The last Journey “Plesiran ke Kawah Bromo”


Love is not destiny but a journey of lifetime. It is not how much love we have in the beginning but how much love we build untill the end -Nishan

Kawah Bromo06Hello World!

Catatan perjalanan Bromo terakhir di Bromo atau Bahasa gaulnya The last Journey in Bromo kami di Kawah Bromo yang tak jauh dari Pasir Berbisik. Dengan bermodalkan jeep, rombonganganku yang terdiri dari Aku,A ndisu, Lia, Robin dan Pak Hidayat dan istri serta Pak Supir jeep kami sampai di kaki kawah Bromo.

Kesan pertamaku melihat Kawah Bromo sangat takjub akan keunikan dari Kawah Bromo di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Letak keunikan dari Kawah Bromo dibandingkan dengan kawah lain di Indonesia pada Candi dibawah Bromo. Jadi aku tidka heran kenapa Bromo merupakan salah satu pariwisata andalan di Indonesia.

Candi di Kaki Kawah Bromo merupakan tempat Pura Luhur Poten Suku Tengger. Suku Tengger berdiam di sekitar gunung Bromo merupakan keturunan langsung dari kerajaan Majapahit. Nama Tengger konon adalah nama yang diambil dari putri Roro Anteng dan suaminya Joko Seger. Mereka berdua adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang memilih untuk menyepi di kawasan gunung Bromo.

Candi di Kaki Kawah Bromo
Candi di Kaki Kawah Bromo

Kawasan di Bromo yang sering digunakan sebagai tempat upacara keagamaan seperti perayaan Yatya Kasada atau Upacara Kasodoatau event lainnya seperti Jazz Gunung sering di lakukan di Candi Kaki Kawah Bromo. Candi di Kaki Kawah Bromo disebut sebagai Pura Suci Suku Tengger .

Akulah yang paling semangat melihat Pura Suci tengger dengan Bromo dibelakangnya. Disekitar kaki Kawah Bromo, suku tengger yang meyediakan jasa kuda untuk menuju ke Kawah Bromo.

Memang untuk menuju ke Kawah Bromo  bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu berjalan kaki atau sewa kuda.. Sayangnya karena waktu mepet aku dan Andisu tidak melihat ke kawah Bromo yang spektakuler. Bukan karena malas jalan kaki melewati anak tangga di Kawah Bromo yang mengular tapi kita takut tidak dapat menikmati suasana BROMO jika harus dikejar waktu.

Kawah Bromo konon berasal dari letusan gunung Tengger

 

Tempat upacara Kasada
Tempat upacara Kasada

Kata teman-teman Dari Puncak Kawah Bromo pemandanganVulkanik sangat fenomenal yang membuatku iri banget. Penyesalan tidak ke Puncak Kawah Bromo untuk melewati 250 anak tangga menuju Kawah Bromo serta berjalan kaki sekitar 1,5 km dengan jalanan yang berliku.

Tapi tak apalah aku sangat menikmati pemandangan disekitar Bromo degan padang pasirnya serta Suku Tengger yang menyediakan jasa kuda. Harga jasa kuda untuk sampai ke Puncak Kawah Bromo Rp50.000. Tidak untuk itu, hanya menikmati saja!

 

Tak jauh dari jeep tempat kami parkir terdapat Gunung Batok yang tak kalah indahnya dengan padang pasirnya yang memanjakan mataku. Bayangkan perpaduan hijua dengan hitam! Aku punya misi untuk naik ke atas puncak Gunung batok, tapi karena panas yang luar biasa, niat itu aku urungkan.

Pokoknya aku harus kembali lagi ke Taman Nasional Bromo, pemandangan alam yang menakjubkan!

Gunung Batok
Gunung Batok

My favourite journey in Bromo National Park!

 

Salam

Weeny Traveller

Advertisement

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

13 thoughts on “The last Journey “Plesiran ke Kawah Bromo”

  1. Hiks.. udah lama banget ga pernah ke Bromo lagi… Jadi mauu.. Apalagi kalau liat foto temen2 yang udah kesana, bagus2 semuaaa 😦

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: