Be who you are and say what you feel, because those who mind don’t matter and those who matter don’t mind
By Dr. Seuss
Mountain Ijen
Hello World
Bayuwangi, Mei 2015
Jam menunjukkan jam 5 pagi dan kami masih bisa menikmati blue fire walau sudah mulai habis. Kami memandangi sejumlah orang yang sedang mengamati para penambang belerang. Kalau mengingat perjalanan sampai ke Kawah Ijen maka perjuangan tidak sia-sia. Apalagi Bang Dendi yang KAO saat melakukan trekking terus dengan gaya tidak bawa minum sama sekali. Untungnya aku dan Melisa bawa minum walau satu botol, tidak tahu Bang Novri dan Icha membawa minuman atau tidak. Gila memang kami mau naik Gunung tapi bawa minum seadanya, please jangan ditiru karena minuman atau cokelat atau madu wajib dibawa saat trekking Gunung.
Akses jalan trip to ijen
Blue fire yang kami buru hanya 1 jam saja dan apinya keluar dari gas alam yang mengalir dari bambu. Para wisatawan asing sangat berani dekat dengan penambang belerang yang sedang mengais rezeki dengan mengangkut belerang hingga ke kaki Gunung Ijen. Kalau aku pikir betapa hebatnya para penambang belerang ini demi bertahan hidup. Pelajaran berharga dalam hidup yang aku dapatkan selama perjalanan ke Kawah Ijen! Kadang ya travelling itu tidak melulu hedon atau hanya numpang selfie saja atau sekedar liburan, terkadang ada makna disetiap perjalanan salah satunya bagaimana orang lain susahnya bertahan hidup dan tidak mengeluh sama sekali. Aku saja yang sehat tanpa beban malah ngos-ngosan setengah pingsan naik ke Kawah Ijen setelah trekking 2,5 jam dari Paltuding tapi bapak-bapak penambang belerang dengan santainya mengangkat beban yang jauh lebih berat dari berat badannya. Betapa berisikonya melakukan pekerjaan mengangkut berat, kalau istilah Ergonominya bisa menyebabkan Musculoskeletal disorder.
Ijen Banyuwangi
Selain itu, yang paling tidak aku habis pikir ketika penambang belerang yang sangat dekat dengan sumber asap dari belerang. Karena waktu aku, Bang Dendi, Bang Novrizal, Icha dan Melisa pas hendak di bawah jam 6:30an tiba-tiba asap keluar sehingga perih sekali ke mata bahkan ke tenggorokan. Spontan aku memberi kode kepada teman-temanku untuk naik ke atas karena khawatir berbahaya dengan kesehatan.
Tips berharga yang didapat ketika hendak berencana melakukan trip ke Ijen ialah salah satunya dengan membawa masker safety serta jangan mengganggu aktivitas penambang belerang dan utamakan memberikan jalan kepada penambang belerang.
crater ijen
Kawah Ijen (Ijen plateau) is a quiet but active volcano and recommended to mountain buffs and hikers. The magnificent turquoise sulfur lake of Kawah Ijen is surrounded by the volcanos sheer crater walls. Sulfur collectors work here, making the trek up to the crater and down to the lake every day, hike up in the morning and return around 1 pm when the clouds roll in. They carry shoulder basket of pure sulfur from a quarry on the lakes edge under the shadow of the sheer walls of the crater.
(Reference from Indonesia Travel)
Travelling to Ijen
Travelling to Ijen kali ini tidak hanya sekedar jalan-jalan bagi ku pribadi karena banyak kisah didalamnya mulai dari ngegembel habis dari Jakarta, hichiking pertaman, numpang-numpang, tidak mandi, antara makan dan tidak serta belajar bagaimana menghargai hidup.
Kami hanya mengahabiskan waktu di kawah ijen hanya sekitar jam 2 jam saja dari jam 5 pagi hingga jam 7 karena sebenarnya tidak baik lama-lama di Kawah Ijen. Tanpa ada kata embel makan karena memang di Kawah tidak ada penjual makanan jadi usahakan isi perut sebelum melakukan trekking ke kawah Ijen serta jika memang membawa makanan jangan lupa membawa sampah makanannya karena menjaga kelestarian wisata tempat yang didatangi yang paling penting! Oh ya kami melakukan trekking dari Paltuding hingga ke bawah Kawah Ijen selama 2,5 jam karena kami kebanyakan berhenti di jalan untuk istirahat karena pas kami turun hanya butuh 1 jam saja sampai di Paltuding.
