Nothing lasts forever. Forever’s a lie. All we have is what’s between hello and goodbye
(Unknown)
Trekking to Ijen
Hello World
Banyuwangi, Mei 2015
Kalau kata Afgan “semua demi Cinta”, maka kami berkata lain “semua demi Blue Fire Kawah Ijen” kami melakukan perjalanan jauh dari Jakarta hingga ke pelosok ujung Jawa di Banyuwangi. Perjalanan kami pun tidak naggung-naggung alias real backpackeran 4 Hari nonstop tanpa mengeluarkan biaya penginapan karena menginapannya di jalanan. Sebenarnya aku juga bingung antara pelit, hemat atau gak mau rugi, tapi yang pasti Alhamdulillah kami bisa melakukan trip ke kawah Ijen dengan harga super murah sekali.
Kami berangkat dari Jakarta jam 2 siang dari Stasiun PASAR SENEN dengan tujuan stasiun SURABAYA PASAR TURI dengan kereta KERTAJAYA seharga Rp97500, murah kan? Harga tiket Jakarta-Surabaya jauh lebih murah daripada Surabaya-Banyuwangi karena kami mendapatkan tiket ekonomi promo sehingga ramai-ramailah aku mengajak teman-teman yang bersedia menggembel 😀
Awalnya Sarta dan Wita ikut sampai sudah beli tiket mulai dari Jakarta hingga ke Karang Asem Bayuwangi tapi karena ada halangan sehingga yang jadi jalan-jalan ke Ijen hanya aku, Bang Dendi, Bang Novrizal dan Melisa. Kalau dipikir-pikir jadinya reunian kecil alumni Teknik Industri USU ini, antara kakak kelas dan adik kelas hahaha 😀
Blue Fire Ijen
Kami berempat janjian bertemu di stasiun kereta jam 12 tapi akhirnya aku paling telat datang jadinya naik Bajaj dari kosan karena takut telat karena waktu sudah menunjukan jam 1 terus aku sempatkan makan lagi. Alhasil Melisa yang awalnya mau nitip print tiket malah aku yang minta tolong diprintkan tiket. Sayangnya kami bangkunya misah-misah sehingga perjalanan begitu membosankan. Alhasil aku dan Melisa malah berjalan sepanjang gerbong kereta menuju kantin hingga merasa bosan lalu berjalan. Bayangkan dong 12 jam perjalanan!
Nah kesan yang paling seru saat di kereta dari Jakarta menuju ke Surabaya ketika lampu kereta mati terus hidup terus mati terus hidup terus mati panjang terus lama lagi baru hidup mulai dari Semarang. Penumpang juga mulai kepanasan alhasil kami berempat berdiri disamping pintu gerbong. Yang kasihan lagi ibu hamil serta ibu dengan anak kecil yang kepanasan. Untungnya kereta akhirnya bisa juga dibenerin.
Singkat cerita kami sampai di Stasiun Turi jam 2 pagi lalu kami berempat istirahat untuk ke Stasiun Gubeng jam 9 pagi. Kedatangan kereta kami di Stasiun Surabaya telat 1 jam dari jadwal yang ada tapi tidak masalah. Untungnya aku sudah mewanti Melisa untuk membawa sleeping bag dalam perjalanan sehingga kami berdua PW tidur di stasiun Turi dari jam 2 pagi hingga jam 7 pagi dilantai dengan beralaskan sleeping bag sementara Bang Novri dan Bang Dendi tidur di bangku rung tunggu stasiun.
