Travelling ke Janjang Sajuta di Agam dan Pemandan Air Panas di Tanah Datar


Hello World!

Sumatera Barat, 1 Maret 2020

“Kak udah pernah ke pemandan air panas di Tanah Datar belum?, tanya Markus kepadaku”

“Emang ada ya pemandian air panas di Tanah Datar?,  tanyaku”

“Ada kak tepatnya di Batusangkar, jawabnya”

Sejak itu aku jadi penasaran mengenai pemandian air panas yang ada di Batusangkar.  Aku cukup sering ke Batusangkar namun tidak pernah tahu ada pemandian air panas tersebut. Pertama kali ke Batusangkar  itupun ke Istana Pagaruyung. Sehingga jika ada kesempatan ingin juga mencoba air panas di Tanah Datar.  Penasarannya apakah air panas tersebut dari Sulfur atau panas alami. Baru setelah 3 bulan percakapan dengan Markus akhirnya bisa ke pemandian air panas.

Kami berangkat dari Payakumbuh jam 13:30 WIB degan sepeda motor. Markus dengan Rico dan aku dengan suami. Sebelum ke pemandian  air panas kami malahan singgah  ke Janjang Sajuta yang ada di Bukittinggi. Jarak dari Payakumbuh ke Janjang sajuta lumayan jauh dengan sepeda motor karena lokasinya berada di bawah Lereng Gunung Simalanggang. Kami tiba di Janjang Sajuta jam 16:00 WB. Untuk masuk kedalam Sajuta Janjang gratis tapi ada saja oknum yang memanfaatkan situasi dengan meminta uang parkir sebesar Rp5.000. Uang tersebut diminta oleh penjaga  warung yang ada (kalau menganggap orang yang meminta retribusi dan tidak masuk ke khas Daerah termasuk tindakan premanisme tapi karena daripada motor ilang yasudahlah).

Janjang Sajuta merupakan objek wisata baru di Bukittinggi yang bisa melihat Kota Bukittinggi dari atas Puncak.  Janjang Sajuta yang ada di bawah Gunung Simalanggang merupakan imitasi dari Tembok Besar China dengan sejuta anak tangga tapi aku tidak menghitung jumlah anak tangganya soalnya gak focus ke jumlah anak tangga, salfoknya ke pemandangan di bawahnya. Rute ke Janjang Sejuta lumayan susah karena jalannya yang mendaki apalagi dengan sepeda motor. Kami juga harus trekking melalui anak tangga yang jumlahnya lumayan banyak. Meski Janjang Sajuta merupaan KW dari Tembok China tapi pemandangan sekitarnya lumayan ASRI, kalau stress cocok ke sini karena membuat otak menjadi jernih.

Kami memulai trekking di tengah jalan, kami tidak memulai dari dasar trekking. Meski kami curi jalan dari tengah, kami lumayan ngos-ngosan saat mendaki anak tangga. Tapi ketika sampai di atas terbayar lelahnya karena pemandangannya cakep bahkan banyak pohon pinus di atas  Janjang Sajuta. Menariknya Janjang Sajuta terbuat dari semen dan cocok buat olahraga. Disepanjang jalan menuju ke Puncak Janjang Sajuta, terdapat banyak sekali penjual makanan  sehingga jangan khawatir lapar atau haus di daerah ini. Tidak hanya itu di Puncak juga terdapat Musholla.

Waktu kedatangan kami ke Janjang Sajuta, tempatnya tertutup untuk umum namun kami mencoba masuk saja, dan ternyata tidak hanya kami saja yang berada di Janjang Sajuta, nyatanya banyak turis local yang datang bahkan banyak juga masyarakat sekitar yang berolahraga. Aku tidak bisa bayangkan betapa lelahnya kalau dari bawah karena kami mulai setengah saja sudah membuatku mandi keringat. Oh ya aku juga menyicip makanan khas Sumatera Barat disini yaitu Kerupuk kuah Sate dengan mie.

Pas bersantai di puncak sambil jajan itu nikmat rasanya, padahal waktu kami traveling ke Janjang Sajuta, cuaca kabut jadi tidak terlalu jelas pemandangannya. Bahkan suami katanya “B” saja dan tidak terlalu membuatnya “wow”. Tapi lumayanlah buat refreshing. Kami menghabiskan waktu sekitra 1 jam disini lalu memutuskan ke pemandian air panas yang ada di Batusangkar.

