“There are infinite numbers between 0 and 1. There’s .1 and .12 and .112 and an infinite collection of others. Of course, there is a bigger infinite set of numbers between 0 and 2, or between 0 and a million. Some infinities are bigger than other infinities. A writer we used to like taught us that. There are days, many of them, when I resent the size of my unbounded set.” – JOhn Green “The Fault in Our Stars”

Hello World!
The last Journey di Pulau Tunda, kami berburu sunrise dan sunset serta menjelajah isi Pulau Tunda itu sendiri. Kalau dari dermaga Pulau Tunda kelihatan penuh dengan pepohonan kelapa berbentuk sebuah berbentuk persegi panjang maka kamu akan kaget dengan isi dari Pulau Tunda itu sendiri.
Gapura rongosongan dengan tulisan kabur “Selamat Datang di Pulau Tunda” telah menyambut aku dan rombongan trip Weeny Traveller. Disekeling Pulau hanya rumah penduduk yang sederhana dengan hewan ternak serta sesekali batu karang yang telah mati. Tidak ada yang spesial di sisi depan Pulau Tunda kecuali Bakau yang indah di tepi laut.
Tapi ketika sore hari setelah snorkeling selesai di hari pertama, betapa kagetnya kami karena Pulau Tunda telah menunjukkan pesonanya. Yah Pulau Tunda kelihatan biasa tapi setelah dijelajah ternyata memiliki sesuatu yang membuat kami terkesan.
Ketika kami berjalan menuju ke Menara di Pulau Tunda di arah sisi Barat Pulau Tunda kami melewati padang rumput serta perumahan penduduk melewati satu desa ke desa lainnya. Di tengah jalan kami melihat buah jambu yang ranum membuat kami ingin memetiknya. Untungnya empunya jambu membolehkan kami untuk memetik jambu sesuka kami, maka terjadilah acara petik jambu gratis untuk rombongan! How lucky we are :)
Memetik Jambu di Pulau Tunda merupakan pengalaman travelling yang menyenangkan!

Tidak hanya diberikan jambu gratis bahkan kami juga dipinjamkan kain untuk menampung hasil jambu. Para rombongan pun unjuk gigi saling kerjasama untuk mendapatkan jambu merah yang nikmat rasanya. Kalau Wong Kita Galo bilang “lemak nian jambunya” 🙂
Mamaku, Daniel dan Beli Wayan lah yang menampung kain untuk hasil dari petik jambu. Sedangkan Monica, aku, Gladies, Egi, Shella dan Desty memunguti hasil petikan.
Setelah menikmati jambu maka kamipun melewati pedesaan yang penuh padang rumput dengan pepohonan. Perpaduan warna hijau dengan biru langit di sore hari Pulau Tunda membuat suasa semakin hommy banget.
Aku sampai kagum dan mengajak rombongan untuk berphoto di padang rumput dengan latar belakang Pohon kelapa. Walau mereka nggak engeh tapi terakhir setuju saja dan benar saja hasil photo di tengah Pulau Tunda dengan latar belakang pohon kelapa begitu indah.

Oh ya di dalam Pulau Tunda juga terdapat sebuah Masjid berwarna hijau yang indah di tengah Pulau. Dari masjid kelihatan bahwa masyarakat di Pulau Tunda beragama islam. Selain masjid, menara Pulau Tunda juga merupakan icon Pulau Tunda.
Sesampai di sisi Barat Pulau Tunda, rombongan sangat kegirangan ketika melihat pelabuhan hanya demi berburu sunrise. Rombongan kak Nella yang terdiri dari Abah, Egi, Wayan, Daniel, Prima, Tika, Minamida, Shella, Putri, Melati, Sri paling senang bertongsis ria di depan pelabuhan. Kak Shella sampai pusing menyuruh balik alhasil malah ikut-ikutan tongis ria 😀
Salah satu hal menarik di Pulau Tunda ialah berburu sunset di tepi Dermaga!

Lain algi yang dilakukan Hery, Minamida, Holis, Zein dan Nick yang memanjat ke atas Menara setelah meminta izin untuk memanjat Menara kepada petugas. Mereka bener-benar bolang dan pemberani! Kami hanya memandang dari bawah melihat aksi mereka melihat pemandangan Pulau Tunda dari atas menara.
Setelah Holis turun dan menunjukkan hasil jepretan dari kameranya berupa pemandangan Pulau Tunda, betapa irinya karena hasil photo Pulau Tunda indah sekali apalagi di sisi pelabuhan.

Selain Menara satu spot photo terbaik di Pulau Tunda yaitu berupa padang ilalang yang mirip seperti di Teletubbies Series. Dari cerminan air terlihat pantulan pepohonan sempurna serta beberapa biri-biri di sisi ilalang ditambah suasa matahari yang mulai menguning. Cocok sekali Pulau Tunda bagi pecinta photography.

Hari pertama untuk menjelajah Pulau Tunda dengan berjalan kaki selama 30 menit memberikan pengalaman tersendiri bagi kami karena travelling di Pulau Tunda tidak sekedar mengisi hari libur saja atau sekedar lari dari kepadatan Jakarta tapi juga memberikan kami sebuah pengalaman tinggal di Pulau terpencil dengan suasa pedesaan.
Di hari kedua kami berburu sunrise tapi sayangnya aku, Gladies, Monica dan Desty serta mamaku malah tidur dnegan badan yang pegal karena capek snorkeling di hari pertama, Herylah yang membawa rombongan untuk berburu sunrise di Pulau Tunda.

Oh ya di hari kedua saat kami snorkeling kami melihat Lumba-lumba di lautan lepas saat kami selesai snorkeling. Semua rombongan antuias mengabadikan aksi lumba-lumba di Pulau Tunda. Sayangnya pas lumba beraksi aku tidak dapat memphotonya, hanya Beli Wayan yang berhasil memvidiokan aksi gerombolan lumba-lumba di Pulau Tunda.
Begitulah ekpedisi perjalanan Pulau Tunda dengan rombongan yang berkesan serta menambah satu pengalaman perjalanan yaitu melihat lumba-lumba di lautan lepas 🙂
Selesai snorkeling dan siap-siap serta sudah makan siang, jam 2 siang kamipun pulang dengan membawa sejuta kenangan Pulau tunda!

Salam
Weeny Traveller
Emang semakin asik pulau Tunda. Btw hasil photo di menara ada gag kak?
ada 🙂
Seru ya sepertinya
iya mari dicobaa
Aaaaaaaaaaaaaa… Pulau Tunda, tempat aku bertemu suami! Selalu excited kalo ada yang nulis tentang pulau ini 🙂
Waktu itu kita juga lihat lumba-lumba pas snorkeling, mereka berenang dan menyelam nggak jauh dari kita gituuuuu
wahh sama kak, kok bisa ktmu suami dsanna hahhaa