Kami di Ijen crater
Untuk rute perjalanan jangan ditanya lumayan mengurus tenaga karena rutenya yang menanjak dan berliku. Mirip naik Sikunir Dieng plus Papandayan tapi yang Ijen jauh lebih berliku dan menanjak menurutku. Untungnya ramai yang mendaki jadi aman-aman saja mendaki ke Gunung Ijen.
Oh ya hal yang menarik perhatianku waktu di Kawah Ijen ketika melihat seorang Biksu yang ikut serta melakukan trekking ke Kawah Ijen, buset ketemu dengan biksu gaul 😀
Untuk harga tiket masuk ke Kawah ijen Rp7500 yang mulai muka dari jam 2 pagi atau jam 3 pagi tergantung kondisi keamanan Kawah Ijen karena tidak sembarangan melakukan plesiran di Kawah Ijen harus memperhatikan apakah gas beracun ada atau tidak. Sementara itu tips ke ijen lainnya ialah dengan mempertimbangkan waktu kedatangan ke Ijen, kalau bisa jangan ke Ijen pas musim penghujan karena bisa berbahaya mengingat jalanannya dari tanah kan ya jadi licin sekali.
Untuk akses jalanan dari Taman Sari ke Paltuding jalanannya sebenarnya sudah aspal jadi kalau mau puas keliling wisata Banyuwangi bisa menyewa motor karena jauh lebih hemat. Kalau harga sewa mobil yah pintar-pintar menawar sajalah! Cuma kalau musim penghujan tidak direkomdasikan memakai sepeda motor karena menanjak dan berliku terus hutan lagi. Tapi kalau berangkatnya pagi dan tidak ingin mengejar embel-embel blue fire maka tidak apa-apa, bahkan jalan 17km sebenarnya tidak apa-apa asalkan rame-rame 😀
Akses ke Ijen
Sebenarnya banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari jalan-jalan ala murni backpacker berupa tips perjalanan Kawah Ijen:
1. Khusus bagi pejalan yang tidak mau susah atau repot maka jika ingin ke Kawah ijen sebaiknya berangkat rombongan saja. Jadi berangkat ke Paltuding dengan menyewa mobil yang harganya berkisar Rp450.000-Rp600.000 (tergantung nego belum termasuk bensin selama 24 jam) atau motor seharga Rp75000 seharian belum bensin. Jarak Karang Asem ke Paltuding kurang lebih 2-3 jam perjalanan. Kalau mau mencoba cara gilaku bercampur nekat antara pelit atau backpacker sebenarnya yaitu dengan naik angkot dari Stasiun Karang Asem naik angkot ke Taman Sari (tempat penimbangan belerang) yang biasanya dipatok Rp25.000. Kalau tidak mengejar blue fire sebenarnya simple dengan membayar Rp15000 dengan mobil belerang sampai ke Paltuding jamnya biasanya jam 7-9 pagi. Untuk angkot tidak berani membawa sampai ke Paltuding padahal jalannya licin loh alias mulus aspal.
2. Buat pemula naik Gunung sebaiknya persiapan fisik, makan dulu sebelum hiking serta membawa minuman yang banyak agar tidak capek serta memakai pakaian yang sesuai misalnya pakai sepatu atau sandal gunung
3. Karena di Kawah Ijen identik dengan belerang maka sebaiknya membawa masker serta kacamata kali ya buat jaga-jaga.
Kawah Ijen
Sebenarnya pas hendak trekking ke Gunung Ijen aku itu salah kostum saking merasa kedinginnya. Jadi ceritanya kami kan ngegembel asli, tidur seadanya di warung yang ada di Paltuding tidur menunggu Ijen dibuka bagi pengunjung. Kebanyang tidak tidur dengan sleeping bag dengan cuaca dingin pegunungan? Dinginnya menusuk sekali bahkan aku sudah memakai jaket serta sleeping bag masih saja terasa dingin. Terus kami tidurnya tidur ayam, seadanya saja, antara tidur atau tidak yang penting bisa menyandarkan diri. Untungnya ibu warung baik hati mengizinkan kami untuk tidur dilesehannya. Sebenarnya jika ingin menyewa tenda di Paltuding ada Rp150.000 sampai pagi cuma yah naggung karena waktu sudah menunjukkan jam 10 malam sementara jam 2 kami sudah mulai trekking ke Gunung Ijen. ah menyesal aku tidak membawa tendaku, alhasil kami berlima berselimutkan alamlah!
Terus pas jam 2 dibuka loket Kawah ijen, maka dengan sigap kami menitipkan tas di warung yang ibunya baik sekali mengizinkan menitip tas kami. Untuk toilet jangan khawatir, ada kok di Paltuding cuma siap-siap ngangtri lama saking banyaknya pengunjung. Harga tiket toilet Rp2000 saja, jadi ingat ama Melisa ke belakang tenda 😀
hahahah XD
Mel, kalau dirimu baca blogku pasti ketawa-ketawa juga mengingat kebodohan kita dibelakang tenda ibu warung sebelum trekking ahhaha 😀
Kawah Ijen
Ok kembali ke ceriata awal, setelah kami puas di kawah Ijen serta sudah juga beli oleh-oleh belerang seharga Rp5000 maka berjalan melewati Gunung Meranti dan Gunung Raung.
Pemandangannya indah sekali waktu itu!
Terus kami berjalan berlahan hingga berhenti di Pondok Bunder (2214 mdpl) tempat dimana aku membeli lagi souvenir belerang yang bentuknya indah sekali berukiran Muhammad dan Allah seharga Rp15.000 saja tapi sayangnya karena jarak jauh akhirnya beleranku rusak.
Tapi tak aplah!
Di Pondok Bunder jugalah kami membeli minuman untuk bekal turun karena tidak mau kehausan terus ngos-ngosan. Untuk jalur turun cukup mudah bagi kami tidak sesulit mendaki hanya saja untuk Icha malah kewalahan di turunan padahal dirinya jago pas naiknya.
Ijen Bayuwangi Indonesia
Sesampai di Paltuding kami kembali ke warung Bu Ikah untuk mengambail tas yang kami titipkan sekalian makan pagi. Karena aku ingin mencoba nasi tempong yang merupakan makanan khas banyuwangi jadinya aku pindah ke warung sebelah. Nasi tempong yang aku makan di paltuding seharga Rp15000 sudah termasuk susu milo. Sebenarnya nasi tempong mirip kayak nasi campur biasa hanya saja sambelnya pedas, kesukanku banget kalau sudah pedas-pedas. Selesai makan waktu sudah jam 10 lahasil kami bingung mencari bagaimana caranya keluar dari Kawasan wisata Kawah Ijen alias taman wisata alam Kawah Ijen alias cagar alam Kawah Ijen alias taman Nasional Kawah Ijen.
Gunung Meranti
Tidak ketemu ide pulang ke Paltuding akhirnya kami mengikuti penambang belerang untuk naik mobil belerang pulangnya. Kalau dari baca pengalaman ornag di blog katanya ada jam 10 pago ternyata hanya sekali saja yaitu jam 1 siang karena memang penambang sudah tidak sebanyak dulu lagi begitu kata bapak penambang. Alhasil mau tidak mau kami menunggu belerang kelar di temapt penimbangan belerang di sebuah warung. Aku makan gorengan serta jahe di warung dekat peninbangan belerang seharga Rp8000 serta aku dan Melisa sempat tidur lagi di bangku di depan warung sementara Icha harus balik sendiri ke stasiun Karang Asem karena ada urusan. Di warung inilah kami bertemu dengan beberapa pejalan yang juga menunggu mobil belerang untuk turun.
Nah sepanjang menunggu dari jam 10 pagi hingga jam 1 siang, maka beberapa bule sering kali datang dengan sepeda motor khusus memvidiokan aktivitas para penambang. Saking herannya kali ya!
Penambang belerang di Kawah Ijen
Kami sendiri sebenarnya gimanaa gitu tapi ada senangnya juga menunggu di warung dekat penimbangan karena jadi mengetahui kehidupan para penambang belerang. Katanya dulu penambang berjumlah 400 orang sekarang sudah mulai berkurang, itu sebabnya mobil akan berangkat jika sudah penuh. Untuk penambang belerang sendiri memiliki ciri khas membawa belerang dengan cara dipikul dengan keranjang serta mereka biasanya memakai sepatu safety.
Aku bahkan mengamati ketika para penambang sedang makan di kawah dengan bekelnya, luar biasa sekali! Yang paling mencenangkan ketika seorang penambang harus melakukan perjalanan selama 8 jam setiap hari dari rumahnya diluar dari kegiatan mengangkut belerang dari Kawah Ijen ke Paltuding.
Kebayang tidak itu?
Cerita hidup mereka tentu saja aku tahu berkat cara liburan kami yang anti mainstream dengan membaur dengan para penambang belerang.
Nah saat jam 1 siang maka aku dan Melisa beruntung karena duduk di bangku depan yang kasihan Bang Dend, Bang Novrizal dan 4 teman yang abru saja kami kenal dan dua diantaranya cewek harus berada di belakang dengan belerang terus kami menuju ke Paltuding.
penambang belerang
penambang belerang
penambang belerang
penambang belerang
penambang belerang
penambang belerang
penambang belerang
Kawah Ijen Indonesia
Ditengah jalan aku membeli madu asli seharga Rp100.000 untuk oleh-oleh pulang karena langsung melihat bibitnya. Not bad lah untuk asli 😀
Yang paling kasihan sih si Melisa ketika melihat Pulau Bali karena dia belum pernah jadi pas lihat pulau Bali dari atas jalanan Kawah Ijen dia langsung semangat 45. Lalu aku menggodanya “ya udah sih Mel, langsung nyeberang saja ke Menjangan dekat kok 30 menit saja sekalian tambahin liburmu”.
Tempat penambang menimbang hasil belerang dari Gunung Ijen
Akhirnya si Melisa mengusap dada menahan keinginan karena kami tidak sama sekali ke Bali karena memang misi perjalan ialah untuk menginjakkan kaki di ujung Jawa. Oh ya untuk harga naik mobil belerang dari Paltuding ke Rest area Jambu seharga Rp15000. Lalu dari rest area jambu kami menelepon pak Hery, supir angkot yang kami kenal untuk menjemput kami ke Rest Area karena kami hendak pergi ke Taman Nasional Baluran walau kata teman yang baru saja kami jumpai tidak mungkin cukup waktunya ke Baluran walau jam menunjukkan jam 2 siang. Untuk harga angkot dari Rest Area ke terminal Rp25.000/orang.
Ok saatnya menjelajah Baluran di sisa waktu alias jalan-jalan kejar tanyang…
27 thoughts on “Pelajaran Berharga dari Penambang Belerang Kawah Ijen”
Kalau tidak membawa masker, kain dibasahi dengan air trus ditutupkan ke hidung juga bisa sebagai penggantinya. Begitu tips yang aku dapat dari bapak penambang disana. Dan betul, bawa air itu wajib. Jaga2 kalau kita ga tahan dengan bau belerangnya dan ketika pernafasan mulai sesak, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah minum sebanyak2nya untuk menetralisir.
Aku suka sedih kalau ingat perjuangan para penambang disana. Suamiku juga sampai sekarang suka ngebahas tentang betapa kerasnya hidup di Indonesia cari uang susah sekali sampai nyawa taruhannya.
tetep ya fisik di utamakan dan ikutin peraturan yg ada di sana, jangan memaksakan diri kalau fisik belum siap soalnya gak ada yg jual makanan hehe dan ini butuh tenaga
penambang belerang udah menjadi suatu pekerjaan yang ada di daerah situ mungkin Win..
dan memang harus dikerjakan, seperti itulah keadaan yang tidak bisa di hindari untuk kebutuhan dan mendapat penghasilan sehari”
Akhirnya sampai juga ke Kawah Ijen, Win 😀
Dari dulu saya pingin main ke salah satu rumah penambang dan ngobrol sampai capek, sayang belum kesampaian sampai sekarang hehehe
Masih ingat win, yang dibelakang warung. sumpah ngakak lah.
