The remains of the bridge “Engelse Brug-Kota Intan Drawbridge” was built in 1628 by VOC and thereafter underwent several name changes. The name Engelse Brug (England Bridge) was given as the bridge connects the Dutch Fort and England Fort, located at Kali besar. It was rebuilt in 1630 by the Dutch and known as De Hoender Pasarbrug (chicken market bridge) because it was close to the chicken market. Kota Intan Bridge is the last name it has, it is assumed the name relates to its location which was close to one of Batavia castle bastion names Bastion Diamant (Intan-diamant-diamond).
(Dinas pariwisata Jakarta)

Hello World
Jakarta, 13 Desember 2014
Keinginan untuk berkunjung ke salah satu objek wisata Jakarta yaitu Jembatan Kota Intan sudah lama tapi baru sekarang baru dapat dilaksanakan. Lucunya pertama kali ingin ke Jembatan Kota Intan dengan Andisu dan Gladies malah nyasar ke halte Jembatan merah di Mangga besar karena aku tidak tahu bahwa nama jembatan yang tersisa dari zaman VOC ini bernama jembatan Kota Intan bukan jembatan merah walau jembatannya berwarna merah. Pantas saja ya nyasar karena nanyanya jembatan merah sih! Hehe 😀
Untuk akses ke Jembatan Kota Intan sangat mudah loh karena letaknya gak jauh dari Kota Tua Jakarta, yang merupakan wisata favorite di Jakarta. Lokasi Jembatan merah berada di lurusan Kota merah, tak jauh dari de Revier Hotel. Kalau berjalan kaki kearah terminal bus di Kota Tua.

Jalan-jalan ke Jembatan Kota Intan Jakarta aku lakukan sendiri karena tidak semua suka dengan peninggalan sejarah padahal Jembatan ini merupakan Jembatan Yang Tersisa dari zaman VOC loh!
Dari papan informasi yang aku baca saat berada di Jembatan Intan, VOC membangun jembatan ini tahun 1628 sebagai penghubung antara Benteng Belanda dan Benteng Inggris yang berseberangan dibatasi oleh Kali besar. Engelse Brug adalah nama lain dari Jembatan Kota Intan atau dalam Bahasa Belanda de Hoender Pasarbrug.

Dari segi sejarah, jembatan Kota Intan merupakan jembatan tersisa dari zaman Belanda, bahkan umurnya sudah berabad-abad tapi sayangnya ketika menuju ke Jembatan air sungai Kali Besar sangat bau sekali serta jorok sehingga ketika berjalan disekitar Sungai auranya menyengat sekali dan tidak nyaman. Tidak terbayang apa penilaian turis asing ketika melihat ruwetnya Jakarta plus jorok dan baunya Sungai yang sebenarnya bisa menjadi tempat wisata menarik jika dikemas lebih baik. Mungkin jembatan Kota Intan bisa jadi wisata jembatan loh seperti di Melaka, Malaysia. Sepertinya kita harus belajar banyak untuk mencintai wisata kita. Jadi teman-teman yang masih punya kebiasaan buang sampah sembarangan, harus berbenah dan jangan buang sampah apalagi ke tempat wisata. At least aku sudah memulai dari diri sendiri paling tidak sampah di masukkan ke dalam saku lalu ke tempat sampah yang ada. Sayangi objek wisata Jakarta 😉

Saat memasuki Jembatan Kota Intan Jakarta, pagarnya dibuka sedikit dan ada seorang Bapak meminta uang kebersihan sebesar Rp2500 lalu aku tanyakan tiket resminya mana. Bapaknya berdalih hanya buat tiket kebersihan saja. Hal ini kurang menyenangkan ya karena bukan masalah nilai uangnya tapi uangnya kan tidak tahu masuk ke kantong mana, kalau masuk ke kantong Dinas Pariwisata Jakarta sih gak apa itung-itung retribusi cuma aneh aja ya kalau jembatan seubrik bayarnya Rp2500 sama kayak masuk Museum. Saat diminta akupun bilang ke Bapak yang jualan tepat di depan pintu masuk Jembatan bahwa aku akan membayar Rp2500 kepada Bapak yang sedang menyapu Jembatan.

Catatan liburan di Jembatan Kota Intan Jakarta
- Panjang jembatan 30 meter dengan lebar 4,43 meter
- Lokasi Jembatan Kota Intan di Jl. Kalibesar Timur dan Kalibesar Barat
- Sungai Kali Besar sangat bau sehingga sebaiknya membawa masker penutup hidung
- Biaya retribusi kerbersihan tidak resmi Rp2500
Salam
Weeny Traveller
Jembatannya masih nampak bagus dan terawat yah 🙂 .
iya kaget loh sama kayak zaman dulu
Mana pacarnya emang? Tuhh ketaun sendiri itoo. Wkwkwkkw
hahhaha ldr kami ito
Hahahha.. Gak boleh membohongi tetangga euy. Nahh lo :#kok maksa #
hahahahhahahhahahahha
Dulu saya ke sana gratisan, Mbak. Asal masuk aja, haha. Pura-puranya mau lewat ke seberang tapi malas berputar masuk terminal :hihi.
Jembatan Kota Intan ini ya kayaknya satu dari sedikit peninggalan VOC paruh awal abad ke-16 yang masih ada di dalam tembok kota ._.
aku juga akhirnya gk bayar hahaha
Dulu sempet keliling-keliling daerah sini, emang lumayan bagus sih jembatannya.
iya antik
aku pernah wisata kota tua naik sepeda ontel mbak win. nyewanya dari museum fatahilla. termasuk jembatan kota intan ini. masih bagus yach, seruuu dan panas-panasan 🙂
aku belum nyoba kak yang naik sepeda ontel kayaknya harus coba
iya mbak win. kalau nyewa sepeda ontel entar ada pilihan mau kita kayuh sendiri apa dianterin si abang nya. kalau dianterin ama si abangnya entar kita diajak keliling seputar kota tua. trus bisa nanya2 dech ke si abang sejarah bangunan yang kita tuju.
makasih sarannya kak adel ntra coba ontel
Dulu cuma ngeliatin dari jauh soalnya pas panas banget…harus ngulang ke sana deh kayaknya win 😀
iya kak tp jangan lupa bawa masker kak hehe
kali di jakarta emang bau yah
iya bener
pakai minyak wangi yang banyak sebelum menyebrang jembatan 😀 😀
Bener indah.. btw bagi no wa dong indah 😀
Saya kok ga pernah tau tentang Jembatan ini ya, padahal dulu lumayan sering main ke Kota Tua. Tapi, ya itu, kali di Jakarta sepertinya ga ada yang ga bau x_x
soalnya tempatnya nyudut fier 😀
pantas aja. x_x
Jembatannya padahal masih kelihatan cakep ya mbak apalagi difoto gitu. Tapikalau nengok dikit erus sungainya kotor dan bau, jadi turn off juga.. hiks 😦
iya kak purnama kurang terawat sungainya
Assalaamu’alaikum wr.wb Winny…
Memang rimas dan lemas rasanya kalau tempat wisata dihidangkan dengan bau yang menyakitkan. Sepatutnya pihak pemerintah bertanggungjawab memastikan keelokan sesuatu tempat yang dianggap bisa menarik perhatian para wisata. Jika tidak, pasti menjadi kenangan pahit apabila mengunjungi tempat yang indah tetapi punya aroma yang menyesakkan nafas. Jembatannya memang unik dan klasik ya.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
bener bgt siti