Jam 7 pagi maka kamipun beranjak ke Pasar Gubeng, tapi sebelumnya kami sarapan pagi di dekat stasiun Turi yaitu mencoba makan soto daging seharga Rp9000 tapi sotonya tidak rekomendasi sih. Lalu tak jauh dari Masjid disamping stasiun Turi terdapat sebuah toilet umum yang dengan membayar Rp3000 maka bisa mandi sepuasnya. Maka kami berempat mandilah di toilet umum karena kami harus melakukan perjalanan ke Banyuwangi lagi yaitu di Stasiun Karang Asem karena dari informasi katanya akses ke Kawah Ijen paling terdekat dari stasiun ini. Awalnya kami hendak naik bus ke Karangasem akhirnya kami memutuskan naik kereta api saja biar praktis sehingga terjadilah kami membeli tiket dari stasiun SURABAYA GUBENG hingga ke Stasiun Karang Asem dengan kereta Mutiara Timur Siang seharga Rp130.000. Jauh lebih mahal dari Jakarta-Surabaya padahal kalau dilihat jarak jauh lebih jauh dari Jakarta cuma beda jenis kereta menjadi bisnis. Oh ya selama melakukan ritual mandi pagi, hujan sempat datang walau gerimis sehingga membuat kami takut kalau kami ke Ijen malah hujan. Selesai mandi lalu kami naik taxi dari stasiun turi ke stasiun gubeng seharga Rp30000/4 orang.
Tiket masuk ijen
Di Stasiun Gubeng kami sempat menunggu kereta 30 menit yang lalu dengan lihai aku mengajak Melisa makan di Loko stasiun pasar gubeng yang tempatnya kece. Aku menghabiskan uang Rp33000 di Loko berupa makanan dan minuman. Entah kenapa ya perutku bawannya makan terus heheheh 😀
Dari Stasiun Gubeng jam 9 lalu kamipun menuju ke Stasiun Karang Asem. Untuk kereta bisnis maka lumayan kece dibandingkan sebelumnya terus kami berempat sempat bisa duduk berbarengan jadi ngobrol sepanjang perjalanan walau sepanjang perjalanan kerjaanku kebanyakan molor 😛
Untuk kereta dari Surabaya ke Banyuwangi tidak telat sama sekali sehingga kami sampai di Karang Asem tepat pada jadwal semula yaitu jam 15: 14. Sewaktu di Karang Asemlah kami berkenalan dengan Icha mahasiswa Bandung yang melakukan trip seorang diri, berani dan nekat gk tuh? Lalu aku mengajak dia ikut kami untuk sharing cost perjalanan yang lalu dia mengiyakan.
Nah awalnya kami hendak menyewa trooper dari Stasiun Karang Asem hingga ke Kawah Ijen terus adalah seorang Mas-mas yang dari travel dekat situ menawarkan jasa sewa trooper lalu kami disuruh ke kantornya dekat Stasiun. Lalu kami mengiyakan sambil ingin lihat harga sewa trooper yang dia tawarkan. Ternyata harga sewa troooper salama 24 jam itu Rp600.000 diluar bensin. Kalau mau menyewa motor lebih hemat lagi Rp75.000 seharian diluar bensin. Tapi karena aku sudah membuat list harga trooper ke kawah ijen hanya Rp450.000-Rp600.000 seharian beserta bensinnya yang seharusnya di bagi berenam malah jadi berlima alhasil negoisasi tidak jadi. Aku menolak karena lebih baik kami naik angkot seharga Rp25000 sampai di timbangan belerang yang sebenarnya masih jauh dari Paltuding, tempat dimana bermulaan dilakukan trekking ke kawah Ijen.
Yang kurang etis waktu kami hendak naik angkot, seolah sang mas penjual jasa sewa trooper saling kode dengan supir angkot seolah angkotnya tidak sedang menarik penumpang. Terus saat makan di warung dekat stasiun diaman ibunya kode banget menawarkan jasa sewa trooper yang kelihatan banget loh maksud dan tujuannya. Well tipikal di tempat wisatalah dimana hendak mencari untung sebsar-besarnya yang kadang membuat dongkol karena memberikan kesan “mata duitan” padahal reputasi “objek wisata” itu tergantung loh sama orang-orang disekitarnya. Bukan berarti aku menjudge semua orang yang kami temui di dekat stasiun Karang Asem seperti itu hanya kesannya tidak welcome banget padahal sesama Indonesia lah apalagi orang luar, pasti lebih gimanaa gitu. Jujur saja males berurusan dengan orang-orang pamrih. Aku lalu mengajak teman-temanku berjalan kaki dari stasiun hingga kami bertemu dengan Pak Heri sang supir angkot yang rumahnya tak jauh dari stasiun.
