Dari Hutan Mati Hingga ke Edelweis Gunung Papandayan


Everything in life is temporary. So if things are going good, enjoy it becuase it won’t last forever. And if things are going bad, do not worry, it can not last forever either (Unknown)

winny alna marlina

Hello World

16 Agustus 2014

Perjalanan pendakian perdana Gunung Papandayan kami pun sampai di POS kedua jam 11 siang. Kami sudah berjalan kaki selama 4 jam dari kaki Gunung Papandyan dengan berhenti sesekali melewati jalanan yang terjal. Di Pos ke II pengunjung yang ingin berkemah di Papandayan harus melapor serta terdapat Posko untuk istirahat. Di Posko II jugalah kami memaksa Sarta untuk istirahat sejenak karena mukanya yang pucat setelah pendakian yang menanjak ditambah bawaan kami yang berat. Saat di Posko II Papandayan kami mengumpulkan sisa tenaga untuk melanjutkan perjalanan ke Pondok Salada Papandayan yang merupakan tempat camping para pengunjung.

Edelweis
Edelweis

Kalau bicara tentang pendakian ke Papandayan sangat lucu bagiku karena aku yang dulunya bukan anak Pramuka di sekolah dulu hanya seorang anak Paskibra yang jujur saja pernah underestimate dengan anak Pramuka eeh setelah jadi karyawan malah melakukan kegiatan lebih estrim dari anak Pramuka sesungguhnya. Gilanya lagi aku malah membawa peralatan make up lengkap lengkip serta peralatan mandi padahal ya selama di Gunung Papandayan tidak mandi sama sekali jadi percuma membawa hal yang tidak penting. Maklum pemula, jadinya agak rempong walau akhirnya nyesel. Heheheh ๐Ÿ™‚

Papandayan
Tegal Alun Papandayan

Setelah mengumpulkan tenaga di POS II kami mendaki menuju ke PONDOK SELADA, tempatnya membangun tenda di Gunung Papandayan. Untungnya teman-temanku yang cowok bisa diandalkan banget dan cekatan dalam membangun tenda. Kami memililih membangun tenda dekat dengan hutan mati serta dekat dengan sumber air. Tenda yang kami bangun ada 3 untuk kami berduapuluh orang sementara kapasitas tendaku cuma bisa muat 4 orang saja akhirnya temanku yang cowok mengalah demi kami.

Pondok Salada
Pondok Salada dan Tegal Alun

Setelah tenda dipasang maka kami pun ramai-ramai menuju ke Tegal Alun untuk melihat Tegal Alun tempat padang Edelweiss yang indah. Peserta yang ikut ke Padang Edelwesi ialah Aku, Andisu, Desti, Melisa, Arzan, Irman, Irwan, Tio, Izza, Reza, Ade, Nirwan, Kholdun, Merri, Aji. Untuk menuju ke Padang Edelweiss kami melewati Hutan mati yang eksotik, icon dari Gunung Papandayan. Sampai-sampai Andisu berimajinasi kumpulan belerang mirip istana.

Perjalanan ke Tegal Alun, tempat padang Edelweis sangat curam apalagi setelah dari Hutan mati makin mendaki. Kira-kira 1-2 jam perjalanan dari Pondok Selada ke Tegal Alun.

Pondok Salada
Pondok Salada

Satu hal yang tidak bisa aku lupakan saat di pendakian Papandayan yaitu ketika buang air kecil harus menggunakan tissue basah dan mencari spot yang tidak dilihat orang karena malas menunggu toilet 1 jam plus pengalaman pertama menginap di Gunung jauh dari kata kenyamananan tapi menyenangkan, kontradiktif bukan? Untungnya teman ku yang laki-laki tanpa kecuali memasak nasi untuk kami, tanpa ada embel-embel mengeluh. Sang koki handal ialah si Hery serta dibantu oleh teman-teman yang lain. Hal terkeren yang dilakukan oleh teman cowok kami yang berjumlah 14, sweet of them!

