Very little is needed to make a happy life, it is all within yourself, in your way of thinking
By Marcus Aurelius
Pemandangan Dhammayangyi Temple
Hello World!
Old Bagan, Februari 2017
Setelah adegan ban bocor telah diperbaiki oleh dua montir dadakan dari tempat penyewaan sewa karena selfie akut, perut yang lapar tidaklah bisa berbohong. Belum lagi cuaca yang panas membuat kami memutuskan kembali menuju ke New Bagan untuk mencari makan siang. Dengan dua sepeda motor listrik yang kami sewa, kami bertiga kembali bersepedahan kearah New Bagan. Memang kami masih penasaran dengan New Bagan, Myanmar. Ditambah susah sekali mencari makanan disekitar Old Bagan yang penuh dengan Pagoda.
Untuk sampai ke New Bagan, membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dari Old Bagan. Awalnya kami hendak makan di sebuah Restauran dengan pemandangan laut namun ketika melihat harganya yang “Aduhai” akhirnya kami membatalkan serta secepat kilat dengan langkah seribu meninggalkan tempat itu dan mengambil sepeda motor listrik kami di parkiran. Ujung-ujungnya setelah capek mencari sana-sini kami berhenti disebuah cafe yang agak ramai. Tujuan kami untuk bersantai ria setelah seharian berpanas-panas di Old Bagan.
Ban Bocor di Old Bagan
Kami pun melihat menu makanan dan memilih makanan berdasarkan kesukaan. Di restauran di New Bagan, aku mendapatkan makanan yang agak “zonk” karena salah memilih “sup sayur ala tom yam” yang aku pesan murni sayuran tanpa rasa. Sampai-sampai si Ade dan Melisa terkekeh-kekeh melihat ekpresi makanan yang aku pesan ketika datang tidak sesuai dengan harapan. Beruntunglah Melisa dan Ade membeli makanan yang agak mahal namun rasa lumayan. Ini jadi pelajaran buatku kalau ke Myanmar jangan pernah pesan yang namanya “tom yam” atau “soup vegetable” karena harga menentukan rasa. Apalagi memesan makanan yang murah, siap-siap rasanya sesuai dengan harga.
Bayangkan saja sayur tok dengan kuah ala-ala 😦
Lokal Myanmar (Photo: Melisa)
Setelah kenyang makan di New Bagan, barulah kami kembali ke Old Bagan untuk mengejar sunset Old Bagan, harapannya sebanding fenomenalnya dengan sunrise Old Bagan.
Nah pas perjalanan pulang si Ade kebelet ke toilet, untungnya ke tempat peribadatan tempat makan mie ubek-ubek pakai tangan tadi pagi ternyata memiliki toilet. Makanya Ade sempat berhenti sementara. Kalau tidak, entahlah nasib si Ade menahan kebelet sepanjang jalan.
Oh ya untuk perjalanan bersepeda motor listrik sepanjang Old Bagan-New Bagan cukuplah seru karena Pagoda dan templenya yang bertaburan dengan ukuran yang berbeda-beda. Bahkan kami sempat berhenti disebuah Pagoda yang mirip istana dengan tembok berbentuk persegi panjang sekelilingnya. Bak kami berada di masa lampau, seperti itulah keseruannya. Tapi jangan ditanya apa informasi dari Pagoda tersebut karena tulisannya tidak kami mengerti. Bahkan Ade mengatakan “tulisan cacing” yang susah dimengerti. Namun kami maafkan karena Pagodanya yang cukup indah.
Old Bagan
Setelah itu kami bertiga menuju ke Shwesandaw Pagoda untuk melihat sunset Old Bagan, Myanmar. Jujur saja, pemilihan Pagoda ini karena kami melihat begitu banyak orang, jadi kami hanya mengikuti rombongan turis yang banyak. Kamipun memarkirkan sepeda motor listrik kami dengan sembarangan lalu mengikuti rombongan turis.