Oh ya sepanjang perjalanan kami juga ditawarin menginap loh sampai diikutin dengan kereta, iih gak banget kan? Bukannya apa sebenarnya sewa bisa saja tapi kalau kami gk mau jangan dipaksa juga sih. Lalu dengan angkot pak Heri kami menuju ke Taman sari tempat penimbangan Belereng siapa tahu masih ada mobil belerang yang hendak ke Paltuding. Karena jika dengan naik mobil belerang dari Taman Sari hingga Paltuding maka ongkosnya hanya Rp15.000 saja. Sayangnya pas di Taman Sari tidak ada mobil yang hendak ke Paltuding kalaupun ada jam 7 pagi padahal kami hendak melihat blue fire yang katanya adanya hanya malam saja.
Terus kami sempat dinasehatin Bapak penjaga penimbangan belerang di Taman Sari. “buat apa ke Kawah ijen yang dilihat kan hanya api seperti api kompor, banyak orang awam ke Ijen hanya untuk melihat belerang dibakar jadilah seperti itu warnya kayak api kompor”.. Upss kami salah orang lalu kami sambil menatap terus meninggalkan tempat penimbangan belerang terus memutuskan berjalan kaki ke Paltuding dari Taman Sari yang katanya hanya 17 km.
Blue Fire Kawah Ijen
Akhirnya kami berlima berjalan kaki menuju ke Paltuding. Di tengah jalan sebelum jalan ke licin magrib sudah datang alhasil kami berhenti di sebuah rumah yang menjual durian. Lalu aku minta izin ke empunya untuk sholat magrib sekalian nanya masih jauhkah paltuding karena niat kami awalnya mau jalan kaki toh 17 km tidak jauh sebenarnya, pikir kami.
Entah kenapa saat kami berkata 17 km dekat semua orang berkata “jauh sekali kalau jalan kaki bisa sampai jam 2 malam” padahal waktu masih jam 6 sore. Yasudahlah kami pun bergantian sholat magrib lalu sekalian makan duren seharga Rp15000 di rumah si ibu. Eh pas makan satu duren alhasil kami nagih makan dua duren. Nah sepanjang makan duren aku sering mengajukan tangan untuk menghentikan mobil yang lewat mana tahu ada mobil yang hendak ke Paltuding hingga akhirnya ada satu mobil berhenti yang lalu membawa kami ke area jambu. Iseng-iseng nanya harga naik jep pulang pergi ke Paltuding dia bilang sekali jalan Rp400.000. Buset dah gk jadi!
Nah saat di rest jambu kami juga jadi mangsa orang-orang yang berusaha mencari keuntungan dengan menawarkan jasa sewa mobilnya pp Rp400.000 saja. Karena sudah ilfil serta kelihatan sekali niatnya alhasil kami sudah tidak open lalu duduk hingga jam 8 malam hingga kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke Paltuding dari rest area Jambu. Maka disinilah kata umpatan keluar dari istri calo yang tidak berhasil menawarkan jasa sewa mobilnya “dasar turis kere” begitu katanya… ckckkckckcc umpatan yang tidak berkelas sih sebenarnya karena its not about money, its about morality!
Melisa di Kawah Ijen
Dengan wajah biasa saja kami berempat berjalan melewati perumahan orang hingga akhirnya kami berhenti di sebuah warung bu Agus untuk makan indomie. Syukurnya kami berhenti di warung bu Agus karena warung Bu Agus merupakan warung terakhir sebelum ke hutan menuju ke Paltuding. Bu Agus sempat syok dengan rencana kami yang hendak berjalan kaki menuju Paltuding yang akhirnya kami tahu kenapa setiap orang kaget ketika berjalan ke Paltuding yang hanya 17 km saja.
Diw arung Bu Agus beliau menyarankan kami untuk menunggu mobil sayur saja untuk menuju ke Paltuding, tempat dimulai trekking ke Gunung Ijen. Paling harganya Rp15000/orang kata si Ibu. Lalu kami bersantai ria di warung bu Agus karena waktu masih jam 8 malam. Ibunya baik sekali membolehkan kami ke kamar mandinya terus istirahat sambil menunggu mobil sayur.