Hutan Mati Papandayan
Hutan Mati Papandayan

Malam pertama di Gunung kami harus pindah tenda ke lebih besar dan Sarta lagi drop.ย  Setelah makan malam dimana semua makanan terasa nikmat saat di Gunung walau itu hanya sayur asem sederhana maka saat tidur terjadi kegelisahanku yang paling dalam. Pengalaman pertama menggunakan yang namanya sleeping bag ditambah diginnnya suhu di Gunung, tidak kebayang bagaimana orang bule bisa melalui musim salju yang super dingin hingga 0 derajat. Sleeping bag yang bisa menahan dingin 15 derajat saja masih terasa dingin sekali ditambah aku merasa seperti tidur kayak mayat, gelisah! Aku bolak balik kiri kanan, seolah hanya aku saja yang tidakย  bisa tidur serta bigung bagaimana agar tidur nyenyak. Di kiriku ada Sarta yang sudah tidur di kananku ada Desti yang tidur serta di ujung ada Tio yang juga tidur. Aku sampai bingung bagaimana tidurnya! Wkwkwkkw,. dilema tidurย  hingga aku tidak tahu kapan aku tertidur lelap.

PS : Aku tidak mandi selama di Gunung Papandayan

edelweis papandayan
Edelweis papandayan

Catatan Perjalanan Papandayan

  1. Gunakan sleeping bag yang tebal karena suhu di Gunung Papandayan sangat dingin.
  2. Ada satu toilet di Pondok Salada tapi antriannya sangat lama jadi usahakan bawa tissue basah
  3. Jangan membawa peralatan rias seperti make up di Gunung Papandayan karena tidak digunakan sama sekali
  4. Siap-siap untuk tidak mandi selama berada di Gunung Papandayan
  5. Terdapat mata air di Pondok Salada sehingga jangan khawatir akan kehausan
  6. Bawalah peralatan mandi seperlunya seperti sikat gigi dan odol serta pencuci muka yang bisa dihapus dengan tissue basah
  7. Bawalah tempat sampah untuk menyimpan sampah serta jangan tinggalkan sampah di Gunung
hutan mati
Hutan mati

Happy holiday

Salam

Winny

 

Advertisement

Published by Winny Marlina

Indonesian, Travel Blogger and Engineer

34 thoughts on “Dari Hutan Mati Hingga ke Edelweis Gunung Papandayan

  1. Tip yang ini top banget: “Bawalah tempat sampah untuk menyimpan sampah serta jangan tinggalkan sampah di Gunung”
    Bravo Winny!! oh ya, kalau kedinginan, yg penting juga kaos kaki yg tebal, sarung tangan, syal buat leher dan penutup kuping. Ini empat lokasi yg paling sensi sama udara dingin sebenarnya (kebiasaan di bawah 0 derajat ๐Ÿ˜‰ )
    Semoga makin sering mendaki gunung-gunung lainnya yaa…

      1. ๐Ÿ˜€ waktu itu sempet sebel pastinya..awal-awal sih, pakai baju tebel babget tapi sekarang-sekarang 10 derajat udah biasa ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ˜€

  2. Win kamu ngambil ga Edelweis nya? ๐Ÿ˜€ . Orang2 yg tinggal di negara 4 musim, pas winter pakaiannya khusus, baju pakai berlapi2, sepatunya khusus, kaos kakinya yg wol, ada pelindung telinga, pakai syal, topi. Pokoknya seluruh tubuh ditutupi kecuali wajah ๐Ÿ˜€ . Kata temanku di Rusia, misal Siberia kalau minus ekstrim bisa minus 50 ๐Ÿ˜† .

  3. Sampai sekarang belum kesampaian naik gunung beneran gunung. Selama ini cukup berpuas dengan Gn Bromo dan Gn Batur aja hehehe… Kalo mo mendaki ke Lawu inpo ya Win, ntar ngikut deh *siapin balsem* ๐Ÿ˜›

  4. Wah…telat bacanya. Jadi bernostalgia lagi baca tulisanmu Win. Jadi aku pucat banget ya? Hahaahha…Masih mau ga naik gunung ma aku lagi (jangan2 uda kapok…hihiy). Tulisanmu keren Win…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: