Everybody loves. Everybody loses. And we’re all better for it.
By Chrissy
Hello World!
Mandalay, Februari 2017
Setelah melihat ritual pembersihan Patung Buddha Mahamuni di Mandalay, aku dan Ade melanjutkan perjalanan ke Mandalay Hill, Myanmar untuk melihat sunrise yang katanya titik tertinggi di Mandalay. Dengan bantuan peta offline yang sudah di download kami menuju Mandalay Hill dengan sepeda motor yang kami sewa. Cukup nekat memang kami berhubung kami tidak tahu jalanan di Mandalay serta suasana masih subuh saja.
Nya, ini yah di Indonesia saja kagak berani naik motor ya, ini di jalanan Negeri orang aku berani, kalau tahu mamaku aku dimarahin, celoteh Ade
Memang Mandalay Hill merupakan titik tertinggi melihat Kota Mandalay dari atas bahkan sunrisenya cukup terkenal. Padahal jujur saja aku tidak ada ide seperti apa Mandalay Hill itu. Belum lagi aku memberikan arah yang salah karena kelemahan dalam membaca peta. Aku tidak bias membedakan mana “kiri” dan “kanan” yang sempat membuat Ade dan Melisa heran bagaimana bisa aku bertahan backpacker sendirian ke Negeri orang padahal baca peta saja tidak becus. Untungnya meski nyasar beberapa kali kami sampai di Mandalay Hill.
Ketika sampai di Mandalay Hill, kami sempat ragu apakah tempat yang kami kunjungi adalah benar Mandalay Hill karena tidak ada tanda-tanda temple atau cara ke bukit yang seperti Ade bayangkan. Bahkan kami sempat bertanya dimana MANDALAY HILL itu padahal jelas-jelas kami di Mandalay Hill. Bahkan sempat naik ke sebuah tempat seperti pasar terus turun lagi saking tidak yakinnya hingga menanyakan orang kesekian kalinya dimana tempat Hill itu. Rupanya Mandalay Hill melewati pasar yang telah kami lalui, sebuah pasar untuk membeli oleh-oleh tepatnya. Hill tempat sunrise Mandalay berada di area Su Taung Pyae Pagoda dan masuk ke dalam harus membayar uang retribusi 12,000 KS. Agak enggak membayarnya namun karena sudah jauh-juah serta perjuangan melewati jalanan yang menanjak akhirnya kami membayar juga. Di dalam Pagoda hanya ada penjaga saja sementara kami duduk di luar Pagoda menunggu sunrise.
"Nya, berkabut, sedih deh padahal udah jauh-jauh kesini", kata Ade
Yah trip Myanmar kami memang banyak banyak tujuan wisatanya terutama Kota-kota yang ingin kami kunjungi. Salah satunya sunrise dari Mandalay Hill. Karena melihat kabut menutupi pemandangan Kota Mandalay dari atas, akhirnya kami memanfaatkan dengan memphoto Temple saja. Hingga akhirnya jam 6 an, sunrise yang ditunggu pun ada. Kabut sudah mulai berhilangan dan membuat Ade mulai bahagia.
Ya ampun Nya, aku kira tadi tidak ada sunrise di Mandalay Hill, dalam hati gue gila udah jauh kesini malah lihat kabut, katanya dengan penuh semangat
Memang sunrise yang kami tunggu agak sedikit mengerjai kami. Seolah tidak ada namun ternyata ada, warnanya orange dan bulat serta dari atas kelihatan Kota Mandalay. Hanya saja karena aku takut ketingian sehingga untuk dekat ke tepi amit-amit. Selain itu memang kami datangnya agak kecepatan ke Mandalay Hill. Karena waktu kedatangan terhitung jari jumlah pengunjung kemudian setelah mulai sunrise barulah banyak pengunjung yang berdatangan. Yang lucu ada turis Bule entah dari Negara mana malah mempotret kami, mungkin dikira kami warga local Myanmar, padahal jelas-jelas kami tidak memakai Thanaka layaknya orang Myanmar. (Thanaka = bedak dingin, jadi orang Myanmar dalam kehidupan kesehariannya suka memakai bedak dingin baik wanita maupun pria).