wiiiinnnnn BAAAAALIIIIII. katrok awak langsung kalau liat laut plus pulau. bAAAAAAAAAAAALLLIIII
Btw, iya ya. Kadang kita suka sebal dengan pekerjaan kita sehari-hari (kayak aku sekarang ini, haha 😆 ) dan terkadang lupa bahwa seharusnya kita masih bisa bersyukur karena ada banyak orang lain yang harus bekerja dengan susah payah untuk mendapatkan sesuap nasi.
Kalau tidak membawa masker, kain dibasahi dengan air trus ditutupkan ke hidung juga bisa sebagai penggantinya. Begitu tips yang aku dapat dari bapak penambang disana. Dan betul, bawa air itu wajib. Jaga2 kalau kita ga tahan dengan bau belerangnya dan ketika pernafasan mulai sesak, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah minum sebanyak2nya untuk menetralisir.
Aku suka sedih kalau ingat perjuangan para penambang disana. Suamiku juga sampai sekarang suka ngebahas tentang betapa kerasnya hidup di Indonesia cari uang susah sekali sampai nyawa taruhannya.
saran basahin air itu benar banget kak, tapi sebenarnya bisa sih kak diantasipasi kalau daerah juga sedikit memperhatikan
Kalo aku, bakalan gunakan mobil… Ngga kuat trekking.. Hhaha… Nice stories,, Winny….
kalau ke kawah ijennya mesti jalan kaki soalnya naik gunung
tetep ya fisik di utamakan dan ikutin peraturan yg ada di sana, jangan memaksakan diri kalau fisik belum siap soalnya gak ada yg jual makanan hehe dan ini butuh tenaga
penambang belerang udah menjadi suatu pekerjaan yang ada di daerah situ mungkin Win..
dan memang harus dikerjakan, seperti itulah keadaan yang tidak bisa di hindari untuk kebutuhan dan mendapat penghasilan sehari”
fenemona yang menarik untuk dibahas ya erik
Setahuku dulu sebelum jalan di lereng menuju ke puncak, ada warung kecil, jual minuman Hangat, tahun 2002 an. Mungkin waktu kamu kesana g ada ya
maksudnya di ijennya? kalau di ijennya ada kok warung tempat untuk beli minuman ama makanan Gino
Iya di sepanjang jalan setelah tanjakan itu, wah klo di ijennya ad warung enak y
iya asyik
penambang2 itu orang-orang hebat yah
iya kak hebat sekali
Akhirnya sampai juga ke Kawah Ijen, Win 😀
Dari dulu saya pingin main ke salah satu rumah penambang dan ngobrol sampai capek, sayang belum kesampaian sampai sekarang hehehe
iya halim aku lupa dulu lihat di blog siapa ya
sedih sekaligus salut liat para penambangnya itu win
iya penasaran ama gimana hidupnya
Masih ingat win, yang dibelakang warung. sumpah ngakak lah.
wiiiinnnnn BAAAAALIIIIII. katrok awak langsung kalau liat laut plus pulau. bAAAAAAAAAAAALLLIIII
kocak sih mel hahah
Foto-fotonya bagus Win!!
Btw, iya ya. Kadang kita suka sebal dengan pekerjaan kita sehari-hari (kayak aku sekarang ini, haha 😆 ) dan terkadang lupa bahwa seharusnya kita masih bisa bersyukur karena ada banyak orang lain yang harus bekerja dengan susah payah untuk mendapatkan sesuap nasi.
aku kadang suka bosan malah zilko padahal harus bersyukur ya
fotonya bikin mupeng. . . .
hebat2 yah penambangnya
iya rahmat salut dengan kerja mereka
kerenn bangett mbak . pokokke mbak winny nya Traveller seati lah hahaa
ah u bisa aj 😀 GR ahhaa
Win. Penasaran sayah. Kamu jalan2 mulu. Kerjanya kapan? Hahahaha.
Bisa sesak nafas ya kak kalau sering cium bau belerang, cz gas beracun 😉
iya berbahaya