Nah saat Aku dan Ade mengikuti rombongan turis ternyata si Melisa berpisah dari kami karena hendak mengambil photo Shwesandaw Pagoda dari depan. Agak cukup lama aku dan Ade menunggu Melisa di tangga menuju ke Shwesandaw Pagoda. Hingga menunggu sekitar 30 menit lalu Melisa kelihatan
Mel, kemana dirimu?, tanya kami
Tahu gak aku tadi katahuan gak punya tiket, wkwkwk katanya dengan tertawa lepasWhere is your ticket to Bagan?, tanya petugasnya kata MelisaI left at hotel, katakuKalau gak bisa mate kata Melisa
Dirimu sih Mel, pisah dari kamiAku kan tadinya mau ngambil photo eh malah ketahuan, katanya
Akhirnya aku dan Ade tertawa melihat kejadian yang baru dialami Melisa. Untung muka kami kayak muka lokal yah Mel, untung dirimu gak dideportasi 😀
Shwesandaw Pagoda
Setelah berkumpul akhirnya kami menaiki tangga yang super membuat bulu kudukku berdiri. Tahu sendiri aku paling phobia dengan ketinggian. Kalau bisa ngesot, maka ngesot deh biar sampai keatas. Belum kemiringan tangganya sangat curam dan miring. Perlu kehati-hatian tingkat tinggi untuk sampai ke Puncak, ditambah ramainya antrian hendak naik. Kalau bukan disemangati Melisa dan Ade mending aku tidak usah melihat matahari terbit dari atas Pagoda daripada menahan ketakutan. Tapi anehnya aku sampai juga dipuncak Shwesandaw Pagoda dengan usaha yang luar biasa.
Sesampai di atas Shwesandaw Pagoda begitu ramai, ramai turis yang juga menunggu sunset dari Pagoda. Bahkan kami harus berkeliling Pagoda memutari untuk mencari celah menikmati Pagoda di Bagan dari atas. Melisa dan Ade bahkan berphoto di ujung Pagoda seolah tak takut mati. Sementara aku yang duduk disamping saja membuat nyali sudah kecut ditambah keringat dingin dan deg-deg syer yang luar biasa, lebih deg-degan dari Cinta pertama. Begini rasanya kalau penakut akan ketinggian. Sumpah saat Melisa berdiri di ujung Pagoda dengan gaya Yoga membuatku takut, takut dia terjatuh. Belum juga tingkah si Ade yang tidur nyenyak diatas Pagoda, ampun DJ!
Kami menunggu sunset
Setelah puas berphoto dengan latar belakang Pagoda ala Old Bagan, akhirnya kami kembali menuju tempat melihat sunset diantara turis yang super padat. Sunset Old Bagan sangat bagus, sebagus saat sunrise hanya saja tidak ada balon udaranya. Walau kami harus rela berdesak-desakan diantara keramain turis dan bersempit-sempitan demi “photo sunset Old Bagan”. Memang dibalik photo indah ada turis ramai yang menunggu.
Sunset di Old Bagan berbeda karena adanya latar belakang ribuan Pagoda serta pegunungan dan bersembunyi dibalik sebuah air.
Pemandangan apik!
Tidak sia-sia berjuang naik dengan tangga miring yang menggetarkan jiwa serta kesumpekan turis.
Sunset Old Bagan dari Shwesandaw Pagoda
Nya, aku senang akhirnya bisa lihat sunrise dan sunset
sekaligus di Old Bagan, Myanmar, kata Ade dengan bahagia
Yah perjalanan Old Bagan, Myanmar kami memang penuh cerita.
Ya ampun mbak, keren banget pengalamannya! Pagodanya itu lho. Turisnya juga rame banget ya? Btw itu yg difoto perempuan penjual tom yam di pipinya pake apa ya? *Salah fokus, hehe
AKu juga agak phobia ketingian, waktu ke bangka naik ke mercusuar.. pas udah di puncak mercusuar bukanya foto2 aku malah horor sendiri dan langsung masuk turun hahahaha.
Sunset disana bagus yaa apalagi ada banyak pagodanya 😀
Aku tambahin win lengkapnya.
Petugas: Sorry,show your enterance ticket.
Gw: What? Ohh (berpikir cepat) sorry I left my ticket on my hotel.
Petugas: Oh you must show me to enter this pagoda.
Gw: Sorry. Eee…..eeee
Petugas: Ok. Where did u get ur ticket?
Gw: On the enterance gate to Bagan. I forgot the name. Sorry.
Petugas: How much did you pay?
Gw: 25…….. Gw lupa 2500 atau 25000 kyat…….. Nebak… Eeee 25 thousand kyat….