Setelah puas melihat matahari terbit dari Mandalay Hill, kami pun berkelililing untuk melihat spot terbaik di Mandalay. Dan melihat sunrise di Mandalay memang melebihi ekpektasi kami karena kami merasa urutan Kota untuk dikunjungi di Myanmar itu adalah Inle, Bagan kemudian Mandalay (versi kami). Jadi kami tidak terlalu berharap kalau sunrise yang kami lihat bakalan Ok, namun kami salah karena sunrise di Mandalay lumayan ok apalagi dengan latar belakang Pagoda serta melihat Kota Mandalay dari atas Bukit.
Untuk naik ke Su Taung Pyae Pagoda ternyata bisa menggunakan lift, selain tangga yang kami lewati. Belum lagi banyak Pagoda disekiatar Mandalay Hill, sehingga yang penyuka wisata Pagoda bisa puas melihat Pagoda di Mandalay hill. Namun tentu saja Pagodanya berbeda bentuknya seperti yang ada di Bagan, Pagoda di Mandalay lebih mirip seperti yang di Thailand, dengan bentuk runcing serta warna keemasan.
Anehnya meski kami tahu ada lift untuk turun, kami malah memilih menuruni tangga dan kembali melewati pasar dadakan dengan oleh-oleh khas Mandalay melewati beberapa Pagoda di dalam area Pagoda.
Rincian Pengeluaran Mandalay, Myanmar Hari Keempat
Taxi dari Stasiun Bus ke Dream Guest House 5000 KS/ 2 orang
Sewa Motor seharian 12,000 KS/ 2 orang
Uang Masuk Su Taung Pyae Pagoda 1000 KS
Air Lemon 500 KS Bensin 4500 KS/2 orang
Makan siang + minum tebu 1800 KS
Bus malam dari Mandalay ke Yangoon 22,000 KS/2 orang
Parkir motor 500 KS/2 orang
Total Pengeluaran hari keempat di Myanmar
2500 KS + 6000 KS + 1000 KS + 1800 KS + 11,000 KS + 250 KS
= 22,550 KS
Tempat wisata yang dikunjungi di Mandalay, Myanmar
Sunrise Mandalay Hill, Mahamuni Image, U Bein Bridge, Kuthodaw Pagoda (biggest book in the world), Mandalay Royal Pallace, Masjid
Salam
Winny
Pertamax hihi berasa di kaskus deh, besok2 bakal posting sunrise di Cilegon nih
ditunggu hasan
siap laksanakan hehe bulan depan sudah bisa nih tapi kayanya ada yang mau ke Rusia ya hehe
Aku jadi inget bapak-bapak itu deh, kita lagi pose yoga ala ala malah kita diphotoin. Mau ketawa tapi ga enak ahhaha
iya wkwkwk mungkin kita objek photo menarik de
Kak, itu jepretan sendiri?
iya Rahman 🙂
Gila . . . keren buangeet . . .
Kakak selalu sukses bikin saya iri… 😁😁😁
Mungkin disangka warga lokal karena kulitnya mirip orang myanmar. Orang bule mungkin bisa membedakan wajah sesama orang kulit putih, tapi klo saya yg liat kok mirip2 he he he…. entahlah itu didebut efek apa. Kecuali klo udah sering bergaul, maka baru bisa membedakan wajahnya. Bukan sekadar ngeliat warna kulitnya.
setuju sama-sama Asia
Ajak ajak donkkkk
yuk kak
Walaupun mataharinya agak ngerjain tapi masih keren ya Win 🙂
setuju zilko hahah iya juga dikerjain matahari
Yang penting sudah di sana Win..kabut gak berkabut 😉
setuju kak ada kepuasan tersendiri
Lebih asyik melewati tangga, jadi bisa melihat warga setempat lebih banyak. Setiap perjalanan itu pasti ada cerita indahnya walau kadang terasa biasa saja 😀
setuju jadi lihat orang lokalnya kalau naik lift langsung sampai
Baca Mandalay langsung inget sama permatanya. Itu gambar pertama bagus, kalau ga ada orangnya, hehe…
Asyiknya jalan-jalan terus Win. Kalau dikurs IDR jadi berapaan tuh? #itungrecehan
hihi kan ada orangnya biar kelihatan ala-ala kak
Sangking bingungnya cari madala hill sampai segitunya ya kak
iya kak berkat peta buta
sunrise selalu energic dan romantis .. haha
apalagi dengan background gedung2 yang eksotis seperti itu
sama kak aku juga engga bisa baca peta dengan baik. selalu nyasar tapi itulah seni-nya jalan jalan 😂😂😂
sama hahah
Fotonya keren, suka banget sama warna jingga. Salam kenal ya kak 🙂
salam kenal juga mba 🙂