, nah Yosi sempat membeli kerang Rp5000 dengan tawar menawar sengit sekali, untungnya penjualnya baik hati dan memberikan kami kerang yang lumayan banyak untuk diicip. Pulanya kami melewati rumah susun, nah waktu itu jam 4 sore kemudian aku melihat sosok seorang kakek yang menjual kipas angina mainan anak-anak dari daur ulang sampah. Harga mainan satunya yang kecil Rp2500 dan yang besar Rp5000 saja. Aku melihat uang disaku yang tinggal Rp14,000 dan Rp10,000 untuk pulang alhasil cuma bisa membeli Rp4000 yang kecil saja. Salut dengan si kakek walau sudah tua tapi semangat bekerjanya harus diapresiasi, paling tidak si kakek tidak mengemis. Ironi kehidupan sih dimana sebagian orang suka menghambur-hamburkan uang misalnya ya lihat di Mall ada orang stress beli tas Hermes seharga puluhan juta eh disisi lain ada yang berjualan kipas Rp5000 aja susah dapatnya hanya demi sesuap nasi dan menyambung hidup.

Meski aku gagal menemukan pantai di Ujung Marunda walau ada tapi buatku bukan pantai setidaknya perjalanan ke Marunda memberiku hikmah untuk mensyukuri setiap rezeki yang kudapatkan, belajar dari si kakek hebat. Itulah sebenarnya nikmat travelling, menemukan pelajaran berharga disetiap perjalananan
Salam
Winny
selalu ada cerita yang memang untuk bergerak dengan sekitar, tidak melulu menikmati tapi masukan dari kitalah yang membuat kehidupan sehari2 mereka tercukupi untuk mereka
*belum kelar ngetik ke klik send* 😐 memang harus seperti itu deh win berkahnya perjalanan dan nikmatnya saling berbagi dengan keadaan
betul errick initnya mah melihat sekitar
Asik tuh mancing dari bagan seperti foto diatas, 🙂
banyak yg mancing loh mas disana
wiiiin, itu kalo bawa kendaraan sendiri bisa nembus banjir kanal timur lho. keluar2 harapan indah bekasi. mantan anak marunda ini sih 😀 😀
wah baru tahu itu bisa ke harapan indah bekasi kak
Sayang pantainya agak kotor ya Win 🙂
Wah, murah banget ebi sekeranjang Rp 5000!!
emang kotor zilko, tipikal jakarta banget
Cerita ttg bagian Jakarta yang lain lagi dong Win 😀
*tiba2 rekues*
siap kak soalnya mau mengupas wisata jakarta juga kak
Kotornya itu lho kok kagak nahan. Saya kadang heran mengapa hampir di semua tempat di indonesia selalu kotor. Bahkan di tempat-tempat wisata sekalipun. Apa mental bangsa ini memang jorok dan tidak bisa menjaga kebersihan ya?
mungkin dimulai dari kita dlu ya dengan tidak membuang sampahnya
nice trip, salutnya tuh duit tinggal 14rb, bwt beli’ mainan dr kakek 4rb. 10rb bwt ongkos pulang.
tapi nyesal uangnya dikit
maksud ku uang mepet/minim/dikit ga menghalagi kita utk nge-trip….’the most important is passion’khan Win.
setuju kak
huhuhu iya kadang 4rb yang gak ada artinya buat kita itu berarti banget buat orang lain. Yang bikin seru dari jalan2 itu kayak gitu sihhh, dapet suatu pelajaran yang kita gak duga-duga
bener bgt Rinta, next time kita jalan-jalan ya
salut sama kak winny 😀 meski tgl 4000 sisanya masih bisa menolong orang, sungguh tak ada yg sia” wlo hanya 4000 namun berarti buat org lain… ^^
sebenarnya sedih soalnya uangnya tgl sedikit pas diwaktu itu
foto kakeknya kog ga ada Kak? Supaya notice kalau nanti bersua.
sudah di tambahin mas, makasih sarannya
Aduh, suka kontemplasinya, setuju, banyak cerita tersembunyi dari traveling, tidak sekadar cari tempat wisata terus mengulas apa yang ada di sana dan bagaimana cara pergi ke sana. Sayang sekali pantai Jakarta banyak sampah, padahal kan itu wajah kota ya, satu-satunya pesisir yang dipunyai ibukota Indonesia, masa ya kotor begitu… :huhu. Padahal kalau jadi Bayfront yang dikelola bagus, bisa jadi potensial banget buat Jakarta sendiri, kan?
Jakarta jorok karena manusia banyak gak perduli gara padahal wisatanya bisa bagus kalau kita menjaga kebersihannya
wah sayang sekali pantainya penuh dengan sampah gitu ya mbak..jadi gak menarik nih hihi
iya mas identik dengan wisata kita emang
saya sepakat mba, perjalanan itu sesungguhnya untuk mengumpulkan banyak hikmah dan pelajaran, bukan sekedar untuk foto-foto dan selfie hingga sampai merusak seperti yang terjadi di kampung bunga amaryllis Jogja
itu mempreihatinkan bgt itu
waduh pantainya kotor bangat yach. kalau masih seputaran jakarta pasti nemunya seperti ini dech kesalll..
identik kak