Terus jam 9 benar adanya, mas-mas bernama David membolehkan kami menumpang ke Paltuding dengan mobil sayur lalu sepanjang perjalanan dari warung Bu Agus ke PALTUDING betapa syoknya kami melihat perjalanan yang hanya “17KM” serasa “37KM” melewati hutan semua terus malam hari. Buset tidak kebayang kalau kami akan berjalan kaki dengan rute sejauh itu di malam hari. Bahkan dengan mobil lama perjalan sampai 1 jam, kebayang tidak berjalan kaki? Satu jam tanpa macet teman! Oh Tuhan syukur sekali kami bertemu dengan Mas David dan Bu Agus yang baik hati.
Jalanan menuju Paltuding berliku untungnya aku, Icha dan Melisa di depan yang kasihan bang Dendi dan Bang Novri yang di belakang. Nah sampai di Paltuding jam 10 malam, mas Davidnya malah tidak mau mengambil uang kami. Malah dia cuma mengambil uang kami Rp25000 saja karena merasa tidak enak dengan ekpresi kami. Buset betapa baiknya sampai pengen mehek. Karena hicthiking pertama berhaasil…
ijen blue fire
Ok tidak sampai disitu cerita perjungan demi Blue Fire Kawah ijen, karena waktu jam 10 malam alhasil kami masih mencari sewa jeap untuk besok ke Baluran sekalian dari Ijen mengingat rute yang jauh sekali. Kami bertemu dengan salah seorang dari komunitas Backpacker Indonesia yang menawarkan sewa mobil seharga Rp900.000 untuk semua objek wisata yang hendak kami lalui bahkan dia anggap rute perjalanan yang aku buat itu ngawur. Padahal sebelumnya aku sudah membuat rencana sematang mungkin selain lari dari jalur rencana semula sebenarnya seperti menyewa mobil yang karena harganya tidak masuk akal buatku entah bercampur dengan rasa sentimen.
Satu jam kami bercerita mencari kesepakatan sebenarnya menganai perjalanan kami untuk besok yang ujungnya tidak berujung karena kami membatalkan sewa menyewa karena ampun dah mahal. Terus belum tentu yang kami lihat seindah dengan itu semua. Alhasil waktu 1 jam sia-sia lalu kami menuju ke warung bu Ikah yang memboelhkan kami tidur di warungnya karena tempatnya lesehan.
Di warung inilah kami tidur ayam dengan sleeping bang dengan cuaca yang dingin menurutku menunggu hingga loket tiket masuk ke Ijen dibuka karena penjaga ijen hanya membolehkan wisatawan masuk ke dalam kawah ijen jika kondisi kawah ijen kondusif mengingat gas beracun dari kawah ijen. Barulah jam 2 pagi loket dibuka lalu kami ngantri untuk membeli tiket seharga Rp7500. Kalau dari Paltuding ke Kawah Ijen dari palang yang kami baca hanya 3KM terus mengingat pengalaman Paltuding 17km serasa 37 km lalu kami berceloteh kayaknya 3 KM itu sama kayak 23 km deh 😀
Dan benar saja perjalanan dari Paltuding hingga ke kawah ijen memakan 2,5 jam berjalanan yang cukup mengurus tenaga.
Mount Ijen
Perjalanan ke Kawah ijen dari Paltuding cukup megurus tenaga lebih ektrim dari Papandanyan menurutku karena jalanannya mendaki. Acap kali kami istirahat untuk menghilangkan rasa capek. Yang paling tidak kuat dalam mendaki ialah Bang Dendi sampai jantungan loh dia berkeringat dingin terus aku yang mudah capek. Untungnya Bang Dendi bukan tipikal yang rewel dan manja, dia walau capek tetap kuat loh sampai ke atas walau berjalan berlahan. Yang paling kuat melakukan trekking ke Kawah ijen itu Melisa dan Icha serta Bang Novrizal. Buset mereka bener-bener anak gunung banget dah!
