Love is not destiny but a journey of lifetime. It is not how much love we have in the beginning but how much love we build untill the end -Nishan
Catatan perjalanan Bromo terakhir di Bromo atau Bahasa gaulnya The last Journey in Bromo kami di Kawah Bromo yang tak jauh dari Pasir Berbisik. Dengan bermodalkan jeep, rombonganganku yang terdiri dari Aku,A ndisu, Lia, Robin dan Pak Hidayat dan istri serta Pak Supir jeep kami sampai di kaki kawah Bromo.
Kesan pertamaku melihat Kawah Bromo sangat takjub akan keunikan dari Kawah Bromo di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Letak keunikan dari Kawah Bromo dibandingkan dengan kawah lain di Indonesia pada Candi dibawah Bromo. Jadi aku tidka heran kenapa Bromo merupakan salah satu pariwisata andalan di Indonesia.
Candi di Kaki Kawah Bromo merupakan tempat Pura Luhur Poten Suku Tengger. Suku Tengger berdiam di sekitar gunung Bromo merupakan keturunan langsung dari kerajaan Majapahit. Nama Tengger konon adalah nama yang diambil dari putri Roro Anteng dan suaminya Joko Seger. Mereka berdua adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang memilih untuk menyepi di kawasan gunung Bromo.

Kawasan di Bromo yang sering digunakan sebagai tempat upacara keagamaan seperti perayaan Yatya Kasada atau Upacara Kasodoatau event lainnya seperti Jazz Gunung sering di lakukan di Candi Kaki Kawah Bromo. Candi di Kaki Kawah Bromo disebut sebagai Pura Suci Suku Tengger .
Akulah yang paling semangat melihat Pura Suci tengger dengan Bromo dibelakangnya. Disekitar kaki Kawah Bromo, suku tengger yang meyediakan jasa kuda untuk menuju ke Kawah Bromo.
Memang untuk menuju ke Kawah Bromo bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu berjalan kaki atau sewa kuda.. Sayangnya karena waktu mepet aku dan Andisu tidak melihat ke kawah Bromo yang spektakuler. Bukan karena malas jalan kaki melewati anak tangga di Kawah Bromo yang mengular tapi kita takut tidak dapat menikmati suasana BROMO jika harus dikejar waktu.
Kawah Bromo konon berasal dari letusan gunung Tengger

Kata teman-teman Dari Puncak Kawah Bromo pemandanganVulkanik sangat fenomenal yang membuatku iri banget. Penyesalan tidak ke Puncak Kawah Bromo untuk melewati 250 anak tangga menuju Kawah Bromo serta berjalan kaki sekitar 1,5 km dengan jalanan yang berliku.
Tapi tak apalah aku sangat menikmati pemandangan disekitar Bromo degan padang pasirnya serta Suku Tengger yang menyediakan jasa kuda. Harga jasa kuda untuk sampai ke Puncak Kawah Bromo Rp50.000. Tidak untuk itu, hanya menikmati saja!
Tak jauh dari jeep tempat kami parkir terdapat Gunung Batok yang tak kalah indahnya dengan padang pasirnya yang memanjakan mataku. Bayangkan perpaduan hijua dengan hitam! Aku punya misi untuk naik ke atas puncak Gunung batok, tapi karena panas yang luar biasa, niat itu aku urungkan.
Pokoknya aku harus kembali lagi ke Taman Nasional Bromo, pemandangan alam yang menakjubkan!

My favourite journey in Bromo National Park!
Salam
Weeny Traveller
indahnyaa
Latansa mari ke pulau tunda
hehe jadi malu nih saya belum pernah k bromo,,,mdh2n suatu saat bisa sampai kesini 😉
tak apa Izzawa ntar pasti kesana
pasti bisaaa 😀
Hiks.. udah lama banget ga pernah ke Bromo lagi… Jadi mauu.. Apalagi kalau liat foto temen2 yang udah kesana, bagus2 semuaaa 😦
ayo Bebe lihat Gunung festival sepertinya asyik
Seru jalan-jalannya
ikutan aaaah
mariii
menarik sekali,,,,kita punya hobi yg sama,,kamu tinggal di kota mana??
Jakarta Aritna,, kamu?
Duhh jadi pengen pergi ke Bromo :3
ayoo dmna?