Petugas: Ok. Next time you must bring ticket to enter Pagoda. You can enter now.
Gw: Thank u very much. I’m so sorry…
(hhhhhhh…. Langsung jalan cepat)
Perjalanan gini tuh emang seringnya jadi pertarungan kita ma diri sendiri ya Win.. Mau lihat keindahan mesti naik ke tempat tinggi meski ada phobia 🙂 Syukurlah berhasil ya..Dan emang keren parahh..
terus jalannnn… kaki kapan berhenti cuy?
udah mulai berhenti ko ito
good lahh.. gak ada matinya tau. hahahaha. ingat nanti biar hartamu banyak, biar bisa bagi buat aku ya.
wkwkwk amin lah ito
Keren banget ya Win, sunset trus pemandangannya ada ribuan pagoda gitu!!
iya zilko sunset dengan pemandangan berbeda
Tangganya kok tegak banget kayaknya ya. Tetap insiden ban bocor teringat kalau aku baca tulisanmu mbak 😀
wkkw habis gara-gara photo bannya bocor wkkwk untung gak mendorong sepeda motor
jadi harusnya bayar tiket ya win?
bayar tiket ke bagan nya Rinta makanya ke candinya gratis cuma kami gak bayar masuk ke Bagannya
Itu kalo bocor ditengah hamparan tanah kering gitu agak ngeri juga ya. heuheu
wkwkw itu yang kami alami yoga
Walaupun kelihatan garing kerontang tapi sunsetnya cakeepp
betul kak apalagi dari atas kak
Ya ampun mbak, keren banget pengalamannya! Pagodanya itu lho. Turisnya juga rame banget ya? Btw itu yg difoto perempuan penjual tom yam di pipinya pake apa ya? *Salah fokus, hehe
itu namanya thanaka semacam bedak dingin, itu normal di pakai di Myanmar
AKu juga agak phobia ketingian, waktu ke bangka naik ke mercusuar.. pas udah di puncak mercusuar bukanya foto2 aku malah horor sendiri dan langsung masuk turun hahahaha.
Sunset disana bagus yaa apalagi ada banyak pagodanya 😀
senasib sama-sama takut ketinggina
Emang penuh cerita, Win. Saya mantengin trus ceritamu itu, hihi…
Saya baru tahu, trnyta dirimu phobia ketinggian ya, tapi…demi sebuah misi sunset ttp nekad aja..dan akhirnya terbayar juga sunset yg apik itu..
Gmn ni, ada crta lain gak yg menunggu, slain pagoda dan Myanmar?
Ditunggu ya…
cerita di myanmar masih banyak heheh
Wah pakai acara pecah ban segala ya, Mbak. Tapi kebayar lah ya setelah semua itu. Sunsetnya keren, Mbak..
iya bener kalau ingat jadi senyum-senyum sendiri
Motor listriknya itu bisa tahan berapa lama kak? Atau ada banyak stasiun charger macam SPBU gitu?
Aku tambahin win lengkapnya.
Petugas: Sorry,show your enterance ticket.
Gw: What? Ohh (berpikir cepat) sorry I left my ticket on my hotel.
Petugas: Oh you must show me to enter this pagoda.
Gw: Sorry. Eee…..eeee
Petugas: Ok. Where did u get ur ticket?
Gw: On the enterance gate to Bagan. I forgot the name. Sorry.
Petugas: How much did you pay?
Gw: 25…….. Gw lupa 2500 atau 25000 kyat…….. Nebak… Eeee 25 thousand kyat….
Petugas: Ok. Next time you must bring ticket to enter Pagoda. You can enter now.
Gw: Thank u very much. I’m so sorry…
(hhhhhhh…. Langsung jalan cepat)
wkwkkw untung gak deportasi mel
Sunset nya seolah bercahaya gimana gitu, Bagan mirip-mirip Kamboja romannya 🙂
iya mirip dyah
kece bener sunsetnya … memang background pagoda2 . bikin spectacular.. emejing
kalau di Indonesia penasaran dengan sunrise di Borobudur
Perjalanan gini tuh emang seringnya jadi pertarungan kita ma diri sendiri ya Win.. Mau lihat keindahan mesti naik ke tempat tinggi meski ada phobia 🙂 Syukurlah berhasil ya..Dan emang keren parahh..
betul kak ada cerita disetiap perjalanan