Terus trekking ke Kawah Ijen ternyata banyak wisatawan baiik lokal maupun mancanagera. Terus yang membuatku berdecak kagum ketika melihat para penambang belerang yang kuat sekali mengangkut berkilo-kilo belerang dari Kawah ijen sampai ke Paltuding yang bahkan aku tanpa beban sudah ngos-ngosan. Ampun mehek sekali melihat perjuaangnnya.
Kami sampai di puncak Kawah Ijen jam 5 pagi dan perlu turun lagi hingga untuk melihat blue firenya serta harus membawa masker karena bau belerangnya cukup menyengat.
Ijen Blu fire Indonesia
Kami berlima sempat turun dengan bantuan senter HP seadanya berjalan berlahan menuruin bebatuan berliku. Untungnya kami masih sempat melihat Blue fire walau sedikit. Dan pemburu blue fire tidak kami saja “BANYAK”!
Bahkan wisatawan mancanegara sengaja dekat lengkap dengan masker khusus belerang untuk mengabdikan photo penambang belerang yang dekat dengan pipa gas bumi itu padahal berbahaya sekali.
Lalu sesekali bule-bule itu memphoto para penambang sambil memberikan uang kepada penambang. Karena upah untuk 1 kg belerang dari Kawah ijen hanya Rp900 saja kawan dan makin banyak yang diangkut belerangnya maka upahnya makin banyak.
Miris tidak?
Kami lalu membeli kerajinan dari belerang seharga Rp5000 yang sudah dibentuk seperti jadi tokoh disney, bunga dan sebagainya.
Soalnya kasihan!
Kompakan kami berlima membeli souvenir walau entah kami apakan itu. Tapi tidak semua penambang kok yang menjual souvenir kebanyakan murni penambang.
Kami di Kawah Ijen
Perjalanan ke kawah Ijen tidak hanya melulu sekedar liburan atau sekedar jalan-jalan karena ada pesan hidup dalam perjalanan ke Kawah Ijen yaitu “susahnya mencari uang jadi saling tolong menolanglah dengan sekitar dan jangan penah mau mengharapkan kerja tapi buatlah lapangan kerja”…
39 thoughts on “Semua demi Plesiran ke Blue Fire Kawah Ijen”
Mahal sih enggak apa sebenarnya, tapi kalau maksa kayak gitu memang sering bikin males. Itu juga salah satu kekurangan pariwisata indonesia 🙂 Kenapa nggak sewa motor aja? Rutenya susah ya? *belom pernah kesana euy~*
mahal murah sih relative tp maksa gk bgt :D… kalau sewa motor saat hujan mending tidak usah tp pas gk hujan masih memungkinkan tipikal naik gunung cuma jalanannya bagus kok aspal semua
Wow! Salut Win dengan perjuanganmu dan teman-teman menuju Kawah Ijen. Aku yang baca aja kebayang capeknya gimana.
Teman2ku pas naik banyak yang ga sanggup, sampai ada yang muntah segala. Trus suka aku ledekin “masa kalah sama bapak2 yang bawa 100kg belerang dipundaknya 😄”
Winny, itu kayaknya kelebihan deh kamu nulis harga perkg belerangnya. Tahun 2014 aku terakhir kesana Rp 800/kg. Kamu nulis Rp 9000 kebanyakan nol satu kayaknya 🙂 aku pernah nulis disini Win http://www.conedm.nl/denald/?p=358 ada cerita tentang Pulau Merah juga 🙂
baru aja minggu lalu di TV sini ditayangin mengenai Kawah Ijen, bukan pariwisata nya, tapi kehidupan bapak2 pekerja batu disana, details sekali liputannya sampai ke anak-anak mereka dan beberapa pekerja batu yang udah ga bisa kerja lagi karena bahu mereka cedera parah….sedih yah…
Hi Winny, ikut ngos2an baca perjuangannya but u all made it and worth to wait.. mendingan uang 400rb dikasih ke penambang belerangnya lbh ikhlas deh drpd ke ibu2 yg maksa itu yaa…
Kalian kok ya agak “ngawur” Win? hahaha. Jarak 17 km kok diniati jalan kaki? Ya emang bisa sih, tapi itu jauh banget! Nggak kebayang deh gimana itu kaki-kaki kalian klo dipaksa jalan 17 km. Eh, tapi kalau tiap jalan 1 km pakai istirahat 30-45 menit kayaknya sih ya gapapa. Tapi ya itu tadi, butuh waktu lama itu, bisa dari pagi mpe sore.