Lokasi Janjang Sajuta

Janjang Sajuta

Perjalanan dari Janjang Sajuta ke pemandian air panas di Batusangkar lumayan jauh. Kami sempat istirahat di beberapa tempat. Bahkan suami katanya kalau tahu sejauh itu dia pastikan tidak mau karena mengingat kondisiku tidak seperti dulu. Kami tiba di pemandian air panas di Batusangkar jam 8 malam. Untuk harga tiket masuk pemandian air panas di Batusangkar Rp8.000/orang ditambah Rp2.000 untuk parkIr motor. Kolam air panas terdiri 2 yaitu khusus laki-laki dan khusus perempuan. Pintu masuknya sama namun kolamnya berbeda dan dipisah. Untuk kolam laki-laki terdiri dari 3 buah kolam mulai dari air panas, hangat dan air untuk mandi sedangkan untuk kolam perempuan terdiri dari dua kolam yaitu air hangat dan air untuk mandi. Menariknya banyak orang datang kesini bahkan makin malam makin ramai. Air panas yang berada di Batusangkar bukan dari Sulfur seperti pemandian air panas di Sumatera Utara atau wilayah Indonesia yang pernah aku kunjungin namun air panasnya dari perut bumi. Rata-rata yang datang kemarin untuk berobat tapi yaitu percaya gak percaya. Aku sendiri hanya penasaran dan memang suamiku sangat suka dengan wisata tipe hot spring.

Berkat Markus aku jadi tahu tempat air panas disini. Air panas di Batusangkar mirip seperti air panas yang ada di Sipirok yang pas setelah nikah kami datangin dengan keluargaku. Bedanya kalau di Sipirok berbentuk Pancuran, di Batusangkar berbentuk kolam. Pas aku masuk ke dalam kolam air panas,ada pengumuman larangan terutama jangan mandi sendiri dan jangan mandi saat lapar. Untungnya meski jam 8 malam, aku tidak sendiri sehingga aku bisa mandi di kolam. Airnya lumayan panas bahkan aku tidak masuk ke dalam kolam, hanya mengambil air panas dan gayung ke dalam badan. Pas mandi rasanya capek karena naik motor ilang bahkan pusing kepalapun hilang. Aku berada di kola mini hanya 30 menit saja dan makin banyak yang berdatangan. Maklum aku tidak suka mandi malam, namun airnya lumayan panas dan canggih menghilangkan rasa capekku. Lalau setelah itu aku keluar dan menunggu suami, Markus dan Rico. Sekitar jam 9:30 malam barulah mereka keluar dan kami sempat jajan disekitar air kolam. Banyak juga penjual makanan di sekitar kolam (tipikal wisata Indonesia). Barulah setelah itu kami pulang.

Oh ya di pemandian air panas Padang Ganting di Batusangkar tidak disediakan handuk sehingga bawa handuk sendiri. Kalau shampoo dan sabun kalau tidak membawanya dari rumah bisa dibeli disekitar warung. Kami karena sudah persiapan membawa peralatan mandi demi ke kolam air panas.

Selain Air Panas Padang Ganting di Tanah Datar, pemandian air panas juga ada di Nagari Tuo Pariangan, namun pas kesana aku tidak mencobanya dan aku tahu air disana panas karena sempat memegang aliran air dari rumah warga.

Sepulang dari air panas kami sempat singgah di Kawa Daun meski jam 11 malam dan baru sampai jam 12 malam di Payakumbuh dan langsung dimarahin Mertua. Iyalah kami seharusnya tidak boleh jalan lagi aplaagi di dengan sepeda motor selama 10 jam. Akhirnya kami berjanji untuk tidak jalan-jalan jauh lagi sampai kondisi memadai. Mungkin suatu saat kami pasti kembali ke air panas ini karena suamiku suka. Namun dari sekarang semua kegiatan jalan-jalan dihentikan apalagi lagi musim Corona, better safe than sorry! Apalagi lihat tiket murahnya bikin mupeng, tapi itulah ditahan dulu karena kesehatan lebih utama.

 

Itulah perjalanan panjang kami ke pemandian air panas di Batusangkar, meski satu Provinsi namun memakan waktu 10 jam juga. Tapi kami tidak kapok untuk traveling ke air panas, suatu saat akan kembali lagi.

Lokasi Pemandian Air Panas Padang Ganting

Salam

Winny

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

6 thoughts on “Travelling ke Janjang Sajuta di Agam dan Pemandan Air Panas di Tanah Datar

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.