Kaolin is derived from the mineral Kaolinite which comes from the Earth’s crust. It is an aluminum silicate represented as Al2O3•2SiO2•2H2O. Kaolin is a platy white clay that is chemically inert, nonabrasive and possesses a number of characteristics that make it desirable for use in a range of industries, including paper and paperboard, paints and coatings, plastics, wire and cable and in concrete among many others.
(Basf)

Hello World
Belitong, 10 Oktober 2015
Hari pertama di Belitong saat pesawat Nam Air yang ternyata Sriwijaya air menukik memperlihatkan bekas tampang dari atas berwarna biru tosca dengan lubang-lubang yang banyak sekali. Danau Kaolin tidak jauh dari Bandar Udara Sultan Hanandjoedin, Tanjung Pandan Belitung.
Danau Kaolin yang menarik!
Sesampai di Bandara Sultan Hanandjoedin, Tanjung Pandan Belitung kamipun bingung hendak naik apa ke Kota Tanjung Pandan tapi yang pasti lubang-lubang bekas tambang diisi dengan air terus memancarkan cahaya biru dari atas membuatku penasaran.

Sambil duduk bengong bagaimana cara ke Kota Tanjung Pandan tiba-tiba ada bapak yang menawarkan taxi dengan Rp100.000 dibagi tiga. Kami kira satu taxi Rp50.000 ternyata susahnya di Belitung itu kendaraan umum ke Kotanya. Akhirnya kami menelpon street taxi yang punya argo eeh sampai di Surya Hotel tempat penginapan backpacker di Belitung saran dari Citra kena Rp90.0000 juga. Sama aja kan ya?
Sesampai di Kota Tanjung Pandan ternyata kotanya kecil maka kami langsung menyewa motor untuk kembali ke Danau Kaolin dengan biru toscanya. Untuk jarak Kota Tanjung Pandan ke Bandara kurang lebih 18 km maka kami kembali kea rah Bandara. Sebenarnya aku sudah pernah baca tentang Danau Kaolin yang menurutku mirip dnegan Ciwidey atau Tinggi Raja Medan dan pas kesanya memang benar mirip sih. Bedanya kalau di Ciwidey Bandung dan Tinggi Raja Medan dari Sulfhur maka di Belitung dari Kaolin.
Untuk akses ke Danau Kaolin emang harus dengan kendaraan sewaan buat wisatawan soalnya tidak ada angkutan umum. Lokasi Danau Kaolin di Desa Air Raya Tanjung Pandan, Belitung. Danau itu terletak di tepi Jalan Murai jadi kelihatan jelas di tepi jalan. Kami menggunakan GPS sih kesanya dengan motor.
Kalau dipikir-pikir ya sebenarnya cukup ironis karena Danau Kaolin seindah itu sebenarnya hasil tambang yang dibiarkan yang seharusnya di reklamasi. Dulu menjadi tempat pencarian masyarakat Belitung berupa Kaolin dan timah. Kini dibiarkan begitu saja menjadi daya tarik wisata. Jadi Kaolin bisa menjadi salah satu sisi Belitung selain batuan granit besar dan pantai pasir putih Negeri Laskar pelangi.

Sayangnya pas sampai di Danau Kaolin tidak boleh masuk ke area karena masih terjadi kegiatan penambangan serta excavator hilir mudik sehingga kami hanya duduk dari tempat point. Hanya 30 menit saja kami berada di depan Danau Kaolin dan tentu saja tidak dipungut biaya masuk ke Danau Kaolin, gratis soalnya bukan tempat wisata, hanya objek wisata Belitung dadakan. Tapi anehnya lumayan banyak juga pengunjungnya. Setelah itu kami memutuskan untuk menjelajah lagi ke tempat Danau Kaolin di Global Positioning System. Jaraknya jauh sekali melewati Bandara dan sunyi. Sunyi karena tidak ada orang yang melewati jalan kami dan tujuan kami ke tempat anti mainstream. Kira-kira 21 km perjalanan terus melewati hutan kiri kanan, dan jalanannya pun mulus. Hal yang aku salut dari Belitung ialah kondisi jalan rayanya mulus banget. Nah kami sampai di tempat tujuan Kaolin lain yang banyak tapi danaunya kecil-kecil tidak ada orang maksudnya tidak ada turis kesini kecuali kami saja. Padahal cuaca di Belitung lumayan panas minta ampun tapi kami dengan semangat 45 menjelajah Danau Kaolin yang lain hingga kami mengahbiskan waktu hingga jam 4 sore barulah kami beranjak dari sekumpulan Kaolin kecil.
Nah pulangnya kami melewati Bandara da nada tupai mati tertabrak di jalanan. Duh kasihan banget dah tuh nasib hewan terus kami kembalikanlah ke tepi jalan. Satu hari pertama di Belitung kami fokuskan untuk menjelajah Danau Kaolin Belitung.
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Winny..
Senang dapat membalas kunjungan Winny. lama sekali tidak BW nih. Bagus ya pantainya kebiuan sekali airnya. Mengundang keinginan untuk mandi. Nama Belitong terus mengingatkan saya kepada filem Laskar pelangi.
Salam Maal Hijrah 1437 dari Sarikei, Sarawak. )
hi siti terimakasih telah berkunjung. oh ya sewaktu saya ke belitung banyak teman malaysia yang datang juga
Tumben kagak ada foto narsis :p
(apa nggak muncul ya krn buka di aplikasi?)
lagi off jadi banci photo dyah ahahahha 😀
-,-“
Dulu sewaktu ke Danau Kaolin dibilang katanya ga boleh foto-foto Win. Tapi aku cuek aja 😛
sama kami juga dilarang
Danau Kaolin ini memang keren, indah padahal ini pengrusakan alam setelah proses penambangan. mungkin akan lebih bijak jika sekelilingnya dilakukan reboisasi/penghijauan.
harusnya ada reboisasi bar
Wih, ternyata hasil tambang ya Win. Indah ya. Semoga bisa ke sana deh kapan-kapan…
amin mas. iya bekas tambang
Kondisi mulus aspalnya pasti jrg ada yg lewat itu mbk..danaunya bagus ya ..warnanya bs tosca
iya itu dia mas kayaknya jarang yang lewat
sedih banget liat danau kaolin 😦
kayak dua sisi ya
birunya itu krn air mata bumi pertiwi yg diobrak abrik sm keserakahan manusia ito!
iya itu dia
Kalau mau masuk sebenarnya bisa Win cuma risiko ditanggung penumpang :hehe. Kabarnya dalam kolam kaolin itu sampai lebih kurang 8 meter sih. Dirimu berkunjung ke sana di waktu yang tepat, soalnya kalau sore pembiasan warna birunya jadi lebih maknyuss. Dulu saya ke sananya pagi jam sembilan menjelang jam sepuluh, tiada pohon jadi gosong banget kaminya! Tapi lumayanlah dapat banyak foto bagus :)).
kami kesana siang sih ada banyak dia kaolinnya sebanrnya hampir satu pulau
Iya banyaaaak… saya sempat juga turun ke bawah, pemandangannya warbiyasak banget!
setuju gara
Cakepnya. Kalo dikelola baik bisa sumber pendapatan daerah.
setuju mas
datang kesini kagum-kagum sedih 🙂
sama haha
Itu airnya kenapa bisa biru banget gitu ya mbak? Keren yaaaa. Ah fotonya bagus deh
itu karena matahari dan dasar kaolin tu sendri