Di tengah kondisi yang para warganya “buas” sama turis gitu, mending kalian memang nyari warga yang bisa dijadikan teman. Klo aku nanya ke penjaga warung atau penjaga masjid sekalian (diasumsikan mereka soleh2 jadi nggak menipu, hehehe). Pada akhirnya klo ga ada lagi transportasi umum, membonceng kendaraan warga adalah pilihan terbaik. Aku aja pernah hitchiking naik truk sembako lho, saking nggak ada motor yang bersedia berhenti ngasih boncengan.
Tapi salut banget sama usaha kalian buat sampai ke kawah Ijen di malam hari. Untung rame-rame ya Win. Yang paling berkesan malah jadi petualangannya toh? bukan “api kompor”-nya? Hahaha 😀
Ya ampun tangguh sekali dirimu jalan jauh *acungin2jempol* belum tentu aku bisa. Memang hal yang kita ingin capai harus mampu melewati tahap yang dinamakan “proses” terbayar sudah dengan keindahan blue fire.
Nitip jejak yaa. Aku terkesan sama kisah perjalanannya. Aku juga pengen ke Ijen dan ini postingan wisata ke Ijen cost paling kecil haha. Kalau dibandingkan dengan wisata yang naik trooper segala macam bedanya berapa ya? Thanks 🙂
Wah wah, untung banget kalian ga jadi jalan kaki 17km, itu gilak banget. Untungnya semua bisa naik ke atas dan ngeliat blue fire ya. Salut liat perjuangannya.
Saya 8 oktober mau kesana, rencananya. Insyallah solo backpacker pake travel hehehe.. lg tawar menawar harga sama travel, dia mau anter pake motor dan biayanya 200 rebu? Mahal ye jeng. Tapi menurut mbk worth it gk dgn harga segitu? Cari rombongan mbo ya gak dapet
Mahal sih enggak apa sebenarnya, tapi kalau maksa kayak gitu memang sering bikin males. Itu juga salah satu kekurangan pariwisata indonesia 🙂 Kenapa nggak sewa motor aja? Rutenya susah ya? *belom pernah kesana euy~*
mahal murah sih relative tp maksa gk bgt :D… kalau sewa motor saat hujan mending tidak usah tp pas gk hujan masih memungkinkan tipikal naik gunung cuma jalanannya bagus kok aspal semua
wah wah wah, kamu memang detail kalau soal nulis mengenai travelling ya. nice post!
cuma bahasanya gk mantap kak hahhaha
Wow! Salut Win dengan perjuanganmu dan teman-teman menuju Kawah Ijen. Aku yang baca aja kebayang capeknya gimana.
Teman2ku pas naik banyak yang ga sanggup, sampai ada yang muntah segala. Trus suka aku ledekin “masa kalah sama bapak2 yang bawa 100kg belerang dipundaknya 😄”
Winny, itu kayaknya kelebihan deh kamu nulis harga perkg belerangnya. Tahun 2014 aku terakhir kesana Rp 800/kg. Kamu nulis Rp 9000 kebanyakan nol satu kayaknya 🙂 aku pernah nulis disini Win http://www.conedm.nl/denald/?p=358 ada cerita tentang Pulau Merah juga 🙂
iya bener kak 900 rupiah aku koreksi dlu makasih kak 😀
Astaga Blue Fire-nya keren banget ya Win! 🙂
tp bau banget
baru aja minggu lalu di TV sini ditayangin mengenai Kawah Ijen, bukan pariwisata nya, tapi kehidupan bapak2 pekerja batu disana, details sekali liputannya sampai ke anak-anak mereka dan beberapa pekerja batu yang udah ga bisa kerja lagi karena bahu mereka cedera parah….sedih yah…
* * *
Riga Market: The Biggest Market in Europe
kak apa nama stasiun Tvnya? penasaran
TV local Belgia, Canvas 🙂
siap kak ke tkp
Hi Winny, ikut ngos2an baca perjuangannya but u all made it and worth to wait.. mendingan uang 400rb dikasih ke penambang belerangnya lbh ikhlas deh drpd ke ibu2 yg maksa itu yaa…
iya kak lebih bermanfaat 😀
aku kayaknya gak sanggup kalo ikutan tripmu ini wiiin, jompooooo 😀
tapi blue fire-nya worth it banget, juaraaa!
iya dita ampun capek hahah
Eh busyet rame banget yg liat blue fire dan terlalu dekat ngak sech ??? takut kenapa2 kena asap dll
pada nekat kak cumi
Kalian kok ya agak “ngawur” Win? hahaha. Jarak 17 km kok diniati jalan kaki? Ya emang bisa sih, tapi itu jauh banget! Nggak kebayang deh gimana itu kaki-kaki kalian klo dipaksa jalan 17 km. Eh, tapi kalau tiap jalan 1 km pakai istirahat 30-45 menit kayaknya sih ya gapapa. Tapi ya itu tadi, butuh waktu lama itu, bisa dari pagi mpe sore.
Di tengah kondisi yang para warganya “buas” sama turis gitu, mending kalian memang nyari warga yang bisa dijadikan teman. Klo aku nanya ke penjaga warung atau penjaga masjid sekalian (diasumsikan mereka soleh2 jadi nggak menipu, hehehe). Pada akhirnya klo ga ada lagi transportasi umum, membonceng kendaraan warga adalah pilihan terbaik. Aku aja pernah hitchiking naik truk sembako lho, saking nggak ada motor yang bersedia berhenti ngasih boncengan.
Tapi salut banget sama usaha kalian buat sampai ke kawah Ijen di malam hari. Untung rame-rame ya Win. Yang paling berkesan malah jadi petualangannya toh? bukan “api kompor”-nya? Hahaha 😀
gimna tu kesannya hitching dengan mobil sembako mawi?
Perjuangan banget Winny, yang penting puas 🙂
iya indah
Ya ampun tangguh sekali dirimu jalan jauh *acungin2jempol* belum tentu aku bisa. Memang hal yang kita ingin capai harus mampu melewati tahap yang dinamakan “proses” terbayar sudah dengan keindahan blue fire.
makasih Ayu ehhehe
hy kak . apa kabarr . semoga suksess slalu ya . hehe
baiki chris ahha
Hiks! Aku mauu pelgiiii:d
Wahhh. Perjalanan penuh kisah ya Win. 17km? Bisa gempor kayaknya.
Nitip jejak yaa. Aku terkesan sama kisah perjalanannya. Aku juga pengen ke Ijen dan ini postingan wisata ke Ijen cost paling kecil haha. Kalau dibandingkan dengan wisata yang naik trooper segala macam bedanya berapa ya? Thanks 🙂
Nice sob, keren, jadi referensi lengkap buat gua, soalnya ada rencana buat ke sono, thanks kawan
moga berguna
Wah wah, untung banget kalian ga jadi jalan kaki 17km, itu gilak banget. Untungnya semua bisa naik ke atas dan ngeliat blue fire ya. Salut liat perjuangannya.
Kalau gak zonk kak heheh
kak waktu bawa kamera hp atau dslr apa kena biaya??
ngak boleh kok pakai
tanya dong saya mau ke kawah ijen oktober apakah ada waktu tertentu yang rekomended??? untuk harga masih sama atau tidak ya kalo boleh tau
untuk harga kemungkinan sama untuk tiket masuk, masalah cuaca biasa dilihat di ramalan cuaca fajar
Saya 8 oktober mau kesana, rencananya. Insyallah solo backpacker pake travel hehehe.. lg tawar menawar harga sama travel, dia mau anter pake motor dan biayanya 200 rebu? Mahal ye jeng. Tapi menurut mbk worth it gk dgn harga segitu? Cari rombongan mbo ya gak dapet
worth it mba